Powered By Blogger

Minggu, 22 Desember 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (155)

abtu pagi datang lagi. Minggu ketiga di bulan Desember. Seharusnya ini adalah hari yang terjadwal untuk pengobatan kemoterapi saya siklus ketiga. Tapi karena kendala pengadaan obat-obatan, maka hari ini saya justru baru menikmati efek masuknya obat kemoterapi siklus kedua yang mengaliri tubuh saya di hari Rabu lalu. Soal rasanya, alhamdulillah lebih nyaman dibandingkan bulan lalu ketika saya menerima siklus pertama. Sebab kaki saya tak sebegitu ngilu dan lemah. Hanya sedikit pusing kepala ditambah perasaan tak nyaman di lambung saja lah yang meminta saya untuk lebih sering berbaring.

Sebetulnya sudah sejak kemarin saya merasakan itu. Tetapi saya tetap berusaha untuk bangkit lama dari pembaringan agar saya tak terlalu menjadi beban kedua anak saya. Meski tumor saya juga menyakiti, tetapi saya tetap mencoba untuk duduk-duduk, berdzikir dan mengaji sedapat-dapatnya. Sayang sekarang nafas saya tak sepanjang dahulu lagi, sehingga suara saya tak begitu baik. Namun saya kira Allah memakluminya.

Semalam An teman baik saya yang pertama kali membawa saya berobat kepada seorang sinshe menelepon saya panjang lebar. Sebetulnya ini bukan kali pertama, sebab ketika saya masih berada di area RS Rabu malam, dia pun sudah mencoba menghubungi saya beberapa kali tapi tak terjawab. Bayangkan saja, di tengah kepadatan manusia dan antrian masuk klinik serta proses pengobatan, mana mungkin saya bisa menerima telepon begitu.

Ternyata katanya, hari Rabu itu dia sedang di ruang praktek sinshe. Sinshe menanyakan kabar saya, sebab sudah sebulan saya tak lagi berkunjung kepadanya. Sinshe ini seseorang yang menurut saya selalu penuh perhatian kepada pasiennya. Yang saya ingat, jika kita tak punya cukup uang untuk membeli jejamuan yang disodorkannya, dia sering memberikan potongan harga atau menghadiahkan sebagian untuk si pasien. Bahkan dia membiarkan pasiennya berhutang lebih dulu. Ini lah salah satu daya pikat sinshe kami, selain ongkos berobatnya yang tak semahal ongkos di sinshe-sinshe yang dulu sering mengiklankan diri di media massa. Belum lagi metoda pengobatan padanya adalah mengalirkan enerji positif melalui telapak tangan dan jarinya kepada pasien bahkan dalam jarak jauh. Yang saya rasakan setelahnya, tubuh saya menjadi hangat seperti baru saja dialiri sesuatu yang mengurai ketegangan syaraf. Itu sebabnya saya dulu ikut berobat padanya yang berhasil mendeteksi kanker payudara stadium III saya jauh sebelum saya diberitahu dokter yang menegakkan diagnosa kemudian dengan hasil III-B.

Rupanya sinshe tetap ingin menolong saya dengan segala caranya. Begitu pun dengan teman saya itu. An bilang, dia pernah ikut berbagai pelatihan yang mengandalkan transfer enerji seperti itu. Karena dia pernah merasakan ditransfer enerji positif oleh seseorang yang katanya sudah ahli dengan hasil positif. Tubuhnya serasa bertenaga kembali padahal dia sedang dalam pengobatan kanker di sinshe. Saya cuma mengucapkan syukur dan terima kasih tanpa berjanji akan kembali kepada sinshe segera. Karena saya lebih memilih mengutamakan pengobatan secara medis empiris yang kalau ditekuni bisa cepat menyembuhkan juga. Setidak-tidaknya meredakan penyakit kanker kita. Agaknya An pun paham.

Tapi tak lupa dia menambahkan saran untuk mengikuti acara pengobatan alternatif di televisi yang menggunakan sarana agama. Dengan dzikir dan doa-doa, si penonton di rumah bisa tersugesti menjadi lebih ringan penyakitnya hingga akhirnya pun sembuh. Konon dia pun melakukannya. Setiap kali dia melantunkan dzikir-dzikir itu tubuhnya akan bergetaran, lalu terasa ringan seakan-akan dia benar-benar sedang merunduk di bawah Tuhan. Tak mungkin saya meragukannya, karena saya pun cuma makhluk Tuhan yang tiada berdaya dan hina dina. Persis seperti ujar teman saya sendiri itu, kita ini cuma anak wayang yang diatur perjalanan hidupnya oleh Tuhan. Meski demikian, saya beranggapan untuk orang berpenyakit berat seperti ini, hal-hal tersebut hanya pendukung dari upaya pengobatan medis yang kita tempuh. Yakni dengan mencoba mengosongkan hati dan pikiran dari hal yang buruk-buruk, lalu berkomunikasi dengan Tuhan maka pengobatan kita akan berhasil sebab kita tak putus asa menjalaninya supaya Allah memberikan obat yang tercocok bagi kita.

*** 

Tengah malam An teman baik ini mengirimkan SMS berisi pemberitahuan akan suatu artikel tiga tahun yang lalu di internet. Isinya katanya sih membahas tentang rahasia bebas kanker selamanya. Sayang saya sudah dalam keadaan akan lelap, jadi SMS yang mengejutkan itu hanya saya balas dengan kata terima kasih dan berjanji akan saya coba cari keesokan harinya. Lalu saya pun berpamitan tidur. Agaknya teman saya ini masih saja setia melakukan self healing dengan dzikir, doa dan meditasinya tiap-tiap tengah malam. Saya salut kepadanya yang menyatakan dan dinyatakan dirinya sudah terbebas dari serangan kanker.

Artikel yang ditulis konon oleh seorang dokter para pasien kanker (onkologis?!) menyatakan bahwa metoda pengobatan kanker secara medis yang menitik beratkan pada operasi pengangkatan tumor, kemoterapi dan radiasi dosis tinggi sesungguhnya keliru. Sebab obat dosis tinggi itu bertujuan membunuh sel kanker, tapi ujung-ujungnya akan membunuh si sakit itu sendiri saking kerasnya.

Yang seharusnya dilakukan katanya, memelihara dengan baik fungsi empat organ tubuh yakni limpa, hati, usus besar dan ginjal. Selain itu si pasien didorong untuk melepaskan tekanan batinnya. 

Limpa dan hati disehatkan dengan mengonsumsi lebih banyak biji-bijian, bukan beras putih, sebanyak 50% dari apa yang kita makan sehari. Contohnya banyak makan kacang merah, kacang kuning (kedelai?), kacang hijau bahkan biji jali. Ketela/ubi rambat pun disebutkan baik dikonsumsi.

Selain itu makanan berserat tinggi juga wajib dikonsumsi, agar buang air besar menjadi lancar. Sebab jika tidak akan menimbulkan konstipasi yang diakibatkan oleh tubuh yang kekurangan selulosa. Padahal jika kotoran tertahan di dalam perut lebih dari 12 jam, akan berubah menjadi zat beracun. Racun ini akan diserap oleh dinding usus besar dan kembali ke hati menjadi sumber penyakit. 

Begitu pun ginjal harus dijaga karena ginjal adalah organ penting untuk metabolisme, sekresi dan racun. Ginjal dilewati oleh darah. Kotoran metabolisme dari darah disaring oleh ginjal dan dibuang menjadi air seni. Itu sebabnya manusia harus mengusahakan supaya tak banyak kotoran yang masuk ke tubuhnya dan disaring diginjal serta dikeluarkan sebagai racun.

Berdasarkan bacaan ini saya berkesimpulan, kita semua memang harus pandai-pandai menjaga organ tubuh. Makan dengan pola dan asupan yang benar, berisirahat dan tidur yang cukup serta memelihara ketenangan pikiran. Tapi dipikir-pikir kalau kita sudah terlanjur sakit kanker begini, mungkinkah itu? Dapatkah waktu diputar kembali ke saat sebelum sakit? Ah, tak tahulah. Yang penting SMS dari teman saya lewat tengah malam tadi lumayan memberi masukan juga kok. Selamat malam dan salam sehat ya!

(Bersambung)


2 komentar:

  1. http://winnywidyawati.wordpress.com25 Desember 2013 pukul 07.55

    salam sehat juga Ibu, saya selalu mendo'akan Ibu, saya sayang Ibu. Tetap semangat Bu *peluuukkk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kangen sayangku............

      Terima kasih atas doa dan pelukannya.

      Hapus

Pita Pink