Powered By Blogger

Selasa, 07 Mei 2013

CERMAT MEMILIH TAK AKAN SEDIH

Rakyat Malaysia baru saja selesai menyelenggarakan Pemilihan Umum di negeri mereka. Mendatang Indonesia juga akan melaksanakan hal yang sama. Gaungnya sudah mulai kedengaran sejak sekarang. Media massa ramai menyebut banyak artis yang berkeinginan mendaftar menjadi wakil rakyat dan masuk partai politik. Jumlahnya tak terbilang, latar belakang pendidikan, pekerjaan resmi dan pengalamannya pun turut disorot sebagai beraneka ragam. Termasuk wawasan pengetahuan dan pola pikirnya.

Ternyata tak hanya mereka. Seorang kerabat dari salah satu mantan wakil rakyat yang tak lagi terpilih di periode yang kini sedang menjabat menceritakan bahwa mantan wakil rakyat itu kini mendaftar kembali. Seraya menunjukkan "Daftar Calon Sementara" (DCS) di situs Komisi Pemilihan Umum (KPU) dia membuka jati diri sang calon. Tercatat di sana yang bersangkutan berpendidikan SMA dengan latar belakang yang tidak jelas. Banyak kolom persyaratan yang dilabeli "Tidak Memenuhi Syarat" oleh KPU, tak seperti teman-temannya satu partai yang lain.

Meski di periode lalu dia tidak terpilih kembali, agaknya istri seorang pejabat negara ini nekad ingin terus mengajukan dirinya mengingat tuntutan zaman bahwasannya keterwakilan perempuan di Parlemen hendaklah dipentingkan. Yang kita tahu semasa menjabat wakil rakyat dulu, nama perempuan ini nyaris tak pernah kedengaran. Pasalnya dia tak berasal dari kalangan artis pendulang suara (vote getter), sedangkan kiprahnya mungkin tidak seberapa sehingga tak ada media massa yang bisa meliputnya. 

Namun kerabatnya yang setiap hari selalu berinteraksi dengan keluarganya menegaskan bahwa dia bukan orang sembarangan. Dia memastikan KPU telah salah mencatat identitas tingkat pendidikan sang calon wakil rakyat. Sebab dia seorang sarjana sosial politik strata satu seperti yang diketahuinya tercantum di dalam berbagai identitas perempuan bergelar Hajah itu. Saya lantas tersenyum di kulum sebab saya teringat dengan segera serial "Haji Tiga Kali dengan Ustadzah Hajjaaaaaahhhhh Halimahhhhh......." di sinetron "Ustadz Fotocopy" yang setiap malam tayang di SCTV untuk syiar Islam dengan metode yang "miring" alias nyeleneh. Di mata saya, dia mirip keduanya yang senantiasa membangga-banggakan diri hingga lupa kepada jati diri dan orang-orang di sekitarnya yang tahu sejarah dirinya. Belum lagi tindak tanduknya yang tak sepadan dengan gelar yang disandangnya membuat masyarakat menertawakannya karena muak memandangnya.

Bingung saya mendengar cerita soal calon wakil kita yang satu ini. Lebih bingung lagi ketika saya dengar dia menjadi Ketua Dharma Wanita Persatuan di Unit Kerja suaminya sehubungan dengan kedudukan suaminya sebagai pimpinan. Pasalnya setahu saya, Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan pasal 3 ayat 2 bertuliskan, "Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak terikat kepada Partai Politik mana pun." Lebih tegas lagi "Anggaran Rumah Tangga" pasal 5 huruf "a" isinya, "Anggota DWP yang menjadi anggota Partai Politik tidak boleh menjadi Pengurus DWP."

Otak dangkal saya tentu tak mampu mencerna keadaan ini. Apakah kiranya AD dan ART DWP kurang jelas menerangkan mengenai keanggotan di DWP ataukah ada penyimpangan yang bisa ditolerir oleh pengurus DWP di tingkat yang lebih tinggi dari tempat beliau berkiprah? Jika tidak ada, lalu apakah yang menyebabkan beliau bisa bertolak belakang dari amanat AD dan ART DWP? Bukan main bingungnya saya mengamati hal ini. Tapi sesungguhnya, buat apa juga saya bingung ya? Lha wong itu bukan urusan saya kok...... :-p

Cuma ya begitu deh. Saya sekedar ingin mengingatkan bahwa kalau kelak kita dihadapkan kepada keharusan memilih wakil rakyat, ingat saja semboyan yang tertuang di "Mars Pemilu" semasa Orde Baru : "Pilihlah wakil mu yang dapat dipercaya........" Sebab jika tidak, dijamin kita akan sedih karena diwakili oleh seseorang yang tidak pandai memegang amanah sekali pun mungkin dia dicalonkan oleh partai yang menamakan dirinya partai amanah. Waspadalah......... waspadalah........ karenanya!

13 komentar:

  1. pertamax..... baru baca....

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau politik mahhhh ampun budhe.... susah mencari yg sesuai sama hati nurani :)

      Hapus
    2. Makanya saya urun saran aja, saya ingatkan hati-hati dalam menetapkan pilihan nantinya.

      Hapus
    3. Kelihatan anak Mp hehehehe........

      Hapus
  2. huuaaahhh mbak.. mo omong private dimana dong, empi ga ada.. email ada mbak?
    tinsyam@yahoo.com ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini lahan baru saya ketemukan, jadi nggak ngerti juga gimana kalau mau PM-PM-an. Bikin kangen sama Empi ya?

      Hapus
    2. Aih, saya juga kehilangan no HP jeng Tintin deh, nomor saya di jeng Tintin ada nggak? Tolong dong SMS ke saya. :-D

      Hapus
    3. aku juga kangen Empiii....... :(

      Hapus
    4. Hahahaha........ kangen berjamaah dong?!

      Hapus
  3. O, itu lagu pas jaman saya masih Balita bunda :D
    http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=HkWVgq8vviM#t=210s

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemilu '71 TPS nya di sebelah rumah saya, saya belum milih, masih SMP kelas 1. Pemilu berikutnya TPS nya di daerah pasar, saya baru ikutan sebagai pemilih pemula.

      Nah lagu Mars Pemilu itu wajib dipelajari kayaknya, jadi teksnya saya hafal; mana tiap hari kedengaran di radio dan TVRI. Saya suka melesetkan syairnya jadi gini, "Di bawah Undang-Undang Dasar 45 kita menuju ke pemilihan kucing........" terus saya tambahin, "dicari : Kucing-kucing yang setia, jujur dan beriman." :-D

      Hapus
  4. menjadi wakil rakyat sekarang ini sepertinya profesi yang sangat menjanjikan untuk masa depan jadi wajar saja siapapun asal punya modal bisa nyeplung ke dunia politik. soal pendidikan, pola pikir, apalagi ilmu politik bisa dibelilah. modal terkenal cukuplah bagi artis untuk ditarik sebuah parpol guna menaikan pendapatan suara.

    tapi lagi2 belajar dari pengalaman selama order reformasi ini bener2 deh, belum ketemu juga pribadi2 yang tepat janji antara masa kampanye dan masa menjabat. kadang2 inilah yang menjadikan rasa pesimis lalu pada milih golput.

    mudah2an pemilu mendatang akan muncul wakil rakyat yang bener2 bersedia mewakili rakyat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini kejadian yang menyedihkan tapi nyata. Makanya kita kan sebagai pemilih jadi bingung, mau milih siapa, gitu.

      Hapus

Pita Pink