Powered By Blogger

Kamis, 09 Mei 2013

"HATI EMAS" KUNCI BERBAGI





Hati emas yang saya temukan di suatu situs dengan bantuan mesin pencari Google secara tidak sengaja mengingatkan saya kepada ungkapan hati kemenakan saya Anita beberapa waktu yang lalu. Bunyinya sangat sederhana, namun maknanya tidak demikian. Menurut kemenakan saya, pribadi yang berhati emas selalu rela berkorban untuk orang lain walau bagaimana pun keadaan dirinya sendiri.

Percakapan kami ini terjadi ketika kami saling melepas rindu di telepon disebabkan jarak jauh yang membentang memisahkan kami. Sehubungan dengan penyakit saya, maka kemenakan-kemenakan saya tak pernah lupa bergantian saling menyapa saya. Mereka menanyakan perkembangan pengobatan dan kemajuan kondisi saya, sebab mereka mengkhawatirkan keadaan kami. Maklum penyakit saya menurut mereka bukan penyakit sepele, lagi pula anak-anak saya masih amat membutuhkan dampingan saya. Sebabnya tentu saja karena belum seorang pun yang berkeluarga. Selain itu salah seorang di antara kemenakan saya sendiri juga ada yang menderita kanker payudara dengan kondisi yang jauh lebih memprihatinkan dibandingkan kondisi saya.

Semula saya tak ingin mencatatkan perbincangan ini di sini. Namun setelah membaca komentar salah seorang teman maya saya yang cukup setia menyapa dan mendoakan saya di salah satu jurnal saya, maka timbullah hasrat untuk "merumahkan" obrolan kami ini. Barangkali saja ada manfaatnya bagi yang menemukannya.

***

Firman Allah Subhanahu wa Taala mengajarkan manusia untuk saling mengingat saudaranya dan saling berbuat baik. Di Surah An-Nisaa' ayat 36-38 tertulis, "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnus-sabil, dan hamba sahaya mu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya' kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Siapa saja yang mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya." (QS. 4 An-Nisaa' 36-38)

Menurut kajian kaum cerdik pandai agama, inti ayat-ayat ini adalah bahwa ibadah manusia kepada Allah hendaklah tercermin di dalam perilaku sehari-hari manakala manusia sedang berhubungan dengan sesamanya. Jadi tidak benar jika kita hanya berbaik-baik di dalam beribadah kepada Allah, tetapi menghadapi sesama manusia, itu tak kita lakukan. Percuma saja jika kita berperilaku buruk kepada kaum kerabat kita, sebab tak akan sejalan jadinya dengan isi perintah Allah di atas. Artinya kita membangkang kepadaNya.

Dan banyak teman, saudara serta kerabat saya telah melakukan itu di hadapan saya. Mereka dengan ketulusannya yang didasari kesadaran akan pentingnya menjaga ukhuwah silaturahmi telah membantu saya sekuat tenaga. Tentu saja tanpa pamrih apa-apa, karena saya bisa merasakan sendiri mana-mana pihak yang berkeinginan untuk sekedar dipuji mana-mana yang membantu untuk mencapai keridhaan Allah semata. Seringkali dalam kesendirian saya merenungi penyakit saya, saya pun tak kuasa membendung air mata haru karenanya. Sebab tak ada yang bisa saya berikan sebagai balasan kepada mereka selain doa pengharapan semoga Allah akan memberikan banyak kebaikan bagi mereka selamanya.

Ketika kemenakan saya bertanya soal perkembangan keadaan saya dan kemajuan pengobatannya, tentu saja saya pun balas bertanya mengenai keadaan iparnya. Sebetulnya saya tahu kondisinya belum sampai di stadium III-B seperti saya. Tapi dia sudah jauh lebih lama sakit. Dan pengobatan-pengobatan yang selama itu dijalaninya tak mampu menghambat penyebaran sel-sel ganas di tubuhnya. Mula-mula dia terpaksa "dikasurkan" karena tulang belakang tubuhnya mulai terasa sakit-sakit, yang akhirnya dinyatakan sebagai metastase atau penyebaran kanker. Setelah menjalani kemoterapi baik untuk kanker di tulang maupun payudaranya, tahun berikutnya dia mulai tak bisa tidur karena sesak nafas yang akhirnya mengindikasikan penyebaran sel pada paru-parunya. Ternyata kini keadaannya jauh lebih memprihatinkan, dia harus selalu mengenakan tabung oksigen dan tak mampu lagi beranjak dari pembaringannya. Padahal anaknya masih kecil-kecil. 

Mendengar cerita kemenakan saya ini, terbayang penderitaan dan tekanan batin yang dialami suami dan anak-anaknya. Lalu kerepotan mereka di dalam menyelenggarakan urusan rumah tangga. Pedih rasanya hati saya, sebab saya tak akan mungkin bisa membantu secara fisik sebab kami tinggal berlainan kota. Sedangkan saya sendiri pun dalam keadaan sangat pasrah kepada belas kasihan anak-anak dan kakak sulung saya yang sudah uzur.

Maka yang terbayang pada saya adalah menolongnya secara finansial. Jika saja dana yang terkumpul dari teman-teman saya tak jadi saya gunakan mendanai operasi saya karena akan menyalahi aturan Pemerintah yang mengeluarkan biaya pengobatan saya cuma-cuma, maka saya bisa menggunakan sebagian untuk membantu mencarikan orang upahan yang diharap untuk merawat rumahnya. Lalu setelah bertukar pendapat dengan kedua anak-anak saya, niatan itu saya sampaikan melalui Anita. 

Tak dinyana, Anita dengan tegas menolak bantuan kami. Lewat kalimatnya yang tertuang di SMS dia mengatakan saya lebih membutuhkan dana itu, karena saya pun sedang berjuang sendiri untuk melepaskan diri dari jerat kematian penyakit berbahaya ini. Simaklah ungkapan hatinya kepada saya : "Ya Bu, trmksh. Kami makin yakin bahwa ibu sekelg bnar2 bhati emas. Makanya Allah sll mmberi jln atas sgl kesulitan yg Ibu sekelg hadapi. Sbtulnya kami malu skali, dl kami srg dibantu tp pd saat Ibu susah kami malah tak bs bantu. Eh, malah Ibu yg jg sdg dlm kesulitan menawarkan bantuan lg pd kami. Subhanallah tnyata Ibu dan kelg mmg bhati mulia. Doa kami smg Allah mmudahkan sgl persoalan dan penyembuhan Ibu. 
Amin3. Salam sayang."






Tercenung saya membaca SMS kemenakan saya itu. Sebab sesungguhnya hal membantu merupakan suatu kebiasaan di keluarga saya sejak keadaan kami masih utuh dulu. Tak pernah ada niatan apa-apa di balik itu semua. Karena bagi kami memberi bantuan merupakan suatu hal yang biasa-biasa saja, mengikuti ajaran agama yang kami anut. Apalagi membantu sanak saudara yang memang membutuhkan tentu akan memperkokoh silaturahim sejati karena di dalam Surah An-Nisaa ayat 1 yang panjang, dan penggalannya sebagai berikut : "..........Dan bertakwalah kepada Allah yang (dengan mempergunakan) NamaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi......" kita dianjurkan untuk saling bantu dan saling mendekatkan diri. Jadi sangatlah wajar jika manusia melakukan hal itu demi menjaga keimanannya kepada ajaran Allah yang diyakini kebenarannya.

Sungguh tak dinyana, ternyata SMS kemenakan saya itu pun membuat saya terpaku pada sebuah hadist yang menyatakan bahwa menyembunyikan nikmat yang kita terima adalah perbuatan yang tercela. Oleh karenanya manusia dianjurkan untuk memanfaatkan baik-baik nikmat yang telah diterimanya termasuk dengan jalan berbagi tadi. Inilah hadist yang saya maksud itu : "Sesungguhnya Allah senang melihat hasil nikmat yang telah diberikan kepada hambaNya." Maka semakin dalam saya merenung, saya merasa tak bersalah jika bisa berbagi dengan sanak kerabat saya yang sama-sama membutuhkan. Bukankah begitu? Semoga saya tak keliru mengira. Wallahu alam.

Semoga di muka bumi ini semakin banyak insan berhati mulia yang mendapat nikmat dari Tuhan dengan batasan yang tak terhingga. Amin.

13 komentar:

  1. budhe mau booking id di multipers ndak..... ini anak2 ex MP udah pada booking. Ayo booking id juga budhe, ini linknya http://www.multipers.com/index.php

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau banget dong. Langsung ke TKP ah, terima kasih ya.

      Hapus
    2. Boleh juga 'kan kalau nenek tuwek yang booking?! Ini saya seriusan lho sambil ketawa ngakak hahahahaha........

      *mandangin anak saya yang nggak lagi pantes pake diapers*

      Hapus
    3. Mbak Eka, terima kasih infonya. Aku juga sudah book, juga sudah ngintip bundelnya mbak Julie hehehe.....tapi kok banyak jualannya ya. Semoga ga bernasib sama dengan MP

      Hapus
    4. Aku malah durung nontok lho mbak Ika, gur booking thok nggo iseng-iseng :-D

      Kayaknya saya udah betah dan ingin bertahan di sini aja kok.

      Hapus
  2. Jadi mbrebes mili mbacanya, Mbak...hiks.
    Baik mbak Julie maupun Anita sama-sama berhati emas. Semoga ipar Anita segera menuju kesembuhan. Buat mbak Julie tetaplah perkasa, semangaaat !!

    *peluk peluk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf ya kalau gitu *nyodorin sapu tangan handdoek buat lap air mata*

      Terima kasih doanya untuk kami semua, dulu ada lho saya postingkan kisah kemenakan yang sakit ini sebelum saya sendiri sakit di bundel.

      Hapus
  3. mbakjulie emang berhati emas, saat susah masih inget menolong ponakan.. iya sih kalu dilihat kita sendiri susah ga mikir orang lain..

    jadi tercenung baca surah-surahnya.. semoga daku bisa "mengejawantahkan" perintahNYA dengan baik..

    pelukpeluk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal maksud keluarga saya bukan ingin dipuji begini lho. Sebab bagi kami, berbagi di kala kita bisa melakukannya walau cuma sedikit atau dalam hal-hal kecil, merupakan suatu kebiasaan seperti halnya kita menyapa orang, nengok ke rumah mereka dan yang sejenis itulah. Saya tapi tertegun juga waktu mendapati ternyata kebiasaan kami memang ada perintahnya di Al-Qur'an dan dan juga anjurannya di HR Buchori-Muslim itu. Semoga kelak kebiasaan kami nggak ditinggalkan anak-cucu saya nantinya setelah saya nggak ada.

      Pelukan balik ya. Jeng Tin sudah balik ke Jakarta belum? Jangan lupa peluk bapak-ibu yang lama.

      Hapus
    2. kebaikan selalu ada ya mbak..
      udah di jkt, libur cuma 3 hari kog mbak waktu kejepit itu.. udah puas pelukpeluk mamababe..

      Hapus
    3. Selamat mengais rejeki lagi ya, semoga makin barokah dan sukses terus!

      *salaman*

      Hapus
  4. rasa syukur bunda kepada Allah, tentang apapun yang Allah berikan lewat cerita2 di blog inipun sudah menunjukan kalau Bunda berhati emas, kadang saya ngayal aja, andai saya punya saudara seperti bunda, alangkah bahagianya.

    salut juga buat Anita yang bisa berkata demikian, bahkan dalam keadaan yang seperti itu masih bisa menolak bantuan yang sebenarnya sangat dibutuhkan.

    sebenarnya dengan berbagi kita tidak akan kehilangan kok, yakin saja Tuhan akan menggantikannya dengan rejeki dalam bentuk yang tak pernah disangka2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, ya nggak sebegitu bagusnya kok hati saya. Sebab kan tetap aja terbuat dari daging dan darah. Tapi saya memang selalu ingin menuliskan apa yang saya alami supaya banyak orang yang bisa mempelajarinya untuk kepentingan mereka yang membutuhkan.

      Keponakan saya bilang, nggak akan tega memakai hak anak-anak saya yang belum ada yang kerja, karena bagaimana kelanjutan proses pengobatan saya juga belum jelas toch?!

      Hapus

Pita Pink