Penguasa,
Tolong aku
Biarkan aku menjejakkan kaki di tanah perkasa
Di antara dinding-dinding besi dan narapidana
Dimana kebebasan cuma jadi cerita
Dan impian yang tiada terhingga
Aku ini laskar terbuang
Tersuruk-suruk dalam rimbanya para penantang
Yang menghendaki keadilan jadi wajah bumi ini
Aku ini kaum Sumirah
Yang hidup tanpa gairah
Sebab nafas kami path terengah-engah
Lama lari diburu petuas yang jengah
Karena mengasong di tepian jalan
Rumah perkasa itu
Impianku untuk hidup damai
Tanpa beban esok pagi
Dan hari-hari nanti harus makan apa
Aku rela
Demi inderaku yang silau semata tertusuk
oleh keadilan yang seperti jauh mengawang
Mengangkasa
Mengejek kaumku
Kaum Sumirah, laskar pengasong
-ad-
Wien, empat mei sembilan tiga
Puisi-puisi ini.. senang saya membacanya
BalasHapusTerima kasih ya A.
BalasHapusIyeu teh Emak yg bikin? Nggak nyangka nyak. Selain bikin tulisannya apik, ternyata jago puisinya.
BalasHapusSumuhun. Lha kalo bukan emak siapa? Masa' mau nyabut gitu aja, pan nggak etis ya?! Nuhun, emak mah nggak pinter nulis, tapi adanya begini ya emka tulis aja sesuai apa yang ada di pikiran emak. Secara sejak SMP emak udah cinta sastra.
BalasHapus