nalillahi wa inalillahi rojiun. Semua yang bernyawa akan kembali kepadaNya jua. Berita sangat mengejutkan datang dari keluarga Ua saya. Kakak sepupu saya yang selama ini setia dan rajin merawat suaminya yang menderita gagal ginjal terminal tiba-tiba berpulang (Senin 13/01) di Yogyakarta. Kisahnya amat tragis. Kakak saya yu Pri baru saja pulang dari Bekasi ke Yogyakarta menjenguk anak-cucunya. Dia mengeluhkan kakinya sejuk, sehingga dalam keadaan lelah memutuskan untuk berbaring mengenakan bantal listrik di kakinya. Apa daya beliau jatuh tertidur begitu lama tanpa menyadari bahwa bantal itu ternyata membakar kakinya.
Insiden itu diketahui keluarganya sudah sangat terlambat. Bergegas beliau dilarikan ke rumah sakit. Sesampainya di RS, perawat yang menerima mengira bahwa suami sepupu saya tersebut datang kecepatan untuk jadwal cuci darahnya. Begitu mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, para medis di Instalasi Gawat Darurat sangat terkejut dan langsung melakukan tindakan dengan sigap. Kakak sepupu saya dirawat selama seminggu sambil melakukan medical check-up. Ternyata, akibat kelelahan dan kurang memperhatikan kesehatannya sendiri, beberapa organ tubuhnya kedapatan buruk. Kakak saya pun berpulang pada pukul 10 pagi. Akankah saya juga segera dipanggil oleh Sang Maha Pencipta? Saya sedang berupaya untuk mempertahankan nyawa saya yang sudah merupakan nyawa pinjaman.
Beberapa hari terakhir ini penyakit saya semakin mengganggu. Tumor di tengkorak kepala saya sudah menjadi sebesar bola bekel, ditambah tumbuhnya yang baru tepat di tengah-tengah tengkorak kepala. Sedangkan tumor di klavikula saya berkembang menjadi sebesar mangga membuat kondisi tangan cacat limfedema saya tertarik dan menjadi sangat sakit serta pegal-pegal. Menyedihkannya, seperti sudah saya sampaikan di jurnal yang lalu, saya tak dapat menjangkau kantor Onkologis saya di Jakarta. Padahal, pengurusan keanggotaan JKN saya sudah selesai dan bisa digunakan. Saya sudah mencoba mendaftar untuk melakukan pemeriksaan penunjang di RS tempat saya berobat di Bogor saja. Konon mereka bisa menerima kartu JKN saya, namun ternyata menurut petugas counter BPJS pemeriksaan penunjang harus sesuai dengan jadwal praktek dokter yang menggiring. Akibatnya, setelah menunggu dua jam, saya kembali pulang dengan tangan hampa. Bahkan sekedar untuk mendapatkan resep obat anti nyeri dan kortikosteroid saya yang habis, tidak ada dokter yang mau meresepkannya.
Ketika saya keluar dari Instalasi Radiologi, saya melihat 3 orang dokter yang baru masuk ke dalam gedung secara bersamaan terpaksa berhenti untuk memperbincangkan nasib honor mereka pasca berlakunya JKN. Sudah diketahui umum, jasa mereka dihargai sangat minim hanya di bawah Rp. 10.000 per pasien. Agaknya itulah yang menyebabkan kini tak ada lagi dokter yang mau menolong membuatkan resep untuk saya selagi Onkologis saya sedang tidak bertugas.
Kini sudah bermalam-malam saya menangis kesakitan tanpa bisa berbuat apa-apa. Bahkan nyaris 24 jam saya terbaring di tempat tidur sebab tak mampu untuk duduk. Saya hanya bangkit untuk dimandikan anak saya di kamar mandi. Lama-lama saya sudah terbiasa membuang rasa malu dilayani oleh para bujangan yang saya miliki.
***
Berdasarkan pengalaman, pengunaan kartu JKN pada sistem BPJS tidak sama dengan sistem Jamkes. Pasien hanya perlu membuat rujukan ke puskesmas sebulan sekali. Sedangkan dulu dengan Jamkesda, setiap akan ke rumah sakit untuk urusan apapun juga ~ kecuali untuk menengok orang sakit ~ pasien harus mengurus rujukan terlebih dahulu ke puskesmas. Jadi, sistem JKN lebih praktis. Dengan sistem Jamkes, pasien bebas melakukan pemeriksaan penunjang kapan saja. Tidak harus sesuai jadwal praktek dokter. Menurut informasi petugas di counter BPJS, untuk perawatan dan segala macam ongkos rumah sakit, dengan sistem JKN ditanggung sepenuhnya. Sedangkan sistem ASKES yang diadopsi oleh BPJS, peserta masih harus membayar sejumlah ongkos sebab dana dari PT. ASKES tidak mencukupi.
Ketika saya dalam kesakitan yang sangat, seperti biasa sering terlontar erangan-erangan menyebut nama dokter saya. sehingga anak saya terpaksa menghubungi beliau. Nampaknya beliau juga amat risau lalu memutuskan untuk memeriksa saya pada hari Sabtu. Karena, kemungkinan besar saya harus segera dirawat di RSKD. Berbekal kartu JKN, saya berhak dirawat di kelas 1 di sana. Yang saya tahu, keadaannya sangat bagus. Jadi saya tidak merasa takut atau ragu membayangkan masa perawatan itu.
Selama dua hari, cuaca agak bersahabat di kota kami. Hujan turun tak begitu deras dalam tempo yang singkat-singkat saja sehingga membuncahkan harapan saya akan bisa melintas ke Jakarta hari Senin lusa. Terus terang saja, rasanya saya sudah kewalahan menanggung sakit meski doa-doa berisi permintaan tak pernah putus saya panjatkan. Tapi, tadi pagi alangkah terkejutnya menyaksikan hujan yang turun sejak tengah malam begitu gencar seakan-akan Allah mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggusur awan mendung ke atas kota kami. Nyali saya pun ciut membayangkan hari Senin yang diprediksi akan menjadi hari banjir di seluruh Jakarta.
Kesulitan mencari kendaraan pun sudah mulai menghadang dari sekarang. Sebetulnya saya ingin meminjam dari Kang Jamil seperti biasanya untuk hari Sabtu. Sebab, saya sudah kerepotan berjalan. Mobilitas saya di RS juga sudah menggunakan kursi roda lagi. Tapi ternyata Kang Jamil tidak berada di tempat. Sehingga, jangankan untuk hari Senin ke Jakarta, untuk Sabtu pun saya harus naik angkutan kota.
*Sekian dulu. Insya Allah segera disambung lagi. Ibu saya sedang dirawat inap di RS Karya Bhakti Bogor atas sakit kankernya. Ada rencana akan dipindah ke Dharmais untuk pengobatan dan atau penanganan selanjutnya. Mohon doanya ya. Trims. Andriarto Andradjati, putra Ibu Julie. Salam.
Kesulitan mencari kendaraan pun sudah mulai menghadang dari sekarang. Sebetulnya saya ingin meminjam dari Kang Jamil seperti biasanya untuk hari Sabtu. Sebab, saya sudah kerepotan berjalan. Mobilitas saya di RS juga sudah menggunakan kursi roda lagi. Tapi ternyata Kang Jamil tidak berada di tempat. Sehingga, jangankan untuk hari Senin ke Jakarta, untuk Sabtu pun saya harus naik angkutan kota.
*Sekian dulu. Insya Allah segera disambung lagi. Ibu saya sedang dirawat inap di RS Karya Bhakti Bogor atas sakit kankernya. Ada rencana akan dipindah ke Dharmais untuk pengobatan dan atau penanganan selanjutnya. Mohon doanya ya. Trims. Andriarto Andradjati, putra Ibu Julie. Salam.
Ibuuu... Kangeeeen..
BalasHapusMoga ibu selalu sehat dan menebar manfaat bu..
ti mimin nu tos out ti MP ceumimin..
Abdi nuju di rumah sakit malih mah pingping abdi pateuh nuhun atuh tos dilongokan kadieu, Ngiringan ngalih ka blogspot.
HapusKeukeup pageuh salam sono.
HapusTurut berduka cita untuk sodara bunda yang berpulang, innalilahi wainailahi rojiun.. semoga amal ibadahnya diterima Alloh SWT..amin..
BalasHapusBun, sakitnya kenapa bisa tumbuh di kepala juga ya..? Udah nyebar ke sana apa tumbuh baru..? sedih dengernya.. :( perjuangan bunda benar-benar tak ada habisnya..
Semoga Alloh meringankan sakit bunda ya..
Aku ga bisa bilang "sabar..sabar.." karena kesabaran bunda sudah lebih dari itu..
cuma bisa berdoa supaya bunda kuat...
*peluk hangat*
Terima kasih atas simpatinya. Tumor memang di kelenjar getah bening sekarang. Penyebarannya bisa ke mana-mana sangat cepat. Karenanya saya sedang berjuang untuk memperpanjang nyawa saya kembali. Peluk hangat lagi...
HapusTuh kan,.,,,aku udh curiga, koq bu julie agak lama ga bercerita di blog nya...ternyata si "tumor lagi bener2 berulah ya bu" semangatttt bu....insya Allah...mukzizat dari Allah akan datang buat bu julie.
BalasHapusMas Andri...
terima kasih ya udh di up date kondisi ibu nya...o iya ...kalo ibu jadi di pindah ke dharmais...tlg di info via blog ini lagi ya....terima kasih
Insya Allah kalau urusan BPJS selesai, ibu saya dipindah ke Dharmais. Kalau mau ketemu dokter Bayu datang aja ke ruang perawatan. Nanti saya kasih tahu kamarnya, Terima kasih atas doa dan kebaikan Mbak Evi.
Hapusooh ini yang nulis mas Andri ya...salam untuk ibu ya mas. Sabar dan tetap semangat :)
BalasHapusIya Mbak Tika, ibu saya sekarang nggak berdaya apa-apa. Terima kasih atas dukungan semangatnya selama ini. Salam kembali dari Ibu.
HapusPostingan "SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (169)" saya yang ketik didiktekan Ibu ketika masih bertahan di rumah. Sekarang, belum diketahui pasti kapan blog ini akan diteruskan karena kondisi ibu saya memburuk. Bukan karena kankernya yang sudah jadi ujian sehari-hari tapi karena 2 kejadian di RS Karya Bhakti:
BalasHapus1) hari Selasa sekitar jam 9 pagi, ibu saya yang sejak Sabtu sore sudah berbaring saja di tempat tidur mencoba untuk bangun dan berjalan ke kamar mandi antara lain untuk mencoba gosok gigi dan buang air besar (BAB). Saya sedang di rumah. Semalam habis gantian jaga dengan adik saya. Senin malamnya sampai Selasa subuh ibu saya menjalani lanjutan kemoterapinya. Maka, badannya jadi lemah. Sayangnya, mau ke kamar mandi pada Selasa pagi itu ibu saya NEKAT nggak mau manggil suster untuk dituntun bersama adik saya. Tidak kuat untuk jalan dengan adik saya nuntun dan megangi tiang infus, ibu terjatuh ke kiri. Tangan kirinya yang limfedema jadi penopang di lantai. Ya sakit banget. Bukan hanya itu, setelah dirontgen, kaki kiri ibu saya PATAH TULANG. Harus dioperasi. Tanggalnya belum ditentukan. Sekarang untuk sementara dipasangi gips.
2) Keesokan harinya (Rabu), ibu saya makin tidak tahan sudah 4 hari rawat inap di RS tidak juga bisa BAB. Kali ini saya yang sedang gantian jaga dan kali ini ibu saya minta bantuan suster. Maka, digunakanlah slang penyedot BAB. Tapi, di tengah keterbatasan kemampuan, saking NEKAT ingin bisa tuntas BABnya, ibu saya terlalu memforsir diri bagaikan ibu yang tengah berjuang keras untuk melahirkan anak secara normal. Sayangnya sarafnya nggak kuat sehingga ibu akhirnya KEJANG-KEJANG hingga kritis sesak nafas dan tak sadarkan diri. Perawat yang ada sampai sudah ngajak doa "Ibu Allahu Akbar Ibu... Allahu Akbar..." dan ibu saya di tengah ketidaksadarannya itu alhamdulillah mampu mengikuti ucapan suster. Saya panik khawatir jangan2 ini akhirnya!!! Syukur alhamdulillah, ternyata Allah masih berkenan memperpanjang nyawa ibu saya. Dokter jaga dan dokter saraf datang menolong. Ibu saya disuntikkan penenang, dipasang lagi infusnya (setelah malam harinya sempat dilepas karena sudah nggak ada obat yang akan diinfuskan lagi), dan segera diberi oksigen. Setelah diperiksa, ternyata sarafnya yang kena. Ibu sampai sempat hilang ingatan tidak mengenali orang-orang bahkan tidak sadar atau tidak tahu sedang sakit apa. Kini kondisinya berangsur membaik. Pemulihannya cukup cepat. Kesadarannya telah normal kembali hampir 100%. Makan pun sudah mulai normal kembali. Tidak ada mual apalagi muntah. Ibu hanya sempat muntah-muntah pada hari pertama dan sesaat sesudah kejang-kejang itu. Hanya saja masih agak pelupa dan belum bisa BAB. Belum bisa BABnya agak normal sih karena kena efek kemoterapi.
Tetap mohon doanya ya untuk ibu saya. Terima kasih banyak atas perhatian teman-teman blog sekalian. Ibu belum akan dipindah ke RS Dharmais. Masih akan operasi patah tulang di Bogor dan pemulihan sebelum siap dipindah ke Dharmais. Lagi pula, kamar rawat inap di Dharmais masih penuh semua.
Wassalam,
Andri Andradjati
Ibu ... aku selalu do'a buat Ibu
BalasHapusIya Neng. Terima kasih banyak. Terasa kok doanya. Kelihatannya besok saya jadi dipindah ke Dharmais.
Hapus