Powered By Blogger

Jumat, 09 Agustus 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (96)

"Ya Allah, mohon jangan jadikan Ramadhan ini sebagai Ramadhan terakhir hamba. Sebab hamba begitu mencintai setiap barokah yang Kau turunkan untuk kami anak beranak tanpa batas saat Ramadhan tiba. Hanya Ramadhan yang mampu menyadarkan kami bahwa Kau Maha Segala dan kesucian bulan yang Kau ciptakan mampu mengubah segalanya. Dari yang ada menjadi tiada, ketiadaan menjadi limpahan nikmat," begitu doa saya ketika terjaga di pagi buta untuk mempersiapkan para perisai hidup saya menyantap makan sahur mereka. Meski mereka sudah terbiasa melayani diri sendiri bahkan saya, tapi seringkali mereka agak lambat bangun memenuhi tuntutan makan sahur.

Saya perhatikan keadaan di seputar dapur saya. Panci-panci besar yang cuma dipakai sesekali sudah siap untuk digunakan. Nangka muda serta kerabatnya juga teronggok rapi siap dijadikan gudeg hidangan lebaran kesukaan si bungsu. Tak salah lagi, meski dalam seba keterbatasan kami masih bisa mempersiapkan tibanya hari suci yang menjadi ajang silaturahim keluarga kami. Nantinya para pemudik akan memenuhi segenap ruang rumah kami saling berbagi rasa dan cerita. Banyak juga yang ingin saya sampaikan kepada para kemenakan yang selalu mendukung saya dengan doa soal perkembangan penyakit saya. Biasanya saya memasak sendiri untuk mereka dibantu anak-anak. Tapi kini tak mungkin lagi. Peralatan masak itu tak terasa mulai tahun ini beralih dengan sendirinya ke tangan anak-anak saya di sela-sela kesibukan mereka merawat saya. Sungguh merupakan suatu kenyataan tak terbantahkan yang mengharukan. Saya menjadi manusia tak berdaya dengan nyawa di ujung tanduk.

***

Tiga hari menjelang Idul Fitri sinshe yang baik budi itu membuka prakteknya di luar kebiasaan. Saya belum diundangnya untuk datang berobat, namun An teman baik saya yang memperkenalkan saya kepada sinshe itu sudah memberitahu saya. Segera saya mengontak beliau memberitahukan bahwa saya akan datang. Karenanya saya membutuhkan sejumlah obat tertentu. SMS saya berjawab undangan disertai pesan bahwa saya diminta menenangkan diri. Katanya sumber penyakit saya berasal dari pikiran saya sendiri ditambah ketakutan-ketakutan yang tak beralasan. Walau soal ketakutan yang tak beralasan itu saya tak tahu maksudnya, lagi tak sepaham dengannya.

Berhubung ruang praktek sinshe berada di sekitar pasar maka anak saya berniat sekalian berbelanja bahan pangan hari raya. Tapi akal sehatnya meminta kami mengambil arah memutar jalan supaya terhindar dari kemacetan yang melelahkan. Memang saya akui sejak sakit apalagi menerima kemoterapi dilanjutkan dengan operasi saya menjadi lemah. Sedikit beraktivitas pun sanggup menjadikan saya harus membaringkan diri berlama-lama. Ini mengesankan saya menjadi terlalu manja. Tapi itulah kenyataannya setelah tubuh kita dirusak oleh obat-obatan kemoterapi yang sejatinya dimaksudkan hanya untuk mengusir sel-sel jahat saja, kita menjadi mudah lelah.

Angkutan kota sudah lengang, menandakan tak banyak lagi orang berangkat ke pasar dan pusat perbelanjaan. Begitulah kenyataannya, di wilayah pasar orang berjejalan, mobil bersesak-sesak mencari parkir. Saya urung masuk ke pasar, cukup berbelanja di pasar tumpah yang sesungguhnya menyita badan jalan itu. Ada nangka muda dan sayur segar juga di situ meski sebagiannya sudah layu tersengat matahari. Apa boleh buat, tenaga saya minta dihemat.

Di halaman tempat praktek sinshe Toyota merah mungil miliknya tak nampak, jadi saya berharap datang sebagai pasien pertama. Ternyata saya keliru, beliau sudah memeriksa beberapa pasiennya, begitu menurut istrinya perempuan berkulit sawo matang asal Sangir Talaud yang trendy. Baru kali itu kami berkenalan karena dia tak biasa mengikuti suaminya. Setelah menunggu sejenak sekalian menunggu kedatangan An, sinshe selesai dengan pasien yang kelihatannya baru berobat untuk pertama kalinya. Dia pun menyambut saya dengan wajah cerah. 

"Apa kabar?" Tanyanya disambung komunikasi kami seputar penyakit saya. "Bu Julie nggak percaya sama saya sih. Kan tempo hari sudah saya bilang pemeriksaan dokter keliru. Nggak ada penjalaran ke otak. Semua sudah saya bikin bersih, saya kurung di wilayah tumor primernya. Sudah dioperasi ya sudah habis dong tinggal yang tersisa di pembuluh darahnya yang di situ," terangnya sambil mengamati wajah saya dengan serius namun tetap menyunggingkan senyum seakan-akan senyum kemenangan.

Saya mengangguk senang membenarkan perkataannya. Sinshe saya benar. Meski dokter pun punya alasan yang pas untuk tak mudah mempercayainya begitu saja. Sebagaimana diterima oleh akal sehat kita, pengobatan medis empiris yang berkiblat ke barat selalu membutuhkan pembuktian yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan ilmiah. Sedangkan pengobatan tradisional semacam yang dilakukan sinshe hanya mengandalkan kepekaan rasa yang dipunyainya saja, sehingga keduanya tak akan pernah sejalan.

Sinshe menggunakan rabaan tangannya yang lembut namun terasa seperti mengandung aliran listrik, sedangkan dokter memanfaatkan kecanggihan mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang hasilnya diakui akurat memotret seluruh rongga kepala saya.




MESIN MRI

Sinshe menjelaskan bahwa totok syaraf yang dilakukannya terhadap saya berfungsi untuk mengunci wilayah sekitar payudara saya kecuali kelenjar getah bening di ketiak yang berada pada suatu wilayah yang bersambungan. Sedangkan jejamuan anti kanker yang diminum menjadi alat pembasmi sel kanker sebagaimana obat-obatan kemoterapi. Bedanya tak ada unsur kimia dalam jejamuan itu, semuanya murni herbal. Katanya lagi, bahkan di negeri nenek moyangnya di Guang Zhou, Cina diajarkan oleh leluhurnya bahwa pengobatan yang benar adalah pengobatan tangan kosong tanpa bantuan alat apa pun. Jadi, kemoterapi yang mereka lakukan pun berupa minum jamu tidak diinfuskan maupun disuntikkan ke tubuh pasien. Itu sebabnya dia bisa mendeteksi ada tidaknya penyebaran di otak saya. Bahkan ketika pertama kali mendiagnosa adanya kanker payudara sinshe sudah mengatakan bahwa tumor saya adalah tumor stadium III, sama dengan diagnosa dokter setelah jaringan sel kanker saya diperiksa yakni tumor ganas stadium III-B.

Sinshe kemudian memberi obat antikanker yang terampuh yang dibuat keluarganya di Guang Zhou. Katanya obat itu biasa diberikan kepada pasien stadium akhir tanpa memerinci apakah termasuk saya di dalamnya. Namun dia menegaskan tidak ada lagi obat yang lebih ampuh untuk membasmi sel kanker yang dimiliki keluarganya. Yang penting saya diminta terus mengonsumsi jejamuan itu untuk membantu menghambat bahkan menumpas sel-sel kanker itu. Selain itu saya tetap dianjurkannya menjaga asupan makanan saya sesuai nasehatnya yakni menghindari daging-dagingan kecuali daging ayam kampung dan telurnya serta ikan air tawar. Sedangkan sayur dan buah-buahan tetap harus dimakan sebanyak mungkin. Padahal tim medis yang menangani penyakit saya di RS mengharuskan saya makan banyak protein hewani tanpa kecuali.


Hari itu saya merasa lega. Hingga sekarang pun demikian, walau terus terang saja sehubungan dengan lebaran mau tak mau saya melanggar diet dengan mengonsumsi daging-dagingan hidangan lebaran yang biasa ada. Hanya saja saya memohon izin Allah agar tak menghukum saya karenanya sebab saya sangat ingin menikmati kebersamaan dengan seluruh keluarga saya yang pulang mudik. Karena siapa tahu Allah hanya mengizinkan saya menikmati sekali lagi Idul Fitri di dunia ini. Ah, siapa yang tahu umur manusia. Semua tak lain hanyalah rahasia Illahi belaka.

(Bersambung)

10 komentar:

  1. amin amin yra, semoga dijabah doanya ya bunda dan doa2 kita semua. ceramah idul fitri kemarin juga ttg bulan penuh berkah bulan suci ramadan, doa semoga kita dan org2 yg kita cintai diberi kesempatan utk bertemu bulan ramadan berikutnya.

    selamat idul fitri bunda. mohon maaf lahir batin... taqabbalallahu minaa wa minka...

    peluk dari jauh
    /kayka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya kak, semoga doa saya terkabul. Maaf lahir batin ya. Semoga Ramadhan yang lalu meningkatkan iman dan taqwa kita.

      Hapus
  2. bundaaaaaa mohon maaf lahir batin yaaaaaa
    semoga bunda selalu dilimpahi rahmat kesehatan dan barokah Allah
    aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nak In, peluk kangen. Maaf lahir batin juga ya. Semoga persaudaraan kita di sini abadi. Terima kasih doany, semoga cucu cantik saya Madina selalu tumbuh sehat dan sempurna ya.

      Hapus
  3. sugeng riyadi Bund..sedaya lepat nyuwun pangapunten...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sami-sami nggih nak Emil. Kula nggih nyuwun ngapunten, wong enggane nini-nini senenge marani nggene tiyang enem hehehe.........

      Hapus
  4. Selamat lebaran, Bunda sayang
    Mohon maaf kalo saya ada salah atau pernah bikin Bunda nggak enak hati.

    Mudah-mudahan lebaran ini bawa berkah dan kasih sayang Tuhan buat Bunda. Sehat-sehat ya, Bund.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maafkan saya setulusnya ya cuk. Bukan kah yang suka kebablasan itu saya?

      Terima kasih atas doa pengharapannya. Saya langsung aminkan deh.

      Hapus
  5. 3 hari seblom lebaran masih sempatsempatnya ke sinshe ini mbak.. bikin adem hati ya setelah jelas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sinshenya yang sempat-sempatnya buka praktek demi pasien hehehehe........

      Hapus

Pita Pink