Powered By Blogger

Kamis, 27 Juni 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (78)

Jurnal ini saya tulis dari ranjang RSK Dharmais kamar 613 atas jasa anak bungsu saya. Setelah melalui beragam pengalaman yang menaik turunkan emosi saya pada akhirnya, dokter saya yang budiman berhasil mengangkat penyakit pada payudara dan kelenjar getah bening ketiak saya. 

Awal minggu ini, dimulai dengan kesulitan kami mencari kendaraan yang akan mengantarkan saya ke rumah sakit seperti yang sudah saya ceritakan di jurnal sebelumnya. Bahkan anak saya sempat tertipu oleh perusahaan rental mobil bohong-bohongan. Ketika itu sebetulnya salah seorang kerabat kerja mantan suami saya bersedia menjemput kami dari Jakarta tapi kami tolak, mengingat jarak yang jauh. Untung akhirnya kami mendapat sebuah taksi pada pukul 2 siang. Kami tiba di RSKD sudah sore bersamaan dengan kerabat kerja mantan suami saya tadi yang agaknya ditugasi teman-teman di Kemenlu mendampingi saya dan anak-anak.

Akibat kesulitan mencari kendaraan itu, saya nyaris tidak diizinkan masuk RS  karena berkas-berkas rumah sakit tertinggal begitu saja di rumah. Akibatnya anak sulung saya terpaksa kembali ke rumah diantarkan oleh keluarga yang budiman itu. Dia baru tiba kembali di RS pukul 11 malam. Waktu itu saya sudah dalam keadaan setengah tertidur karena saya tidak begitu merisaukan operasi saya.Maklum operasi besar bukan hal aneh lagi bagi saya.

Dokter Maria Witjaksono, salah satu teman Dharma Wanita saya yang menjadi direktur di unit kerja paliatif masuk ke kamar saya untuk memastikan bahwa saya dalam keadaan siap sore hari itu menjelang beliau pindah praktek ke rumah sakit lain. Kata-katanya yang penuh penghiburan dan sikapnya yang ramah itulah yang menjadikan malam saya dihiasi tidur nyenyak. Belum lagi keesokan harinya dokter onkologi saya Bayu Brahma yang masih sangat belia tiba pagi-pagi sekali tetap dengan sikapnya yang menawan sekedar untuk menyampaikan bahwa saya dipastikan akan dioperasi menjelang sore. Setelah itu berturut-turut teman-teman saya di DWP Kemenlu berdatangan guna menunggui operasi saya mendampingi anak-anak. 

Ibu Masrifah Wardana Ketua DWP Kemenlu (paling kanan) bersama Dr. Maria (kedua dari kanan) dan teman-teman

Menurut teman-teman saya yang dibenarkan oleh Dr. Maria, saya adalah pasien yang istimewa. Karena berani menghadapi kesempatan keduabelas mencicipi meja bedah. Begitupun dengan dokter Agus ahli anestesi yang akan membius saya ketika meberikan penyuluhannya, sempat menganggap saya mempunyai pengetahuan yang baik tentang masalah kesehatan dan kedokteran. Dikiranya saya mempunyai latar belakang pendidikan kedokteran. 

Saya didorong ke ruang bedah pukul 15:40 WIB diiringkan sahabat-sahabat baik saya tadi disertai doa-doa yang indah di lobby ruang bedah. Begitu tentramnya hati saya. Sehingga saya tidak perlu ditenang-tenangkan oleh tenaga medis. Apalagi setelah saya disapa Dr. Bayu di meja bedah. Tenang sekali rasanya. Sambil berbincang-bincang mereka mulai menidurkan saya diiringi lagu lembut yang membantu saya menjadi semakin tenang. Saya baru terjaga kemudian ketika lampu bulat meja bedah sudah tak kelihatan lagi berganti dengan sinar temaram di kesenyapan. Semula saya mengira saya berada di ruang pemulihan. Tetapi kemudian perawat jaga di ruang itu menjelaskan bahwa saya berada di High Dependency Care Unit (HCU). Bersama saya 9 tempat tidur pasien lain nampak penuh. Di antaranya seseorang yang dirawat di sebelah tempat tidur saya di ruang perawatan, yang dioperasi lebih dulu tapi ternyata dia kembali ke kamar lebih belakangan.

Bersama anak sulung saya di ruang HCU

Malam itu saya tak tahu banyak apa yang terjadi. Bahkan ketika anak-anak saya dipanggil masuk untuk menyaksikan sendiri bahwa saya sudah tersadar. Yang saya tahu kemudian tiba-tiba perawat ruang rawat inap datang hendak membawa saya kembali ke kamar tidur saya. Katanya sih matahari sudah nampak, dan anak-anak saya sudah menunggu saya di kubikel pembaringan saya dengan senyum bahagia mereka.

Kamar rawat nampak penuh pasien baru. Agaknya mereka masuk semalam. Tapi belakangan saya tahu mereka cuma pasien rawat singkat. Dokter onkologi saya nyatanya amat bertanggung jawab terhadap pasiennya. Beliau datang pagi-pagi sekali. Diguncang-guncangkannya lengan saya dengan sapaan halus, "Tante, assalamu'alaikum, selamat pagi. Baik-baik saja kan?" 

Saya terbangun dari sisa-sisa kantuk saya. Mata saya yang buram tanpa bantuan kacamata menampak wajah yang manis budi itu. "Eh, waalaikumussalam. Selamat pagi. Saya baik-baik saja. Terima kasih atas pertolongannya. Saya bahagia bisa dioperasi dokter di sini. Mohon maaf saya belum sempat bertandang sendiri ke rumah ibunda untuk menyatakan terima kasih saya secara pribadi," jawab saya separuh menyesali diri tak buru-buru menemui ibunda beliau yang tinggal tak jauh dari rumah saya. Dokter Bayu lagi-lagi cuma tersenyum nampak tulus dan puas atas hasil kerjanya. ''Jangan dipikiri ya tante, okay deh kalau tante nggak ada masalah. Alhamdulillah. Mari tante," ujarnya sejenak kemudian setelah meneliti catatan medis saya yang disodorkan perawat yang mengiringinya.

Saya kemudian benar-benar terjaga untuk mendengarkan laporan anak-anak saya. Ternyata operasi saya berlangsung 4 jam. Terbagi dalam dua bagian, pengngkatan payudara dilanjutkan pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak saya. Daging-daging itu mirip sekali dengan bahan rendang yang biasa saya olah bila hari raya tiba. Masing-masing kira-kira seberat 3 kilogram. 

Operasi itu tak dinyana ditunggui teman-teman saya hingga separuh jalan, juga oleh paman, bibi dan sepupu saya. Padahal kami tak pernah mengiba minta anak-anak saya ditemani. Saya lagi-lagi memperoleh kejutan menyenangkan sehingga air mata saya nyaris menetes haru.

Pada jam berkunjung kakak kandung saya datang dari Tangerang meski dalam keadaan sakit didampingi sahabatnya, bang R yang dulu duduk datu kelas ketika kuliah. Persahabatan mereka tak pernah putus hingga sekarang. Lalu ada juga para kakak sepupu saya yang nampak amat memperhatikan keadaan kami anak-beranak. Belum lagi kerabat mantan suami saya yang justru datang lebih pagi. Rasanya saya dapat perhatian sangat istimewa. Bingkisan mereka memaksa saya unjuk diri bahwa saya sudah sanggup makan normal lagi. Ini menunjukkan bahwa gerak peristaltik usus saya sudah kembali normal.

Hari pertama pasca operasi itu nyatanya sangat indah bagi saya. Terima kasih Tuhan tak ada yang tak menyenangkan di dalam kehidupan ini, bahkan di kala manusia itu terpuruk, sakit dan hina. ALLAH MAHA BESAR! SELURUH PUJIAN HANYA KEPADANYALAH LAYAK DIPERSEMBAHKAN.

(Bersambung)

  

19 komentar:

  1. Bunda tabah ya..aku mah masuk ruang operasi rasanya takut... Beberapa kali masuk sana rasanya serem...

    Cepet sembuh ya bun... Biar cepet pulang..
    Pelukkkk..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata dokter dan perawat sih gitu. Baru sekali ini ngadepin pasien yang pemberani kayak saya. Wong nyatanya saya malah lebih takut disuntik daripada mau dibedah kok. Aneh ya?

      Terima kasih doanya. Saya udah di rumah lagi lho. Sehabis dioperasi cuma nginep semalam doang. Jadi kayak orang operasi amandel.

      Peluk balik ya nak Rin.

      Hapus
    2. betul2 deh salut dengan bunda satu ini.

      bunda tulis daging2 tsb masing2 3 kilo, maksudnya 6 kilo kah?

      ya allah semoga dgn pengangkatan ini, terangkat semua yang seharusnya tidak bersarang di badan ya bun, amin.

      salam
      /kayka


      Hapus
    3. Iya kurleb segitu kak. Sekarang dadaku rata hahaha..........

      Nggak bisa keangkat semua lho, yang di pembuluh darah pada nempel kenceng banget nggak mungkin dibuang pake pisau atau laser, jadi ya nanti belakanan itu dikemo setahun atau diradiasi, Sifatnya sangat ganas kata dokter, jadi beliau mesti mikir dalam, konsultasi sama seniornya di sana-sini dan bergerak cepat. Waktu nyampein itu ke anak-anak sehabis selesai ngoperasi, mukanya dokter tegang, Keringetan padahal baru keluar dari operating theater yang segitu dinginnya kan?! Kami sih pasrah aja lah sambil terus memohon PertolonganNya. Tolong doain lagi ya kak. Terima kasih.

      Hapus
    4. iya bunda, sbg manusia bunda sdh melakukan apa yg hrs dilakukani, berusaha dan sambil terus berdoa.

      mari kita sama2 berdoa ya bun, semoga bunda diberikan kesembuhan total, amin.

      salam
      /kayka



      Hapus
    5. Betul segala upaya dah saya coba. Semoga bisa dibasmi habis. Semalm saya tiba-tiba dikontak by phone sama relawan dari cancer society, dia bilang penderita kanker kayak saya dibutuhkan banget buat motivator. Rupanya dia dapat nomor saya dari perawat di RS. Pastinya nama saya yang dikasihin karena perawat lihat sikap saya yang cool menerima kenyataan.

      Hapus
    6. amin amin yra...

      wah bener2 relawan tsb mengontak org yg tepat :) bunda memang org yg tepat utk menyemangati penderita lain. medan bunda berat tapi bunda survive.

      sip bunda, terus semangat dan selamat "bekerja" ya...

      sukses utk bunda!

      salam
      /kayka

      Hapus
  2. bunda... bunda hebat, bisa tabah... *peluk*
    Tuhan memberkati, cepat pulih ya bunda.
    di kamar berapa bun?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya sih saya nggak hebat nak Feb, cuma saya nggak ketakutan banget gitu lho.

      Terima kasih doanya. Sekarang saya malah udah njurnal sendiri dari PC di rumah he....he....he....he.....

      Peluk balik ya.

      Hapus
  3. Walaupun aku ga pernah komentar tp hampir setiap hari selalu memantau Bundel ini lho, cuma masalahnya di iPad aku ga bisa berkomentar. Baru kali ini khusus kubuka PC.

    Seperti miracle Mbak...kupikir selasa di operasi paling tidak selasa depan baru boleh pulang, ternyata mbak Julie sdh di rmh. Alhamdulillah...Allah Maha Besar. Sekarang tinggal pemulihan. Lebih semangat lagi ya Mbak semoga Allah swt memberikan kesembuhan....Aamiin

    *salam sayang dari Surabaya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Ika, memang banyak kok yang nggak bisa komen karena keterbatasan mereka, termasuk saudara-saudara saya sendiri. Yang jelas ada reportnya dari administrator. Jadi ketahuan juga di dashboard saya. Terima kasih ya mak atas kesetiaanny.

      It's more than a miracle kalau kata orang yang lihat termasuk yang di RS. Pasien-pasien yang lain konon nggak pernah ada yang seperti saya. Jadi, saya sih bersyukur aja diparingi kelebihan ini.

      ~Salam sayang kembali dari kota hujan~

      Hapus
  4. Ikut lega, Bund.
    Semoga lekas pulih ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf ya saya telah menyumbang kepanikan hehehe.......

      Amin-amin-amin. Yang belum mahir saya lakukan cuma ngetik, jadi sering typo nih.

      Hapus
  5. hebat mbak 4 jam untuk operasi ke12.. senang ya ditungguin banyak orang.. semoga lancar jaya pemulihannya..
    3 kilo daging itu diapain? masa direndang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha,,,,, bu Ketua DWP sampe ngacir duluan dari acara di Kementerian Pertanian dengan alasan mau nungguin anggotanya yang mau dioperasi kanker. Jadi aja diizinkan nyonya rumahnya.

      Diapain sih ya enaknya? Yang jelas jangan dibakar-bakar, itu cancerous lho.

      Hapus
  6. Bun.. punten tara ngelongok Bunda Julie di blog, apalagi di RS.. punteeen pisan.. sing engal damang deui Bun..
    Udah di rumah kan skrng mah ya Bun..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aeh aya semah......... salam sono heula ah.

      Ah nggak 'pa'pa juga kok kita jarang ketemu dan saling sapa. Yang jelas kita nggak akan pernah saling melupakan 'kan ya?!

      Sekarang sih saya udah di rumah lagi, kan perawatan saya sangat singkat. Alhamdulillah saya masih terus kuat melanjutkan pengobatan yang baru separuh jalan sampai sekarang. Terima kasih doanya ya. Doa saya semoga de Icho sekeluarga juga selalu sehat wal afiat. Apa kabar si Budhe, masih suka terima pesanan kue? Bentar lagi lebaran, jadi keingetan cerita de Icho soal budhe terima pesanan.

      Hapus
  7. assalamualaikum ibu sangat tegar di sela sela penyakit yang ibu derita. luar biasa saya salut. semoga melalui penyakit ini Allah meluruhkan semua dosa ibu dan kesembuhan cepat hadir di kehidupan ibu. Aamiin.
    bdw bu, umur saya 21 tahun saya juga mengidap tumor payudara dan kelenjar getah bening di ketiak. mau di operasi di dharmais tp ga kuat nunggu kamar yang selalu penuh berhubung ketiak saya sudah bengkak. apa ibu tau jadwal praktek dr bayu brahma di karya bakti. sebelumnya saya sama dr denny tp sepertinya saya mau ganti dr agar bisa dekat di RS. karya bhakti. mohon infonya ya bu. terima kasih banyak. terus menginspirasi kami semua ya bu dan terus menjadi ibu yg tegar. wassalamualaikum wr wb

    BalasHapus

Pita Pink