Powered By Blogger

Selasa, 30 April 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (53)

Ada yang terlupa saya tuturkan mengenai sakit yang saya derita pasca kemoterapi. Sebab sejujurnya saya bukannya tidak sakit sama sekali, toch saya manusia biasa juga. Hanya saja apa yang saya alami tak seberat penderitaan pasien lain. Dan ternyata selain saya yang kelihatannya satu-satunya pasien mengalami hot flushes alias gelombang panas di tubuh, saya juga kemungkinan satu-satunya pasien yang mengalami bisul-bisul di kepala.

Bisul ini tumbuh setelah rambut saya mulai rontok di pertengahan minggu kedua kemoterapi yang membuat saya akhirnya mencukur habis rambut saya. Seharusnya dalam keadaan tanpa rambut saya akan merasa lebih nyaman dan sejuk. Nyatanya tidak. Kepala saya terasa panas. Kini bahkan ditumbuhi benjolan-benjolan dan bintil-bintil kecil yang terasa nyeri jika disentuh. Kata anak saya yang menyaksikannya, itu bisul dalam ukuran yang beragam. Apa penyebabnya belum saya ketahui, karena saya pun belum sempat mengonsultasikannya kepada onkologis yang merawat saya. Tapi berdasarkan analisa sinshe saya, ada kecurigaan diakibatkan oleh konsumsi telur yang saya makan sebagai salah satu sumber gizi. Soalnya kalau orang bisulan, maka makan telur atau makanan lain berprotein tinggi akan semakin memperparah bisulnya. Begitu juga agaknya pada diri saya yang meski sedang tidak bisulan tetapi punya kulit cenderung berminyak. Itu teori sinshe saya yang masuk di akal juga, sebab saya sering mendengar orang tua yang mempunyai balita menyetop konsumsi telur anaknya ketika didapatinya anaknya bisulan.

Kondisi gangguan kulit yang satu ini sungguh tidak menyenangkan. Sebab terasa sakit lagi pula kurang "keren" jika dibandingkan dengan kanker kulit hihihihi..... serem juga ya pembandingnya. Ah, tapi kanker kulit tentunya akan lebih memprihatinkan sebab mematikan. Dulu ketika kakak saya masih mengajar seorang muridnya terkena kanker kulit. Katanya sih diakibatkan oleh paparan zat-zat kimia yang dipakainya di sawah sebab dia murid di Sekolah Kejuruan Pertanian yang kini sudah tiada tapi naik pangkat menjadi Sekolah Tinggi Kedinasan milik Kementerian Pertanian. Terbukti kakak saya mengakui bahwa petani kerap menggunakan zat kimia sebagai pembasmi hama tanamannya, sehingga hasil panennya pun bukan bahan pangan organik. Yang rawan menjadi korban perbuatan tidak baik ini tentu saja petaninya selain masyarakat umum yang mengonsumsi hasil pertanian mereka.

Kembali ke masalah bisul, kulit yang terkena akan berubah kemerahan dan menonjol sedikit. Jika dia sudah "matang" maka di bagian tengah tonjolannya akan terlihat gumpalan nanah. Bisul ini timbul karena berbagai sebab selain alergi. Antara lain karena adanya bakteri stafilokokus yang hinggap di akar-akar rambut. Kemungkinan inilah yang terjadi pada diri saya sehabis saya menggunduli rambut. Padahal setiap kali mandi saya tak lupa mencuci dan membersihkan kulit kepala saya, bahkan dengan sabun antiseptik mengingat saya sadari kulit saya amat rawan infeksi. Namun setelah sekian hari tak ada perbaikan, agaknya saya mesti segera ke apotik membeli salep antibiotik yang bisa dibeli bebas supaya tak harus menunggu jadwal pertemuan dengan dokter saya.

Adapun soal kanker kulit, apa yang diceritakan kakak saya amat sangat mengerikan. Murid lelakinya ketika itu baru berumur tujuh belas tahun. Mula-mula kulitnya luka berkeropeng seperti penampakan sayur kembang kol itu. Akan tetapi lukanya tak sembuh-sembuh sehingga mengakibatkan penderitanya amat kesakitan. Akhirnya dia dibawa ke RS untuk diperiksa teliti. Dengan serangkaian test diketahuilah bahwa dia menderita kanker kulit yang disebabkan terpapar zat kimia. Meski begitu, zat kimia bukanlah satu-satunya penyebab kanker kulit. Kena paparan sinar matahari serta sejumlah virus tertentu juga bisa menimbulkan kanker kulit.

Mendengar cerita kakak saya, rasanya saya jadi takut juga. Maka tak ada kata lain ketika nanti saya bertemu dokter onkologis saya akan saya keluhkan hal bisul-bisul di kepala saya ini dengan harapan saya bisa memperoleh pemeriksaan yang teliti guna menghindari kanker kulit atau apa pun yang mengancam keselamatan jiwa saya. Bagaimana pun juga, kanker memang penyakit yang mematikan.

***

Bicara soal penyakit kanker ngerinya memang luar biasa. Kalau bisa sih lebih baik kita tidak usah mencari tahu apa dan bagaimana itu kanker. Tapi sehubungan dengan penyakit saya, adakalanya pasien penasaran juga untuk mempelajari kasus orang lain sebagai bahan pengetahuan dan pembanding dengan kondisinya sendiri. Begitulah yang semalam saya lakukan. Secara iseng saya masukkan sederet kata kunci ke mesin pencari data. Lalu hasilnya, muncul sangat banyak informasi mengenai kanker, termasuk kanker payudara.

Sungguh luar biasa saya masuk ke sebuah tulisan yang kemudian merujuk blog lain yang khusus dibuat pemiliknya untuk membahas kanker payudara. Kata si perujuk, blog itu banyak manfaatnya karena penulisnya adalah penderita kanker payudara itu sendiri. Jadi kira-kira sama dengan saya menulis blog ini.

Saya kemudian membuka link yang ditunjuk, tapi disapa oleh seseorang yang mengatakan bahwa blog itu dihentikan pengisiannya untuk sementara karena pemiliknya tengah terbaring di ICU untuk mengatasi kanker payudara yang diidapnya. Ada pun si penyapa tak lain dan tak bukan merupakan sahabat si pemilik blog yang sejak semula memang mengelola blog itu atas nama si penderita.

Begitu membaca berita si penderita terbaring di ICU, ciut nyali saya. Terbayang bagaimana repotnya dokter mengatasi penyakit ibu tadi yang sesungguhnya seperti apa pun saya tak tahu. Tapi secara acak kemudian saya mulai menelusuri isi blog itu. 

Masya Allah, saya menyesal telah membukanya. Sebab isinya menggambarkan keganasan serangan kanker. Buru-buru saya tutup blog itu dan saya kembali asyik dengan permainan yang akhir-akhir ini saya pakai untuk mengalihkan perhatian saya dari rasa sakit dan kesedihan menghadapi penyakit saya. Toch sekali lagi saya tekankan, saya cuma manusia biasa, yang meski pun berupaya untuk sabar dan tawakal tetapi tetaplah manusia yang punya sejuta rasa. Lalu saya pun banyak-banyak menyebut nama Allah di dalam hati, istighfar. Saya takut akan kena Murka Allah sebab saya tak ikhlas seikhlas-ikhlasnya diganjar dengan penyakit ini.

Rasanya sejak membaca blog itu semalam, mulai sekarang saya takut blog walking ke situs-situs yang membahas kanker. Sebab saya tahu kanker memang terbukti kejam sekali. Dan saya takut terseret ke dalam pusaran kekejaman si sel ganas yang tak kenal kasihan itu. 

Hari ini badan saya serasa lemah. Perut saya berulah semakin menjadi-jadi sehingga saya tak bisa jauh dari kamar kecil. Belum lagi soal bisul-bisul yang tak terduga itu nyangkut menyita pikiran saya. Ah, rasanya saya ingin segera bertandang lagi ke dokter onkologi saya untuk memastikan apa yang terjadi pada diri saya. Saya perhatikan surat sakti dari pemerintah yang bisa dipakai membebaskan diri saya dari segala biaya pengobatan kanker yang amat mahal itu. Waktunya hampir habis, tinggal dua hari pemakaian lagi. Karenanya tak ada lain hari, besok saya harus mengurus perpanjangannya kembali. Untunglah anak saya ada di rumah dan bersedia menguruskannya dengan suka rela. Maka, apakah saya harus mengeluh juga, sedangkan banyak kenikmatan yang telah saya peroleh? Duh, malunya saya di hadapan Allah................

(Bersambung)

6 komentar:

  1. Terlalu banyak gugling bikin galau bun
    Sy juga gt, sy dpt terapi dr dokter kalau di cari lewat ggugel kebanyakan menyatakan berbahaya. Tetapi mana mungkin kan bun dokter membahayakan pasiennya? Apalagi saya sudah dibekali informasi sm pakde sy yg dsog kalau obat itu memiliki fungsi penting untuk saya bukan sebaliknya.

    Tetap positif thinking bunda, konon positif thingking akan memicu antibody meningkat. Kmrn sy juga bisulan krn sehari makan telur 2 biji. Belakangan sy agak malas bukan krn hbs bisulan tp eneg bun :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh jadi memang terbukti ya bisulan itu diakibatkan konsumsi telur? Bener lagi deh sinshe saya. Dia dulu bilang saya kena ca stadium III. Benar, kata dokter III-B. Dia bilang sekarang tumornya mengecil, benar juga, dokter bilang begitu.

      Iya ah saya nggak googling lagi untuk sementara waktu ini, serem sih. Terima kasih ya nak In moral supportnya.

      Pelukan yuk?!

      Hapus
  2. baiknya bunda cepet2 ketemu dokter, bukan cuman karena surat sakti yang masa berlakunya hampir habis tapi juga supaya bisul2 itu tidak makin parah. mungkin konsumsi telur juga bisa dikurangi?

    banyak cari info kadang memang diperlukan tapi kadang juga bisa jadi seperti bumerang karena bikin ketakutan sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, saya ketemu dokter cuma bisa hari Sabtu nanti. Soalnya kan prakteknya yang utama sebagai PNS di RS Dharmais, jadi di Bogor sampingannya, jarang datang. Saya sudah berhenti makan telur kok. Mudah-mudahan sembuh.

      Betul itu istilahnya boomerang, menghantam diri sendiri karena bikin waspada terus khawatir yang nggak jelas gitu deh. Jyan kapok tenanan aku nek blog walking maneh.

      Hapus
  3. oh baru tahu saya kalau selain mengalami kerontokan, efek negatif dari kemoterapi ini juga menyebabkan bisul.
    mudah-mudahan setelah ini gak ada keluhan yang berarti dan ceu julie sembuh total. aamiin.... ya robbal alamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga baru tahu karena ngalamin sendiri, padahal kalau saya baca-baca orang lain nggak ada yang ngalamin lho. Terima kasih ya atas doa pengharapannya, saya juga mengaminkan doanya ah. Sebab saya masih pengin hidup nemenin anak-anak sampai mereka berkeluarga dan mengizinkan saya ngasuh dulu anak-anak mereka.

      Salam sayang buat neng Fay.

      Hapus

Pita Pink