Powered By Blogger

Rabu, 24 April 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (49)

Banyak orang yang benar-benar terkagum-kagum melihat kondisi saya. Begitu yang saya simpulkan ketika saya membaca komentar teman-teman di jurnal saya yang dihiasi foto saya duduk berdua dengan tetamu saya dari Kanada. Belum lagi E-mail, dan komentar yang masuk di laman FB anak saya serta telepon internasional yang mendekatkan jarak ribuan mil. Saya dianggap kelihatan amat sehat. Alhamdulillah, saya bersenang diri karenanya.

Betul adanya, tak seperti kebanyakan pasien kemoterapi berat tubuh saya, memang naik kurang lebih lima kilogram. Lagipula saya tak mengalami gangguan sakit yang berarti. Cuma rasa lelah saja yang juga tak sampai membuat saya kelihatan lesu. 

Rahasianya terletak pada pengaturan makanan juga istirahat yang cukup ditambah penggunaan obat herbal. Dalam kasus saya, saya sama sekali tak makan daging-dagingan sebab daging itu potensial menyuburkan sel-sel kanker. Apalagi daging merah yakni sapi, kerbau, kambing dan domba dalam konteks agama yang saya anut. Sedangkan daging ayam dan itik juga tidak baik dikarenakan pakannya kerap dicampuri zat-zat yang juga bisa memicu suburnya sel kanker itu. Jadi, protein yang saya makan berasal dari ikan air tawar, yakni mujair, mas, patin atau nila. Saya bahkan tak lagi makan ikan lele yang gurih itu sekarang ini, sebab menurut penyintas kanker yang menularkan pengetahuan dan pengalamannya kepada saya, di balik gurihnya daging lele, ada pakan yang membahayakan kesehatan manusia juga. Mana pula lemaknya terbilang tinggi. Dia tahu itu karena diberitahu oleh dokter yang merawatnya. Itulah pentingnya penderita kanker saling berinteraksi dengan sesamanya. Supaya bisa bertukar pengalaman dan berbagi.

Daging-dagingan yang sesekali masih saya cicipi hanyalah serpih-serpih ayam kampung jika saya sangat ingin makan bubur ayam. Sebab daripada saya tidak bernafsu makan sama sekali, ada kalanya saya ingin makan sesuatu yang sedikit gurih namun tak membahayakan. Ayam kampung itulah yang diizinkan sinshe saya. Tapi mengolahnya tidak memakai bumbu penyedap yang mana pun juga termasuk Vetsin yang kerap diplesetkan orang di kampung saya menjadi "Micin". Berkurangnya nafsu makan pada penderita kanker yang dikemoterapi memang lumrah terjadi, termasuk pada diri saya yang mendapat pujian sangat istimewa alias luar biasa itu tadi. Jadi, demi memenuhi kebutuhan makan, saya beranikan diri makan bubur ayam supaya saya cuma makan sedikit sekali ayam tapi sudah ada rasa nikmatnya.

Protein yang masuk ke dalam tubuh saya antara lain saya dapat dari protein nabati berupa tempe dan tahu. Ini adalah makanan yang murah meriah namun cukup baik gizinya. Buah-buahan pun bisa dipilih dari kalangan buah yang sedang musim, namun yang tak mengandung getah. Misalnya manggis, mangga, juga buah-buahan murah meriah yang nyaris ada setiap masa yaitu jambu biji dan sirsak. Saya memprosesnya menjadi juice selain memakannya begitu saja. Konon kata salah seorang kontak saya di situs ini, jangan diberi gula karena gula juga memicu pertumbuhan sel kanker. 

Di masa kemoterapi begini, saya bahkan rutin makan pepaya baik yang berupa pepaya matang segar maupun pepaya setengah matang yang saya proses menjadi asinan pepaya. Rasanya yang manis-asam agak sedikit pedas terbukti amat membantu saya menghilangkan rasa tidak enak di lambung yang diakibatkan oleh obat kemoterapi. Itulah sebabnya saya tidak pernah sampai muntah-muntah, sehingga tubuh saya tetap bugar bahkan gemuk. 

Asupan susu juga saya peroleh dari susu kedelai segar, bukan yang sudah diberi pengawet. Kalau kita beruntung, di sekitar tempat tinggal kita pasti ada yang menjualnya di dalam kantung plastik dengan harga murah. Sedangkan bubur kacang hijau saya makan sebagai makanan pencuci mulut atas anjuran dokter yang kebetulan teman saya, supaya tumbuhnya kembali rambut yang rontok dibabat obat kemoterapi menjadi subur dan lebat. Oh ya, sinshe dan artikel-artikel ilmiah yang saya peroleh dari berbagai sumber membuat saya juga kadang-kadang membuat es rumput laut sebagai ganti bubur kacang hijau, sebab kandungan zat gizi rumput laut diakui cepat membunuh sel kanker. Terkadang saya menggantinya pula dengan pudding agar-agar yang saya beri perasa dari buah segar semisal strawberry atau mangga. Pokoknya pada intinya, karena penyakit kanker membutuhkan perawatan yang amat mahal, maka pasien kanker harus menyiasati makanannya menjadi makanan bergizi yang murah-meriah walau tidak berarti harus murahan. Silahkan simak pudding dan juice yang saya produksi di dapur rumah tangga kami ini :





 








(Keterangan gambar dari atas ke bawah : pudding nenas-jeruk, juice buah naga merah, pudding strawberry dan juice brokoli-mentimun)

Jadi sebetulnya kalau kita mau menyesuaikan diri dengan kondisi keuangan kita yang sudah sangat pas-pasan sehabis dipakai berobat, kita bisa membuat hidangan sehat sesuai dengan ketersediaan bahan yang murah di pasaran. Sehingga tidak akan ada tubuh yang lemah, kurus dan nampak sakit. Setidak-tidaknya itulah yang saya kerjakan. Namun ini semua masih ditunjang dengan ketenangan jiwa. Sikap saya yang nampak seperti tak menanggung beban lebih dikarenakan mental anak-anak saya serta orang-orang terdekat saya yang tangguh dan gigih mendampingi saya. Tak pernah mereka biarkan saya melihat kesulitan-kesulitan mereka. Bahkan sedapat mungkin mereka selalu berupaya menyenang-nyenangkan saya. Saya teringat ketika baru saja penyakit saya terdeteksi meski belum secara medis di dokter onkologi ~baru di dokter bedah umum dan sinshe~, anak saya mengajak saya menonton konser musik yang menyanyikan seraya menirukan band fovorite saya semasa remaja dulu, Koes Plus. Mereka mengumpulkan uang jajan mereka untuk menyewa mobil lalu membawa saya ke Taman Mini Indonesia Indah khusus untuk menonton konser bertajuk "Komunitas Jiwa Nusantara" itu hingga saya merasa amat puas yang akhirnya justru berujung petaka. Malam harinya sakit saya amat menyengat sehingga saya harus "bertapa" selama sekian hari di atas pembaringan saya. Tapi kemudian saya justru bisa bangkit kembali melawan penyakit saya dan melupakan kesulitan hidup kami hingga sekarang. Ya, hidup ini untuk bersenang-senang karena dunia dan isinya itu indah. Selamat petang!

(Bersambung) 
 

12 komentar:

  1. Bund, mau OOT nih....
    Itu puding sama jus-nya si adik yang motoin?
    Bagus ih!
    Apalagi yang jus merah di atas tutup tup****re..... keyeeeen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tapi itu bukan tupperware lho, cuma stoples kurupuk plastik biasa, saya ambil tutupnya buat alas hahaha........ Juicenya enak beneran lho ci.

      Hapus
    2. Strawberry doang nggak dicampur buah lain ya, Bund?
      Seger bener kelihatannya.

      Hapus
    3. Yang saya blender sih dicampuri susu cik, kadang-kadang saya ganti santan. Memang enak, seger deh.

      Hapus
  2. tes...tes...
    apa komenku bisa masuk ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dong. Memangnya selama ini susah ya?

      Hapus
  3. wah, bunda jadi vegetarian dong
    kira2 ini selamanya atau semasa sakit aja bun?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Niatnya untuk selamanya sih, semoga aja nggak ingkar janji :-D

      Hapus
  4. ini sama mbak menunya ikan.. telur ga boleh mbak?
    beras ganti beras merah aja..
    ga suka bekatul mbak?
    kalu buah mending buah potong langsung kunyahkunyah, sekarang males aja ngeblender deh..
    salam sehat selalu ya mbakyu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh tapi telur ayam kampung. Sayangnya saya cenderung bisulan kalau makan telur, jadi sesekali aja saya makan telur. Beras merah susah nyarinya di dekat-dekat rumah. Bekatul sesekali juga saya konsumsi.

      Sama-sama ya, semoga jeng Tintin juga sehat selalu. Sakit itu menderita, mahal pula!

      Hapus
    2. itu mbak puding nenas ditengahnya ada 3 bulat putih, itu obat?

      Hapus
  5. Bukan, itu saya taruh kukis kecil-kecil buat hiasan doang kok hehehe........

    BalasHapus

Pita Pink