Powered By Blogger

Sabtu, 20 April 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (47)

Genap dua minggu sudah sejak kemoterapi kedua saya. Artinya tinggal seminggu lagi saya menjalani kemoterapi ketiga. Jadi hari ini saya diwajibkan bertemu dengan onkologis yang akan menetapkan jadwal kemoterapi saya serta memutuskan berapa kali pada akhirnya harus dikemoterapi sebelum payudara saya diangkat semuanya termasuk kelenjar ketiak yang sudah membengkak. Kebetulan dokter itu sudah tiba kembali dari perjalanan panjangnya ke luar negeri mengikuti workshop yang saya yakin akan banyak manfaatnya untuk kemajuan penanganan pasiennya di masa yang akan datang.

Tapi hari ini ada lagi yang lebih membahagiakan saya selain berprakteknya kembali dokter onkologi saya itu, yakni kunjungan istri Walikota kami yang akan menyampaikan bantuan dari Yayasan Kanker Indonesia kota Bogor (YKI Bogor). Menurut informasi yang disampaikan pejabat di kelurahan tempat tinggal saya sepagi mungkin beliau akan bertandang menjenguk saya, sebab selain saya ternyata masih ada lagi penderita kanker lainnya yang juga harus dibantu. Jadi sambil menyesuaikan dengan jadwal kontrol saya ke RS tepat pada pukul sembilan pagi beliau bersama rombongannya tibalah.

Tak disangka, sangat banyak yang ikut rombongan itu. Selain tentu saja pengurus YKI ada juga dokter Kepala Puskesmas desa, Lurah, serta sejumlah pejabat lainnya yang sulit saya rinci satu demi satu. Benar-benar baru kali ini saya dikunjungi rombongan orang banyak yang merupakan orang-orang berpengaruh di daerah kami, sehingga tentu saja saya agak kikuk menghadapinya. Sebab terus terang saja saya pikir istri Walikota kami hanya akan disertai Lurah desa beserta istrinya, dokter Kepala Puskemas dan Ketua Kader Posyandu RW saya sebagai penanggung jawab pemeliharaan kesehatan warga di kampung kami. Saya lupa bahwa ini di Indonesia, di mana suatu kantor pegawainya sangat banyak. 

Kepada saya ibu Dra. Hj. Fauziah Budiarto, MM yang nampak amat peduli kepada warganya ini menyatakan berniat mengunjungi para penderita kanker yang berada di wilayah kota Bogor untuk melaksanakan kiprah YKI Bogor yang dipimpinnya. Tujuannya selain untuk menengok kondisi pasien, YKI juga berniat memotivasi para penderita untuk rajin berobat sampai sembuh. Pendampingan diberikan melalui pemantauan kesehatan, pemberian nutrisi untuk pasien sambil dituntun melalui serangkaian pengetahuan tentang penyakit kanker dan perawatannya. Itu juga yang dilakukan terhadap saya, meski ujung-ujungnya beliau justru merasa terkagum-kagum menyaksikan bugarnya kondisi saya serta tingginya semangat saya di dalam mengelola penyakit yang menakutkan ini sehingga tetap tak menyebar ke organ-organ lain seperti kebanyakan pasien lain. Bahkan saya kemudian serasa mendapat kehormatan ketika beliau dan Kepala Puskesmas desa saya dr. Nur yang dari pembawaannya nampak shalihah mengemukakan niat beliau untuk suatu hari nanti membawa saya serta di dalam kegiatan-kegiatan kampanye memerangi kanker sebagai motivator bagi sesama penderita.

Saya cukup terkejut ketika kemudian salah seorang di antara rombongan itu memotret kami diikuti pemberian bantuan yang diserahkan langsung oleh ibu Dra. Hj, Fauziah ke tangan saya. Dalam pesannya beliau mengharap donasi yang dikumpulkan para relawan pegiat YKI Bogor dari berbagai pihak hendaknya dapat saya gunakan untuk mencukupi kebutuhan gizi saya selama sakit. Sebab setiap waktu-waktu tertentu kami para penderita akan kembali dikunjungi untuk pemantauan kondisi kesehatan. Saya segera teringat foto yang saya lihat di koran daerah mengenai kunjungan beliau dengan timnya ke beberapa Kecamatan sebelum sampai di tempat kami ini. Tak dinyana, sekarang giliran saya mendapat kehormatan dikunjungi. Inilah foto yang saya ambil dari Harian Radar Bogor ketika saya terkesan membaca berita dan melihatnya :




Dan inilah foto yang sayangnya amat tidak memadai untuk dipandang ketika beliau menjenguk saya :




Lihatlah luapan sinar matahari yang menembus jendela rumah saya, sepertinya menunjukkan kehangatan istri seorang pemimpin sejati seperti yang diperlihatkan oleh ibu Fauziah Diani Budiarto, istri Walikota kami dua periode ini. Cermati pula betapa ibu Diani terpesona menyaksikan saya yang masih penuh daya hidup, sehingga ketika baru masuk ke dalam ruang muka rumah kami sempat hendak menuju kamar tidur saya sebab mengira saya sedang terbaring tak berdaya seperti penderita yang saya jadikan bahan perbandingan di foto yang diambil dari koran di atas. Siapa sangka ternyata saya termasuk pasien kanker yang "ajaib", alhamdulillah!

Sewaktu mengantarkan beliau menuju kendaraannya kembali, saya terperangah menyaksikan sekarung beras dan sembako yang diletakkan orang di balik pintu ruang tamu kami. Ternyata, tak hanya bantuan uang belanja, ada juga bahan pangan yang sudah barang tentu amat meringankan kami yang sedang bergulat mencukup-cukupkan dana untuk membiayai kebutuhan sehari-hari sekaligus berobat saya. Pasalnya meski kemarin dulu Kasi Kesejahteraan Rakyat di kelurahan saya mengatakan saya diberi Jamkesda yang kartunya diminta walikota untuk segera diproses, masih ada keraguan di hati saya, apakah dana Jamkesda bisa dipakai untuk membeli obat Herceptin yang diingini dokter onkologi saya?

***

Ternyata dokter onkologi mengungkapkan bahwa berhubung didanai Jamkesda kota, maka obat Herceptin yang direncanakan akan diberikan kepada saya diganti sesuai dengan harga obat yang dijamin oleh Jamkesda. Tetapi bukan berarti obat-obatan lainnya itu buruk, hanya sifatnya lebih ringan jika dibandingkan dengan Herceptin yang baru-baru ini digalakkan untuk membasmi tuntas Virus Her-2 penyebab kanker payudara saya. itu sebabnya dulu ketika pendanaan kemoterapi saya masih dalam tanda tanya beliau menganjurkan saya untuk ikut program penelitian teman sejawatnya di RSK Dharmais sebagai semacam kelinci percobaan. Biaya dijamin gratis, tetapi anak saya menolaknya mentah-mentah. Mereka takut gagal sehingga saya tak tertolong.

Program Jamkesda yang digulirkan pemerintah di berbagai daerah, dananya memang tak bisa diseragamkan di seluruh Indonesia. Masing-masing tergantung kepada anggaran pemerintah yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerahnya ditambah sumber-sumber dana lainnya. Sudah barang tentu di wilayah yang kurang potensi pariwisatanya, pemasukan ke kas daerah tak sebanyak wilayah yang punya banyak objek wisata menarik. Untuk itu dokter saya harus menyesuaikan lagi rencana pengobatannya bagi saya.

Saya diberi obat teringan di antara barisan obat-obat kemoterapi untuk kanker payudara. Rencananya bila obat ini tidak membawa perbaikan yang berarti, saya akan diberi obat yang lebih kuat lagi. Jika itu tetap tak menolong terpaksalah saya diobati dengan Herceptin yang kalau tidak salah harganya mencapai 20 juta rupiah per dosis, belum ditambah obat-obat pendamping lainnya. Untung sekali saya sudah menunjukkan perbaikan. Dokter bedah umum yang menjadi pendamping tetap onkologis saya selama beliau tak bisa menjalankan tugas prakteknya menyebut tumor saya sudah mengecil tak hanya yang di kelenjar ketiak, melainkan juga yang dipayudara. Kemudian sinshe saya pun menyebut begitu. Sedangkan yang terakhir, kemarin siang dokter saya memperkuat lagi diagnosa itu. Puji syukur yang tiada terkira. Jalan menuju kesembuhan semakin nyata di depan mata. Saya harus berusaha keras untuk menggapai kesehatan prima yang sudah sangat lama saya idam-idamkan ini. Artinya, perjuangan belum selesai tetapi sudah setengah jalan. Insya Allah akan saya tuntaskan setuntas-tuntasnya tanpa diganggu kejemuan dan kejenuhan menghadapi rangkaian pengobatan saya. Maka tunggu lah saya di jurnal minggu depan, kemoterapi saya yang ketiga akan segera berlangsung. Saya tetap minta didoakan ya teman-teman, termasuk kepada mbakyu Tri dan mas Dar di tepian Amazon yang saya yakin selalu setia menyemangati saya dengan datang bertandang diam-diam ke jurnal di buku harian saya ini, matur sanget nuwun, hatur nuhun dina sadaya kasaeanana.....

(Bersambung)

14 komentar:

  1. alhamdulillah, semoga terus begitu sampai sembuh total.. tetap semangat ya bun..

    bunda adalah panutanku dalam menghadapi penyakitku, bunda hebat bisa sabar banget, dan aku suka malu sendiri kalo baca-baca ke sini.. :)
    pengen bisa seperti bunda yang selalu semangat..

    *peluuuukkkk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kasihan sih sama anak-anak saya. Mereka belum mandiri. Ayo mbak Rin, jangan bosan istirahat total dan makan obat serta jaga makanan. Saya soalnya ingat teman SMP saya yang sakit typhus tapi bandel.

      Pelukan balik ya.

      Hapus
  2. bunda memang layak mendapatkan semua perhatian ini. semangat dan keinginan sembuh bunda tepat sekali dijadikan sebagai contoh bagi penderita dengan situasi yang sama untuk tidak menyerah dengan keadaan,

    semagat dan ceria terus ya bunda...

    doa dari jauh untuk kesembuhan bunda, amin yra.

    salam
    /kayka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kak, sebetulnya sih saya cuma ingin membahagiakan anak-anak saya yang begitu penuh pengorbanan untuk saya. Makanya saya upayakan untuk bertahan dan menjalani semua program pengobatan saya dengan sebaik-baiknya. Syukur kalau ada yang bisa dijadikan contoh untuk penderita lainnya.

      Amin ya atas doanya yang kali ini merupakan doa kesekian dari kak Ika.

      Salam hangat dari Bogor!

      Hapus
    2. bunda beruntung sekali dikelilingi orang2 yang menyayangi bunda.

      mudah2an allah mendengarkan doa kita semua ya bun...

      salam
      /kayak

      Hapus
    3. Dan doa kak Ika juga didengar Allah ya kak, selamat menikmati hidup di perantauan!

      Hapus
  3. Balasan
    1. Matur nuwun, surprise maning kiyeh, batir lawasku mentas bae mungkur teka niliki aku khusus sekang Kanada :-))) Alhamdulillah!

      Hapus
  4. Alhamdulillah...
    Selalu ada bantuan ketika kita mengalami kesulitan..
    Tetap semangat Bunda.. Salam dari jauh.. hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa syukurillah nak Sungging. Allah itu Maha Baik terutama jika kita percaya penuh kepadaNya. Salam kangen juga, apa masih di negara kulit kuning langsat ya? Enak-enakkah makanannya di situ? Tetap jaga kesehatan ya, jangan terlalu ngumbar nafsu daripada jadi sakit kayak saya. :-D

      Hapus
  5. keren ya turun ke lapangan ibu walikotanya.. [eh tepat bahasanya gimana mbak? istri walikota apa ibu walikota?]
    rejeki ga kemanamana kan mbak.. cerita kan mbak kalu punya blog ke ibu walikota? biar bisa dipantau dari sini, sambil membaca blognya mbakjulie..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya nggak tahu tepatnya gimana tapi saya sebut aja istri walikota. Keren memang. Dan semula saya nggak nyangka beliau berkenan juga ke tempat saya, sebab secara kasat mata saya kan kelihatannya orang mampu ya? Hehehehe........ ternyata beliau nggak mau tertipu oleh pandangan mata, jadi turun sendiri ke rumah-rumah rakyatnya. Alhamdulillah.

      Iya, URL blog ini dicatat ibu dokter yang jadi Kepala Puskesmas di desa saya.

      Hapus
  6. subhanalloh....
    terkesan dgn cerita ini bunda...
    tetap semangat ya...
    kapan yah bisa ketemu sm bunda julie..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah memang Maha Berkuasa. Apa yang diinginkanNya terhadap manusia nggak ada yang bisa melarang. Kalau saya diinginkan sehat, ya walaupun sakit dan diganggu orang dengan segala masalah pelik alhamdulillah saya nggak jadi kurus kering dan penyakit saya merembet seperti pasien-pasien lain yang saya lihat. Begitu pun mereka yang penyakitnya sudah bertahun-tahun sampai menyebar ke mana-mana dan mengeluh capek, ternyata oleh Allah masih diberi umur panjang.

      Gimana tuh kalau gitu? Allah Maha Kuasa kan?

      Ayo silakan main ke Bogor neng, nanti ke rumah teh Winny sama ke rumah teh Nuri juga yuk? Eh kontak mereka bukan sih?

      Hapus

Pita Pink