Powered By Blogger

Senin, 01 Juli 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (81)

Malam ketiga saya kembali ke rumah, saya dikejutkan oleh sebuah telepon dari perempuan yang mencari saya. Suara yang asing memanggil nama saya. Persis seperti komunikasi lewat SMS yang diterima anak saya malam sebelumnya dari sebuah nomor asing. 

SMS itu memberitahukan bahwa onkologis saya akan berbicara dalam sebuah forum mengupas mengenai penatalaksanaan pengobatan kanker di era modern keesokan harinya di sebuah perumahan yang jauh dari rumah kami. SMS tanpa nama pengirim itu menyebut penyelenggara acaranya sebuah forum berinisial "CISC". Karena merasa SMS itu bukan berasal dari pengiklan obat antikanker, maka saya mencoba menghubunginya langsung dari nomor saya. Saya bertanya lembaga apakah penyelenggara "talk show" kanker itu, sebab saya amat awam. Saya nyatakan saya tak dapat datang karena baru selesai dioperasi. 

Lama tiada jawaban, malam harinya lagi-lagi seseorang menghubungi ponsel saya. dia cuma minta nomor rumah saya, diikuti telepon satu jam kemudian.

Ternyata itulah jawaban atas rasa penasaran saya. Perempuan sebaya saya ini merupakan relawan kanker yang memiliki rumah kedua di Bogor. Dialah penyelenggara talk show tadi. Dia mendapat nomor kontak anak saya dari asisten dokter saya di RS, yang dijumpainya secara rutin jika akan mengadakan pertemuan membahas kanker. Entah apa sebabnya, para perawat memberikan nama saya tetapi dengan nomor ponsel anak saya. Agaknya saya dianggap bisa menerima semua kenyataan tentang kanker dan cocok untuk berada di tengah-tengah komunitas tersebut. Tapi perawat paham bahwa saya minggu itu sedang dioperasi di Jakarta. Jadi sebaiknya anak saya lah yang dihubungi. Untuk diketahui, di RS nomor trlepon kami sekeluarga memang diminta.

Banyak yang akan disampaikannya kepada saya, sebanyak apa yang akan saya tuturkan kepadanya. Dan dia asyik saja menyimak riwayat penyakit saya, sambil sesekali mengomentarinya. Terjadilah pembicaraan setara dua arah pada akhirnya.

Perempuan itu membenarkan bahwa lembaganya adalah organisasi nirlaba untuk membantu pasien kanker. Pusatnya di Jakarta, karena di Jakarta banyak pasien dari daerah yang mengalami kesulitan sehingga perlu didampingi dan dibantu. Adapun talk show itu, merupakan pengisi acara kegiatan rutin. Berhubung di Bogor banyak pasien yang kesulitan untuk datang ke Jakarta, maka perempuan bergelar dokter hewan yang sudah lama meninggalkan profesinya menyediakan rumah akhir pekannya sebagai tempat berkegiatan. Anggotanya bebas merdeka tanpa dipungut bayaran berhubung pengobatan kanker itu sendiri sudah jelas-jelas "memiskinkan" keluarga pasiennya.

Katanya sayang sekali acara pagi itu sepi pengunjung. Tapi toch onkologis saya tetap datang dengan antusiasmenya sebagai pembicara. Pokok pembicaraan kami kemudian beralih ke masalah kesehatan saya. Setelah tahu apa penyebab kanker saya, relawan itu menganjurkan saya untuk mengambil obat terbaru yang sudah banyak dipakai orang dan menyelamatkan. Tapi saya tak mungkin membelinya karena terkendala harga yang amat mahal yang tak dibiayai pemerintah sebagai "Dewa Penolong" saya.

Virus Her2 penyebab kanker saya sudah menemukan obatnya, yakni Herceptin. Di Amerika Serikat menurut buku yang saya baca sudah banyak dipakai, karena hasilnya memuaskan. Tapi menurut onkologis saya, di RSKD obat ini masih terus diteliti dan dikembangkan. Beliau dulu menawari saya menjadi semacam kelinci percobaannya. Tetapi anak-anak saya berkeberatan. Waktu itu saya tidak bisa membujuk anak saya guna mengiyakan, sebab saya takut jika seandainya terjadi kegagalan saya akan disesali. Meski di dalam hati ketika secara tak sengaja saya dapati pasien di ranjang sebelah saya memakai obat itu terbit iri hati saya, tetapi saya berusaha memendamnya dalam-dalam.

Relawan itu menjelaskan bahwa virus Her2 ternyata ada bermacam-macam jenis. Itulah sebabnya Herceptin masih terus diteliti. Maksudnya supaya setiap "sub-virus" mendapatkan obat yang paling cepat memberikan reaksi. Ya, kanker kan memang ganas betul, mampu merenggut nyawa bahkan dalam waktu singkat. Karenanya dunia pengobatan kanker harus berpacu dengan waktu.

***

Meski tak bisa ikutan talkshow rasanya saya tak menyesal telah ditelepon relawan CISC. Kelihatannya beliau pun juga tak menyesal menemukan saya secara tak disengaja. Sebab pembicaraan kami klop. 

Dalam pada itu beliau setelah saya beri tahu soal blog saya ini kemudian justru menyemangati saya untuk terus saja menuliskan segalanya di sini. Menurutnya akan ada manfaatnya isi blog saya nantinya untuk orang banyak, terutama penderita kanker payudara dan keluarganya. 

Luar biasa hebat rupanya efek berbagi pada penderita kanker. Selain pasien tak lagi merasa sendirian, orang-orang lain pun merasa punya teman senasib yang bisa menularkan pengalamannya untuk menyemangati sesamanya. Ah mudah-mudahan saja saya sehat kembali dan panjang umur supaya bisa ikut-ikutan jadi relawan. Baiklah, akan saya tata lebih baik hidup saya pasca operasi berat ini. Tolong doakan saya ya kawan-kawan. Terima kasih, salam sehat!

(Bersambung)

4 komentar:

  1. Menyimak ya, mbak Julie.
    Ilmu baru nih tentang virus Her2.

    Luar biasa, sesama penderita saling berbagi dan menyemangati.
    Semoga lekas sehat kembali dan Allah SWT juga membalas segala amal mbak Julie dalam berbagi hal-hal yang positif tentang kesehatan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan. Relawan itu tadi bukan penderita lho, benar-benar orang baik yang tergerak hatinya untuk membantu kami.

      Terima kasih atas doa tulusnya, semoga dikabulkanNya.

      Hapus
  2. iya pernah baca soal herceptin itu mbak.. semoga mbakyu bisa berobat dengan herceptin dan gratis ya..
    keren relawannya langsung klop ngobrol sama mbakyu julie..
    btw udah julie nih.. bulan lahir mbak kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa katanya di artikel itu? Sekarang penawaran udah dicabut. Saya malah dicobakan dengan obat standar nan murah itu. Murah untuk ukuran pengobatan kanker sih, walau bilangannya tetap aja belasan juta.

      Saya nya yang ceriwis sih hihihihi....... Lagiannya ternyata dia kenal dokter Maria teman saya itu.

      Yo'i, habis itu kan Agustini ya?

      Hapus

Pita Pink