Powered By Blogger

Sabtu, 04 Oktober 2008

AKU TERHANYUT DALAM LAUTAN CINTAMU

Ya Allah, aku telah terhanyut dalam lautan cintaMu. Kupastikan diriku sedang bahagia. Semua kerabatku berkumpul, memberi maaf padaku. Dan aku sendiri meminta maaf mereka serta merenungi apa yang telah lalu. Terasa betapa Kau dekat padaku. Dan kedekatan itu membuahkan kebahagaiaan dan kebanggaan bahwasannya aku sekarang sudah menjadi muslimah yang lebih baik daripada dulu.

Genap setahun ini aku menutup aurat. Peristiwa itu terjadi Ramadhan tahun lalu. Begitu saja, seakan-akan peringatan Allah padaku.

Di rumahku aku mempunyai hubungan dengan seorang tenaga ahli pemeliharaan jaringan listrik. Seorang lelaki lokal, dari ras Cape Malay. Namanya tak perlu kusebutkan disini. Tapi yang jelas dia menyandang harkat sebagai hamba Allah juga sebagaimana kami seisi rumah.

Hari itu masih pagi. Aku keluar dari kamar untuk memastikan kegiatan di dapur sudah berlangsung. Di pintu dapur aku bersirobok dengannya. Lelaki paruh baya yang jelas lebih muda dariku itu segera menyapaku. Tapi dengan senyumannya yang "nakal" dan matanya yang "liar". Biji jakunnyapun menonjol naik-turun ketika menyaksikanku berdiri dibalut rok dan kemeja batik lengan panjang yang kupadu padankan dengan kalung batu.

"Wow, Julie! You look so beautiful. Gorgeous! Masha Allah! " serunya sambil menatap lekat padaku. Biji matanya membulat seperti hendak keluar.

"Julie, teach me your bahasa, so I can go to Indonesia. Fetch me a wife justt like you, please," katanya lagi nakal sekali. Padahal konon dia sudah beristri tiga orang.

Gemetar aku dibuatnya. Jijik yang sangat segera merajai diriku. Dengan menjawab terima kasih kutinggalkan dia masuk kembali ke dalam rumah. Kakiku melangkah gemetaran. Seumur hidupku tak pernah ada lelaki lain yang berani berkata seperti itu selain mas Dj bapaknya anak-anakku.

Aku mematut diri di cermin kamarku. Tak ada yang salah disana. Wajahku masih yang biasanya. Dengan rambut terurai sebahu serta pulasan bedak Venus buatan Indonesia dan sedikit perona pipi. Gincukupun masih yang itu-itu saja, Revlon warna natural yang nyaris tak nampak di bibir. Lalu apa yang salah padaku? Aku menghela nafas tegas mengusir semua kemarahanku.

Lelaki itu tak berani lagi mencariku. Dan hari itu lalu begitu saja tanpa laporan apa-apa darinya padaku sebagaimana seharusnya.

-ad-

Jilbab itu kemudian bertengger di kepalaku, keluar dari sarangnya di laci lemari baju kami. Pertama aku mengenakannya, aku minta ijin dulu kepada suami dan anak-anakku. Semua mengatakan tidak berkeberatan, sebab hanya aku yang tahu bagaimana sepatutnya aku melindungi diri.

Dan sejak itu dia tak lagi berani menegurku dengan sembrono. Dia hanya menganggukkan kepala sambil mengucap assalamualaikum sewajarnya. Bahkan atas laporanku, suamiku tidak mau lagi menggunakan jasanya. Dia berlalu dari kehidupan kami begitu saja.

Kejadian itu setahun yang lalu. Tepat ketika Ramadhan mulia bertandang pada kami. Nikmatnya mengikuti belakangan. Para saudara seiman selalu menegurku dengan salam yang sopan serta mengajak berbasi-basi di setiap kesempatan. Bahkan sejak saat itu dapurku selalu terisi hidangan halaal berkat pemberitahuan mereka.

Di toko-toko selalu saja ada yang mengira aku perempuan Malaysia yang butuh daging halaal, Dan untuk itu mereka rela menunjukkan tempatnya, Bahkan ketika terjebak minuman beralkohol di pesta-pesta orang kulit putih, mereka jugalah yang mengingatkanku untuk tidak menyentuhnya bahkan kemudian menggantinya dengan minuman ringan tanpa kuminta.

Ya Allah, hidupku nikmat sesudahnya. Kau ada di sisiku selalu. Kau tuntun aku dengan jiwa dan ragaMu yang menitis di setiap hati insan yang iman. Kau dekap aku dengan kalimat-kalimat suciMu yang terus mengiang dari Kitab-KitabMu. Subhanallah! Kau sungguh Maha Sempurna untuk menyempurnakan kehidupanku yang tiada sempurna.

-ad-

Hari ini, di beningnya embun pagi yang turun pada kelopak-kelopak bunga di halaman rumahku aku dapat berkaca jelas. Bahwa Kau ada disini, di rumahku, pada setiap jengkal tanah yang kuinjak.

Juga ketika gema takbir diagung-agungkan orang di dalam masjid, aku bisa menangkap bayang-bayangMu, Kau juga nampak di mana-mana, pada setiap apa yang kulihat. Di baju-baju bersih para pendoa yang saleh. Di telekung-telekung perempuan yang shalihah dan duduk mengukir doa pujian.

Kemudian ketika tiba saatnya kami bermaafan, kau juga hadir. Pada setiap tangkup telapak tangan yang menggenggamkan persahabatan. Pada setangkup bibir yang menggumamkan keindahan sebuah persaudaraan. Juga pada jemari para ibu yang menyiapkan hidangan di dapur untuk dibawa ke meja makan. Serta kulihat juga dirimu ya Allah, di kantung-kantung plastik makanan anak-anak serta kantung uang yang diselipkan di saku-saku baju mereka.

Maka, kupakai mulut ini untuk menyapaMu. Dengan sebentuk doa kesyukuran serta serangkai nasyid pujian. Semoga suaraku melambung ke langit, dan Engkau menangkap gemanya di angkasa sana.

Selamat idul Fitri. Dari suci kita kembali kepada kesucian belaka. Semoga hari mulia ini membawa kebaikan bagiku selamanya. Lalu kucium bayang-bayangMu yang menera di hamparan tikar sembahyangku. Aku bersyukur telah diijinkan untuk memilikiMu selamanya.

34 komentar:

  1. Tanteeeeeeeeee...........
    met wiken yessssssssssss
    huggz huggz dr Medan sampe Cape Town...

    salam ama Harry yessss......
    ini ai tinggalin sekeranjang muffin...
    ntar klo udah selesai, keranjangnya jgn lupa dibalikin...
    hihihihi

    BalasHapus
  2. subhanallah... hatiku serasa ditetesi beribu embun yang menyejukkan...

    BalasHapus
  3. hi mba..
    I'm on nih hehehe..
    baru tahun yl start berjilbab ya mba?
    Sudah duluan dimampiri 'hidayah' Allah.
    Alhamdulillah.
    Semoga konsisten dengan konsekwensi-konsekwensi nya.
    Anywayzz, itu tukang listrik ganjen amir yak? hehehe.

    BalasHapus
  4. Tengkyu, tengkyu ya nak.
    Nanti Harry tak suruh nembaliin. Mo diisi apa? Nastar, kaastengels, pastel abon, kacang bawang atau sagu keju? Besok ya.........

    Apa kabar Ai? semoga bahagia di week-end ini. Salam hangat untuk mamak ya?!

    BalasHapus
  5. Hiiiii...... kok aku jadi kedinginan sendiri tho nak?

    BalasHapus
  6. Yo'i! Sebetulnya my pengakuan udah pernah nongol di blog si bundel.
    Tapi sekarang nongol lagi dengn gaya lain disini.
    Insya Allah aku konsekuen dengan semua ajaranNya kok mbak.
    Dasar dari dulu-dulunya juga aku tuh nggak pernah macem-macem sih......
    Kurang pe-de kalo disuruh dandan sepenuh wajah........
    Disini banyak orang ganjen. Ceweknyapun ada.
    Percaya nggak sih, salah satu satpam kami (muslim) adalah suami kedua (jadi istrinya punya dua suami semua masih hidup). Pusiiiiing!

    BalasHapus
  7. hidup gak neko-neko!!! saya juga enjoy jadi wanita yang dandan seadanya, Tante :-)

    BalasHapus
  8. alamaaaak...kuat amat tu bini? hehehe..
    kira2 apa motivasinya bersuami lebih dari satu mba?


    BalasHapus
  9. iya memang sebaiknya
    kita saling menghormati
    hak masing2 kali ya mba,
    yang dandan habis2an
    menghormati yang dandan seadanya,
    begitu juga sebaliknya,
    yang kagak dandan
    sebaiknya menghormati
    yang dandannya medok & menor... hihihihi
    saya mah dua dua nya mbak, tergantung sikon & acara
    kadang menorrrr, kadang pilus, kaya bangun tidur hehehe..

    BalasHapus
  10. He...he....he.... heran yak? Padahal doi berjilbab rapet plus pake abaya segala.
    Dia kelihatannya cari nafkah ganda karena maaf hidupnya di bawah garis kemiskinan, tapi anaknya lumayan banyak.

    BalasHapus
  11. Betul sekali!! Aku make baju rada heboh aja cuma kalo mau ngisi acara dines di forum yang rada 'gemrlapan" gitu.......... Di kantor doang mah, polos aja lah.........

    BalasHapus
  12. Eh, malah kelihatan aslinya. Nggak pake nipu orang lho.........

    BalasHapus
  13. hiiiiii .... ternyata suami juga ada yang rela dimadu ya ....

    BalasHapus
  14. ...ke manapun kita palingkan muka, hanya wajah Allah sajalah yang nampak. Karena Dian Maha Wujud.... Selamat menikmati cinta dari Samudera RahmahNya... His Devine Love from His Mercy Ocean.. Taqobalallaahu minna wa min kum, Taqobalallaahu ya Kariim.. Maaf segala salah saya, semoga kita meraih Taqwa di penghujung jamuan RamadhanNya...

    BalasHapus
  15. Allah selalu berbicara dengan kita melalui banyak hal ya bunda... dan Alhamdulillah bunda diberi kesempatan dan hidayah untuk mengerti bahasa Allah mengenai jilbab...
    Semoga jilbab akan selalu menjadi pelindung bagi kita dan diri kita dari semua keburukan didunia dan diakhirat...Amiiin...

    BalasHapus
  16. Teh Nina yang dirahamtiNya, nuhun pisan atas kata0kata indah untuk saya ini. Sama-sama, sayapun minta maaf lahir batin. Semoga hari mulia ini menjadikan persahabatan kita semakin kekal adanya. Nggak mudik teh?

    BalasHapus
  17. Iya, wa rahmatillah pula! SEmua nikmat dan karunia serta kebaikan untukku ini datangnya dari Allah belaka. Aku doakan juga semoga hidupmu menjadi lebih penuh rahmat juga. Selamat kerja besok.

    BalasHapus
  18. Amin. Kemarin salah seorang tetamu saya orang setempat denger cerita saya terus bilang, "I should tell my daughter about that. So, she'll knows well why covering the whole body is important for us......." sebab gadis-gadis sini juga banyak yang nggak berjilbab, dan ada juga yang memang menutup aurat, tapi dengan gaya anak rambut menyembul ke luar atau model gadis Pakistan yang pake sack dress tangan pendek itu........ Alhamdulillah deh kalo cerita saya ada manfaatnya buat orang lain.

    Ayo yu Devi ceritain di blog kisah pertama tergerak menutup aurat. Ditunggu ya, pasti menarik.

    BalasHapus
  19. udah ada bunda... pernah aku tulis, belum lama ko... :D

    BalasHapus
  20. berjuta hikmah yang didapat ya bunda bila kita mengenakan hijab.......sayang memori saya mengenai kejadian pertama kali menutup aurat kurang bagus..banyak yg lupanya! ...maklum mba Julie kejadiannya sudah sekitar 25 tahun yang lalu..

    BalasHapus
  21. iiih serem banget tuh si aki-aki yang ganjen. dengan kerudung/jilbab, bu julie makin tambah cantik.

    BalasHapus
  22. Alhamdulillah, udah sangat lama ya? Dulu awal tahun 90-an aja kemenaka saya yang jadi anak saya udah merengek pengin berjilbab terus. Tapi karena masih sekolah jadi kami keberatan. Alhamudlillah, begitu dia diterima di UI kami ijinkan asal nggak mengganggu sekolahnya. Maklum orang berjilbab di SMA dulu kan dipersoalkan, takutny di universitas juga gitu. Ternyata enggak tuh......

    BalasHapus
  23. Begitulah. Saya jadi dapat hidayah disini. dia belum aki-aki lho, cuma istrinya tiga karena di mata dia ada keranjangnaya.

    Di Singapura dulu local people melihat kita berjilbab ataupun tidka sama aja tuh... Nggak pada kurang ajaran.

    BalasHapus
  24. betul tante, kemanapun arah mata menatap, di sanalah Allah berada. Bahkan ketika mata kita tertutup pun Allah tetap ada dan terasa kehadiran Nya.

    "Tiada Tuhan Selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya Aku termasuk orang yang zalim (QS. Al Anbiya':87)"

    BalasHapus
  25. Alhamdulillah kita sepemahaman. Sekali lagi maaf lahir batin mas Andi...........

    BalasHapus
  26. Merinding baca cerita mba Julie, jadi inget saat2 pertama aku memutuskan pake krudung. Subhanallah nikmatnya, kalau kita dapat hidayah.

    BalasHapus
  27. Iya betul sekali dik Ana!!! Saya juga merasa sangat bersyukur suami saya dapat kesempatan penugasan disini, malah menjadikan keimanan saya kepadaNya semakin lekat.

    Salam sayang buat dik Ana. Senangnya saya dapat kenalan dik Ana.

    BalasHapus
  28. Sama-sama, nggak 'pa-'pa rasanya kita baru kenalan.
    Jadi mustahillah kalau sampai ada dosa......
    Selamat datang di buku harian ibu-ibu kesepian ditinggal anak berpencaran......

    BalasHapus
  29. Subhanallah, datangnya hidayah memang sulit diduga, Bunda.

    BalasHapus
  30. Betul mbak, termasuk penempatan suami saya (dimutasi kesini dari KBRI Singapura) juga hidayah terbesar yang saya alami tanpa diduga. Dulu saya model orang cuekan yang nggak begitu peduli adab agama. Lingkungan muslim di Singapura juga mirip di Indonesia dulu, orang pake syariah silahkan, enggak ya nggak ada yang peduli. Jadinya saya tetep kayak Islam KTP. Alhamdulillah tiba-tiba nasib menghendaki suami saya kesini, dan lingkungan disini membuat saya mengerti bahwa kita harus berubah sesuai tuntutan agama yang kita anut dengan sadar.

    Soal sejarahnya saya berjilbab ada versi lainnya (bukan versi sastra) di senthong si Bundel. Judulnya "Kisah Jilbab di Kepala Saya", silahkan kalau mau ditengok. Mbak Leila kontak saya di Bundel juga bukan sih?

    BalasHapus

Pita Pink