Perjalanan hidup telah sampai ke penghujungnya, anakku
Sebab cinta telah menimbulkan luka
Dan derap langkah menaburkan duka
Tanpa asmara yang tersisa
Bukan karenamu
Bukan padamu
Bukan salahmu
Jika kehancuran melantunkan tangis di hatimu
Hujatlah cinta
Yang berbau syahwat belaka
Karena di situlah
Cinta kami telah kandas
terkubur dan mati
(Kota Hujan yang pengap oleh debu serta rintik gerimis Januari 1983-2010)
Lanjutan tadi bun?
BalasHapuscinta itu tak bisa dipaksakan, tak bisa apa yg kita inginkan..pasrah saja pada tadir Ilahi Rabbi, bgt Bunda aku memaknainya, tak mau lagi memaksakan cinta karena rasa.
BalasHapusHeu-euh. Kowe ngerti ya?
BalasHapusCinta memang tak bisa dipaksa tetehku sayang........
BalasHapusKalau maksa, akibatnya kena benturan dan hancur!
hiks hiks........
BalasHapusgara-gara baca ini, aku pasang tuh komen aku di FB tentang Cinta...hahaha..reaksinya luar biasa, ternyata cinta itu msh hal yg masih asyik untuk diperbincangkan..hehehe
BalasHapus'dalam' bunnn....
BalasHapusOh jeng Rosy cah ayu. Aja nangis, pupurmu ilang kenang luh.........
BalasHapusBanyakan yang bilang apa? Cinta bisa dipaksakan atau nggak bisa?
BalasHapusSedalam lautan biru?
BalasHapustentang apa ini mba Julie? wah benar2 ketinggalan kereta.....
BalasHapusTentang percerain mbak Dewi. Ada novelnya di site saya yang satunya. Judulnya "Dari Bilik Mahkamah Syar'iyah". Silahkan dicari kalau mau ikutan naik kereta yang sudah hampir swampai di stasiun terakhirnya. Hehehe................
BalasHapus