Di suatu malam
Rembulan jatuh di pangkuanku
Menimbulkan derit-derit berderak
Di atas kasurku
Aku tahu
Malam itu aku yang punya
Dengan seluruh dengus nafas dan deburan dada tertahan
Luruhlah cinta
Ke dalam kain lusuh
Sampai sirna
Sorot rembulan di pangkuanku
Dan dia naik ke atas meninggalkanku
Menjauhi tilam
Membuka sepi dan sunyinya diri
Sesudah itu.
(Minggu Malam di Taman hening, diiringi rintihan hujan yang meniris turun ke pangkuan bumi 24.01.10)
menarik mba bahasanya
BalasHapusUh..bhasanya susah ditebak bunda
BalasHapusOh gitu ya? Biasa aja kok, kan namanya puisi bukan prosa.
BalasHapusTerima kasih dik.
Ah, wong bahasa puisi biasa kok.
BalasHapusDik Mien juga pinter bikin puisi, bahasanya juga saya lihat nggak prosais.
Apa kabar? Mana ulasan politiknya lagi yang ngangeni seperti dulu?
Alhamdulillah kbr baik bunda..rose mau ngulas politik tapi pusing kalau mikir keadaan negeri kita bunda..bnyak masalah yg makin membuat hati miris
BalasHapus