Powered By Blogger

Minggu, 24 Januari 2010

SESUDAH REMBULAN NAIK DARAH

Di suatu malam
Rembulan jatuh di pangkuanku
Menimbulkan derit-derit berderak
Di atas kasurku

Aku tahu
Malam itu aku yang punya
Dengan seluruh dengus nafas dan deburan dada tertahan
Luruhlah cinta
Ke dalam kain lusuh
Sampai sirna
Sorot rembulan di pangkuanku
Dan dia naik ke atas meninggalkanku
Menjauhi tilam
Membuka sepi dan sunyinya diri
Sesudah itu.


(Minggu Malam di Taman hening, diiringi rintihan hujan yang meniris turun ke pangkuan bumi 24.01.10)

5 komentar:

  1. Oh gitu ya? Biasa aja kok, kan namanya puisi bukan prosa.
    Terima kasih dik.

    BalasHapus
  2. Ah, wong bahasa puisi biasa kok.
    Dik Mien juga pinter bikin puisi, bahasanya juga saya lihat nggak prosais.
    Apa kabar? Mana ulasan politiknya lagi yang ngangeni seperti dulu?

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah kbr baik bunda..rose mau ngulas politik tapi pusing kalau mikir keadaan negeri kita bunda..bnyak masalah yg makin membuat hati miris

    BalasHapus

Pita Pink