Powered By Blogger

Jumat, 07 Februari 2014

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (174)









yerinya pembuluh darah periferi ditusuk. Sungguh tak terkatakan. Jarum yang dipakai harus berada pada posisi tegak lurus supaya darah yang akan diambil untuk pemeriksaan laboratorium mudah disedot. Saya baru saja mengalaminya dalam rangka persiapan operasi penyambungan otot paha yang patah besok pagi. Dokter ahli penyakit paru-paru menghendaki pemeriksaan hematologi darah yang lengkap dan terinci antara lain untuk mengukur kadar oksigen dan dioksida di dalam darah saya sebagai panduan ahli bedah serta ahli anestesi menangani saya besok pagi. Pembuluh darah periferi itu terpaksa digunakan sebab vena saya sudah habis semua kena tusuk jarum infus kemoterapi serta rangkaian pemeriksaan kesehatan yang lalu-lalu.

Persiapan operasi saya kali ini merupakan yang tersulit disebabkan asma sebagai penyulitnya. Namun saya tetap bersyukur bahwasanya dokter Achmad Basuki, Sp.OT bersedia untuk jalan terus mengoperasi saya. 

Seperti sudah saya katakan Allah tak pernah meninggalkan saya. Malam hari  menjelang operasi, tak kurang dari bapak ketua Rukun Tetangga dan ibu bendahara RT kami, mengirimkan SMS berisi perhatian dan doa atas kesehatan saya. Belum lagi sanak kerabat dan teman-teman pun bergantian datang mendoakan saya walau cuma sejenak. Menurut anak saya, ibu ketua Dharma Wanita Persatuan Kementerian Luar Negeri juga menelpon secara khusus untuk menanyakan rencana operasi serta pengobatan saya yang akan dijalani. Jika beliau ada waktu, seperti ketika saya menjalani operasi pengangkatan payudara saya setengah tahun yang lalu beliau akan datang sendiri bersama beberapa pengurus untuk menemani anak-anak menunggui proses operasi saya. Bukankah cinta memang indah jika dibarengi dengan rasa syukur atas apapun cobaan yang ditimpakan tuhan kepada kita manusia yang percaya padaNya?

***

Tak dinyana menjelang tengah malam tadi, petugas laboratorium kembali masuk untuk mencoba tetap mengambil contoh darah saya sesuai permintaan dokter ahli paru yang betul-betul butuh data untuk kesiapan operasi saya sebentar lagi. Untuk itu walau sedemikian sakitnya saya tetap dipaksa harus bertahan waktu diambil darah agar operasi berlangsung aman. Konon dokter Eddy menunggu hasilnya segera sebab melihat hasil pemeriksaan sebelumnya trombosoit saya rendah. Malam tadi juga saya segera dicarikan keping-keping sel darah merah (laktelat). Tentu saja susah didapat karena bank Darah sudah sulit dihubungi. Maka yang terjadi, begitu bangun tidu6 kantung laktelat segera ditransfusikan ke dalam tubuh saya beriringan dengan infus obat yang tetap diberikan. Kami berharap transfusi laktelat akan segera menolong memperbaiki keadaan sehingga sejenak lagi operasi akan dilangsungkan dengan aman. Saya tetap optimis, menggenggam harapan baik sambil tetap memohon semoga Allah sajalah yang masuk ke dalam jiwa dan raga tim dokter yang mengoperasi saya. "Hasbunallaahu wanimal wakiilu alallahi tawakkalnaa"

Tetapi betapa sedihnya pagi ini, dokter ahli bedah tulang sudah datang mengecek kesiapan saya terlebih dahulu, tidak sanggup mengoperasi saya dengan kadar trombosit yang cukup rendah. Untuk itu, beliau masih membutuhkan pemeriksaan darah lagi serta konsultasi dengan dokter ahli penyakit dalam yang juga selama ini menangani kemoterapi saya. Sebab jika trombosit tidak memadai, perdarahan yang ditimbulkan oleh operasi bisa sangat hebat dan mengancam jiwa seseorang. Artinya, operasi saya bisa digeser hingga hari senin. Kemudian proses penyinaran saya bisa berlangsung beberapa hari ke depannya.

Jadi tadi dokter ahli paru-paru walau mengatakan kondisi asma saya sudah membaik tetapi sepakat untuk tidak tergesa-gesa menyetujui operasi. Begitu pula Onkologis yang datang menyusul nyaris bersamaan dengan beliau. Rupanya tadi pagi anak saya segera melapor kepada beliau kondisi saya terkini termasuk ketika saya benar-benar menangis sambil menyebeut-nyebut namanya sewaktu pembuluh darah perfier saya ditusuk tadi malam untuk mengambil contoh darah guna pemeriksaan gas darah. 

***

Hari ini akhirnya berlalu tanpa operasi juga. Akan tetapi saya sudah berhasil diambil darah kembali untuk diperiksa guna persiapan operasi nantinya. Proses pengambilan darah ini melalui pembuluh darah vena yang dipilih secara hati-hati jadi meskipun cukup menyakitkan akan tetapi tidak sesakit pengambilan malam hari tadi. Namun tak urung memerlukan jasa dua orang teknisi laboratorium untuk mendapatkannya. Ada satu kejadian lagi yang cukup mengganggu keadaan saya. Entah apa sebabnya tabung oksigen sentral saya yang menempel pada tembok tidak bisa dilepas. Ketika akan diputar untuk dilepas, sangat sulit. Sampai banyak orang sudah mencoba membukanya termasuk perawat dan teknisi. Ketika baru kejadian kemarin, fungsi tabungnya diganti dengan tabung oksigen besar. Penggunaan tabung oksigen yang portable mengakibatkan fungsinya tidak maksimal apalagi jika dipakai untuk proses inhalasi. Rasanya saya tidak puas bahkan menjadi sangat terengah-engah. Untunglah seharian saya tidak kedatangan siapapun kecuali sepasang keponakan saya di malam harinya sepulang kerja. Saya jadi bisa beristirahat karenanya. Bahkan malam harinya tidur pun terasa nyenyak hingga pagi merebak. 

Sepanjang saya menikmati kesendirian saya tanpa tetamu, saya mencoba mencatat sendiri sepanjang nyaris dua minggu di sini pengobatan apa sajakah yang sudah saya terima. Ternyata saya bahkan tidak diobati apapun untuk melawan kanker saya. Yang saya terima hanya pengobatan untuk lambung sebagai penolong efek mual muntah yang biasa menyertai pengobatan kemoterapi. Selain itu saya mendapat pengobatan asma baik yang dimasukkan lewat mulut, lewat suntikan, maupun lewat mesin-mesin yang entah bagaimana caranya bisa dimasukkan ke dalam pembuluh darah saya. Dan sebagai pelengkapnya, karena obat asma saya berdosis tinggi maka ada juga obat penormal kecepatan irama jantung yang terganggug oleh obat asma.

Pagi telah menyapa matahari Jakarta nampak mulai garang. Akhir pekan telah tiba. Harapan saya dalam dua hari ini kondisi saya bisa segera memadai untuk dioperasi yang akan memungkinkan saya kembali bergerak sebagaimana manusia normal yang akan segera memulai pengobatan inisial yakni radiasi di kepala dan kemoterapi pelawan kanker. Tolong bantu saya dengan doa-doa kepada Allah SWT.

(bersambung)

5 komentar:

  1. Ibuuuu....hiiiks..sedih :'( saya baru aja dpt sms dari Haryadi tentang ibu baru selesai operasi paha kiri & sekarang di ICU...
    In shaa Allah besok saya mau jenguk ibu..
    yang sabar ya bu..Allah gak akan memberi cobaan diluar kemampuan hambaNya..
    Semoga sakit & cobaan yg ibu alami menjadi penghapus dosa2 & mengangkat derajat ibu lebih tinggi lagi dimata Allah...aamiin
    Big Huuuuuuuugs

    -rita tams

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear Rita, semua ini memang sudah jadi jalan hidup saya. Tapi terima kasih sekali atas pengertian dan kasih sayang Rita yang tidak pernah luntur. Dik Rita betul-betul adik yang manis dan baik budi. Anak-anak memang sengaja tidak mengirim kabar khusus kepada drik Rita karena mereka berharap kabar ini bisa diteruskan oleh kak Zsizsi. Didoakan yaa semoga dik Rita tetap sehat-sehat saja dan bugar. Salam untuk mas Tams, bapak serta ibu.

      Hapus
  2. Bu julie....gmn sekarang keadaan nya? ibu masih di kamar 706?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Operasinya baru terlaksana hari senin kemarin. Hanya semalam di ICU, sekarang sudah kembali ke kamar 706.

      Hapus
  3. How to Make Money: Guide on the Money Maker - Work
    It's hard 샌즈카지노 to find an efficient หาเงินออนไลน์ online betting site. How do I create a virtual casino account? I would be betting on 1xbet some of the best sports

    BalasHapus

Pita Pink