Powered By Blogger

Sabtu, 13 April 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (45)

Hari ini genap sudah seminggu dari kemoterapi saya yang kedua. Artinya akhir dari minggu keempat. Tentu saja selain mengalami berbagai ketidak nyamanan seperti yang sudah saya ceritakan di jurnal-jurnal terdahulu, ada satu kondisi lagi yang berubah pada tubuh saya. Ruas jari pertama tangan saya menghitam, meski kukunya tidak turut menjadi hitam melainkan kekuning-kuningan.

Keadaan ini memang sudah saya antisipasi juga, mengingat ketika menjalani kemoterapi yang pertama kebetulan saya bersama-sama dengan seorang pasien yang sudah menjalani kemoterapi enam kali. Dia mengeluhkan perubahan pada warna kuku serta jarinya. Perempuan yang sudah lebih tua dari saya itu kebetulan penderita kanker payudara juga yang mendapat obat kemoterapi yang sama dengan saya. Dia berkulit sawo matang.Tapi jelas sekali ketika kami bertegur sapa dan dia menunjukkan jemari tangannya, di daerah ruas jari pertama berikut kukunya berwarna gelap kebiru-biruan. Saya cenderung menganggap kehitaman. Waktu itu saya agak heran juga, sebab pasien yang seorang lagi yang menjalani kemoterapi keduanya tidak mengeluhkan hal itu. Tapi akal sehat saya berkata keadaan ini baru akan terjadi kemudian ketika pasien sudah berkali-kali dikemoterapi.

Warna terbakar yang sama juga saya lihat pada pasien yang menjalani radiasi. Efek dari sinar yang amat kuat itu cenderung merusak kulit pasien sehingga menghitam juga. Saya tahu kulit yang normal tentu akan hangus jika dikenai suhu yang amat panas tepat di atasnya. Tapi, obat kemoterapi mempengaruhi pigmen kuku dan kulit, sungguh di luar nalar saya. Keadaan ini masih diperparah oleh terungkitnya sebagian kuku mereka ("njengat" bahasa Jawa) sehingga lebih menyeramkan jika dibandingkan dengan menghitamnya kuku pasien asthma yang akut karena sangat kekurangan asupan oksigen.




Kalau tidak salah sebut sih kondisi ini diistilahkan sebagai "onycholysis". Penyebabnya selain kemoterapi ada bermacam-macam antara lain memang karena bawaan suatu penyakit misalnya eksim, psoriasis dan meningginya kadar tiroid (hyper thyroidsm). Akan tetapi pada penderita kanker yang dikemoterapi hal ini dikarenakan kekurangan zat besi di dalam darahnya. Keadaan ini disebabkan obat-obat kemoterapi memang memangsa komponen-komponen darah pasien sedemikian rupa. Untuk itu pasien akan diberi asupan asam folat setiap hari dari dokternya. Begitu pun sinshe saya menambahkan obat herbal yang diakuinya sangat bagus menjaga sel-sel darah merah pasiennya. Dan saya telah mendapatkannya ketika saya akan mulai dikemoterapi yang saya minum rutin selama dua minggu.

Inilah jadinya kondisi kuku dan jari saya sekarang. Bagian kukunya berubah warna jadi kotor kekuning-kuningan, sedangkan jari mulai menggelap hangus.





Menyaksikan kondisi ini saya jadi merasa semakin perlu mendokumentasikan semua perjalanan penyakit saya supaya bisa dijadikan panduan dan bahan pembanding bagi para pesakit lainnya. Tak ada yang harus ditutup-tutupi karena sakit bukan kondisi yang memalukan.

Satu hal lagi menyangkut kondisi rasa panas membara di tubuh saya yang saya keluhkan minggu lalu itu, dia tak juga berkurang. Tadi malam rasanya saya bahkan sedang memerankan debus Banten atau ratieban a la suku Cape Malay di Republik Afrika Selatan sana. Sepertinya di atas kepala saya kompor sedang menyala-nyala untuk mematangkan sebutir telur bahkan menggorengnya di minyak panas di atas kepala situ. Menghebohkan sekali, bukan? Tapi itulah kenyataannya yang jadinya saya tanggapi dengan membongkar lagi kenangan lama saya semasa hidup di Republik Afrika Selatan kemarin dulu. 

Terbayang wajah teman-teman Cape Malay saya yang saya kenal ketika beribadah di masjid setempat. Wajah yang tidak begitu Melayu melainkan sedikit berbau Arab-India. Di mulut-mulut mereka selalu tersungging senyum manis menyertai percakapan yang satu-dua kosa katanya jelas berasal dari negeri Nusantara ini. Semisal "teramakasih" untuk menyebut "terimakasih" yang seringkali juga mereka katakan "shukran". "Salmat djalan" untuk menyatakan selamat jalan.  Atau "abdas di jamban" untuk menunjukkan kamar mandi mereka yang akan kita pinjam untuk menunaikan ritual bersuci sebelum bershalat. Belum lagi kata "kaparang" untuk menamai gamparan, semacam terompah kayu yang hanya dihiasi semacam tonggak yang kemudian dijepit dengan telunjuk dan ibu jari kaki agar bisa berjalan ketika akan ke masjid atau bersembahyang sehabis abdas di jamban itu tadi.

Ya sudah lah, pokoknya begitu saja yang ingin saya catatkan di dalam buku harian elektronik saya kali ini. Bahwasannya sakit kanker terutama pada saat dikemoterapi sejuta rasanya. Tapi harus diikuti dengan sabar karena buah kesabaran, saya yakin nantinya adalah kesembuhan lahir dan batin. Insya Allah!

(Bersambung)

10 komentar:

  1. Kemoterapi ini mesti berapa kali lagi, Bund?
    Trus apa sudah ada perkembangan ke arah sembuh?

    Sabar dan semangat ya!
    *peluk erat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih dua kali lagi cikpie, diselingi pengangkatan payudara dilanjutkan kemo setahun lagi nantinya. Saya mesti bersyukur pada Tuhan karena sekarang tumor saya kerasanya mulai mengecil di bagian ketiak. Dan dokter membenarkan itu, seperti halnya sinshe waktu notok daerah situ juga bilang jaringan di situ sekarang mulai nggak tegang lagi, jadi saya percaya kemoterapi ini ada manfaatnya yang positif. Saya sabar aja ah, kasihan anak-anak saya kalau saya sampai tumbang.

      Peluk erat juga, cikpie udah bener tuh mulai jaga makanan dan merubah gaya hidup. Sebab kalau nggak buru-buru dimulai terlambat dan terlanjur bikin sakit berabe deh.

      Hapus
  2. kelihatan bengkak jarijarinya mbak.. ditekan ga sakit kan ya.. nanti juga proses menghitam menjadi putih setelah obat kemonya menyerang kanker..
    pelukpeluk.. masih 2 kali lagi ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak bengkak sih, jari saya memang buntek :-D Tapi biru dan kukunya kekuning-kuningan. Saya sadar nanti balik lagi, ini cuma buat bagi-bagi pengalaman aja.

      Pelukan lagi ya.......

      Hapus
  3. doa dari jauh bunda semoga kesabaran bunda ini berbuah manis kesembuhan lahir dan batin, amin yra.

    salam
    /kayka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya kak, semoga diijabah olehNya. Doa saya juga semoga orang tua kakak selalu diberi kesehatan yang baik. Amin-amin-amin.

      Hapus
  4. smg proses kemonya segera selesai ya bunda
    etapi bunda masih bisa aja tuh narsis sama dagunya :p

    bunda ada sedikit tulisan saya disini http://knitknotlove.wordpress.com/2013/04/21/serenada-dalam-lembah-biru/

    saya culik fotonya bunda 1 biji xixixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha........ itu ilustrasi biar orang nggak jemu lihat blog saya yang isinya menye-menye nih. Ya, saya buka nanti ya, soalnya nggak bisa dibuka sih linknya, nanti saya copas dulu. Terima kasih atas perhatiannya, semoga senantiasa kandungan dan jeng In sehat selalu sampai saatnya melahirkan. Jeng In pasti bisa normal dan melahirkan bayi sehat deh. Saya doain terus. Sesama ibu yang ditinggal anak kan harus saling mendoakan dan menguatkan, bukan?

      Hapus
  5. آمِيّنْ... آمِيّنْ آمِّيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
    Terima kasih doanya bundaaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu saling mengingat dan mendoakan ya nak.

      Hapus

Pita Pink