Pagi ini, Sabtu terakhir di bulan Maret adalah kali kedua saya memeriksakan diri pasca kemoterapi pertama saya ke dokter bedah. Seharusnya saya mengunjungi klinik dokter onkologi, tetapi dokter onkologi saya masih di luar negeri mengikuti workshop dalam kaitannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dokter spesialis bedah umum yang menggantikan beliau untuk sementara adalah orang yang sama dengan yang membiopsi jaringan tumor saya, pun mengawasi pelaksanaan kemoterapi saya yang pertama, sehingga beliau betul-betul tahu kondisi saya. Saya malah merasa lebih aman di tangan beliau, sebab beliau setiap memeriksa tumor saya selalu ingin melihat sendiri bagaimana wujud lukanya bahkan menyuruh perawat membersihkannya sambil mengedukasi saya. Termasuk tadi pagi. Beliau meski mengetahui tumor saya tidak mengecil tetapi nampaknya cukup puas dengan kondisi lukanya yang terawat baik sehingga tidak lagi menebarkan bau yang amat menyengat. Maka beliau tak lagi banyak mengingatkan saya soal perawatan luka itu. Lebih tepatnya beliau cuma berkonsentrasi mempersiapkan fisik saya menghadapi kemoterapi kedua yang ternyata dijadwalkan tanggal 16 April nanti, sehari setelah dokter onkologi saya kembali bertugas.
Mendengar laporan saya bahwa saya sama sekali tak mengalami gangguan sakit mual dan pusing serta kerontokan rambut yang berarti pasca kemoterapi, dokter merasa puas. Selanjutnya saya diminta memeriksakan darah saya ke laboratorium untuk diketahui kondisi kadar kimianya. Karena kalau berada di bawah batas minimum kadar yang normal, pasien dianjurkan untuk memperbaikinya dulu dan kemo ditunda. Alhamdulillah ternyata semua berada hanya sangat sedikit di bawah normal. Bahkan thrombosit saya normal. Barangkali saja itu adalah efek dari obat-obat herbal pemberian sinshe saya yang masih rutin saya makan meski saya kurangi dosisnya dengan sendirinya. Saya sekarang bahkan mengira seandainya dosis aslinya masih saya ikuti, semua kadar kimia darah saya pasti normal. Tapi saya tetap tak mau gegabah makan obat banyak-banyak meski cuma obat herbal begitu.
Jadi hari Rabu kemarin jadwal ke sinshe saya lewatkan begitu saja. Saya memilih tidak diterapi dan menambah persediaan obat. Atas persetujuan sinshe yang kemudian menelepon saya menanyai kondisi saya yang sesungguhnya, saya cuma memperbanyak istirahat serta mengonsumsi buah-buahan dan air bening saja. Itulah yang membuat saya merasa senang berobat di sinshe yang satu ini. Orangnya begitu penuh perhatian dan pengertian. Apalagi ongkosnya tidak semahal sinshe-sinshe yang dulu rajin mengiklankan diri di televisi itu.
***
Tapi kepuasan saya tak berlangsung lama. Ketika saya bersisir sehabis mandi, saya dapati rambut mulai berkumpul di sisir serta bertebaran di sekitar tempat saya berdiri. Saya mencermatinya. Ah ya, ini dia, kata hati saya. Maka saya pun semakin cermat mengamati rambut. Tak hanya di sisir, ketika saya secara tidak sengaja mengelus juntaian rambut saya yang menutupi sebagian mata, di jemari saya juga nampak helaian-helaian itu. Lalu semakin jelas waktu saya mengikat rambut untuk mandi dan melepasnya kembali, di karet pengikat rambut banyaknya yang tertinggal menyangkutkan diri tidak seperti biasanya. Kali ini semakin menghitam.
Saya tersenyum sendiri. Lalu bangkit dari tempat duduk saya dengan berdiri mencondongkan wajah ke cermin. Ya, rambut saya dengan cepat kelihatan jelas sekarang dwi warna. Walau tentu saja bukan merah-putih seperti bendera kebangsaan kita, tapi rambut saya sudah juga disebari putihnya uban. Dan saya tahu, akarnya rapuh jua.
Saya katakan kepada anak-anak saya untuk mencermati kasur serta bantal yang habis saya pakai tidur siang. Lalu laporan mereka benar belaka, ada bekas-bekas guguran rambut meski sedikit. Sehingga mereka mengizinkan saya untuk menghabisi saja rambut saya mulai saat ini. Sebab mahkota yang indah itu pasti masih bisa tumbuh lagi. Itu yang bersama-sama kami baca pada pengalaman pasien pasca kemoterapi. Bahkan anak-anak saya bilang, saya akan jadi punya wajah baru nantinya. Gundul itu yang akan datang dalam waktu dekat, disusul dengan rambut lebat yang bergelombang lebih bagus daripada apa yang melekat di kepala saya selama ini.
Begitulah kondisi saya sekarang ini. Lihat saja kalau saya sudah pulang dari rumah tetangga yang akan menghabisi rambut saya, pasti saya tidak akan kalah seksinya dari Barbie mainan kesayangan para gadis cilik yang saya ambil gambarnya di atas. Senyum........
Mari, saya permisi dulu, akan saya buang rambut-rambut tua yang sudah kelelahan nangkring di kepala saya, ya. Sampai jumpa nanti kalau saya sudah siap memamerkan wajah baru saya.
Selamat akhir pekan! Salam manis!
(Bersambung)
sama2 bun selamat menikmati sisa hari minggu di bogor... ditunggu tayangan fotonya :)
BalasHapussalam
/kayka
Hehehe....... kapsternya nggak mau nggundulin saya, jadi cuma dicepak aja. Dan ketika belum ditutupi kerudung, wajah saya jadi mirip Cina totok. Tapi saya bilang saya malah jadi cantik dengan wajah kecina-cinaan begini hihihii.......
Hapusoalah begitu toh bun. mungkin kalo pendek gak terlalu rontok2 bener ya bun.
Hapushehehheheh nenek moyang kita pan dari tepian sungai mekong bun ;)
salam
/kayka
Betul sekali itu. :-D Tapi nenek moyangnya kak Ika bukannya bule Belanda sih? Lihat foto ibunya kak Ika jadi inget teman saya ibu Daatje Yasif yang mirip indo Belanda.
Hapushihihi enggak bunda asli 100% made in indonesia:)
Hapussalam
/kayka
gundul gak papa bund yang penting sembuh..
BalasHapusBetul, malah kata teman saya yang dokter di Dharmais itu, nanti tumbuhnya akan lebih bagus apalagi kalau mulai saat ini saya rajin makan bubur kacang ijo dan minum sari kacang hijau. Gundul, siapa takut?! Malah sirahku dadi isis lho hehehehe.........
HapusSama Mbak....Karena akhir2 ini kulit kepalaku dipenuhi ketombe, maka sedikit demi sedikit rambutku rontok.
BalasHapusSayang kepalaku penuh ketombe jadi aku hanya mencukur pendek rambutku.
Apa kabar Mbak ? Aku sudah bikin aku baru lho...
Salam sayang dari Surabaya, Ika
Terima kasih sekali lagi atas kirimannya ya jeng Ika. Enak tenan lho, nggak ada yang bosok sama sekali lha wong wutuh semua, nggak bonyok sedikit pun. Ini sedang saya minum. Jeng Ika sekarang main di sini juga atau di WP? Saya tunggu ngisi sitenya ya.
HapusDi WP Mbak, gemerlapbintangdilangit.wordpress.com
HapusAda beberapa tulisanku yang masih bisa diselamatkan, yang foto babar blas :)
Lumayanlah dari pada tidak sama sekali
Oh gitu ya, nanti saya tengok deh. Senang juga bisa kenalan dengan jeng Ika. Habisnya super baik sih. Terima kasih ya.
HapusDhuueerrrr !!!! Bengkak kepalaku Mbak. Mbak Julie bisa aja....
Hapus*tersipu-sipu dan tertunduk malu*
Sama2 senang juga bisa berkenalan dengan mbak Julie yang enerjik dan penuh inspirasi. Semoga pertemanan ini tidak sekedar di dunia maya. Suatu ketika insya Allah kita bisa kopdar yaaaa
Iya, kalau ada kesempatan saya juga kepengin ketemu njenengan kok jeng. Itu buah naganya sudah saya juice dan saya minum lho. Seger deh.
HapusHati jadi tenang ya Bu kalo punya dokter yg perhatian, kadang ada lho dokter yg suka nunjukin rasa jijik.
BalasHapusJadi gak sabar ingin lihat Ibu dengan wajah barunya memang dasarnya udah cantik pasti tak ada rambutpun tetep cantik (^_^) ...(Eeeiittsss ...dilarang protes ^_^)
Dokternya baik, sinshenya juga sama saja. Jadi saya termasuk makhluk sangat beruntung. Orang kita bilang pantesnya nama saya jadi Julie Subagja hahahaha.......
HapusNggak kok saya nggak pernah protes :-D
Xixixixixi... Pasti seksi :D
BalasHapusTetep semangat bun :)
Ya, seksi tenan, lha wong persis wong lanang, malah gondrongan rambute anakku. Lha piye kuwi? :-D
Hapusjadi pengen lihat mbakjulie gundul nih..
BalasHapusBesok ya. Penasaran banget atau penasaran doang sih?
Hapus