Powered By Blogger

Senin, 26 November 2012

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (18)

Kunci menuju kesembuhan, kata semua orang sih sabar. Sifat sabar yang diiringi tawakal atau bersedia menerima takdir yang ditetapkan Allah memang merupakan anjuran dalam agama yang saya anut. Bahkan salah seorang teman maya saya mengingatkan bahwa sesudah kesulitan akan datang kemudahan, karenanya manusia yang sedang diuji Allah diharapkan bersabar untuk menjalaninya. Sebab siapa pun beranggapan bahwa kemudahan itu sifatnya pasti bagus, menyenangkan, bukan?!

Berkat kesabaran yang saya lakukan, alhamdulillah, dengan senang hati saya sudah mulai menuai hasilnya. Tuhan memilihkan anak-anak yang juga sabar menghadapi saya. Betapa tidak, bayangkan saja, saya sedang sangat amat rewel. Sebab rasanya sungguh tidak nyaman menghadapi hadangan penyakit ini dari hari ke hari. Apalagi seharian kemarin. Tak bisa tidak maka saya menjadi amat menyulitkan.

***

Pagi-pagi saya sudah minta tolong diantar anak saya ke super market karena persediaan makanan saya habis. Anak saya yang sebetulnya sedang menyiapkan diri untuk mulai menetap sementara di Jakarta mulai kemarin malam, dengan senang hati bersedia. Kami berangkat cepat-cepat langsung menuju ke tujuan. Tiba di toko pun saya tak banyak membuang waktu kemudian pulang. Tapi namanya hari Minggu, kebetulan pula ada kegiatan anak-anak di toko itu sehingga proses penyelesaian belanja agak lama. Namun alhamdulillah anak saya tidak nampak kecewa, sehingga pukul dua belas tepat kami sudah tiba kembali di rumah.

Rencananya menurut surat pemberitahuan undangan perekaman data elektronik untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk yang dikeluarkan Ketua RT di lingkungan rumah kami, pada pukul dua belas hingga pukul dua siang kami diharapkan menghadap pejabat kelurahan. Memang Kecamatan kami merupakan kecamatan terakhir agaknya di kota Bogor ini yang melaksanakan proses perekaman KTP. Sedihnya lagi, RW saya termasuk RW "terbelakang" yang diproses. Bayangkan saja, di tempat kerabat mantan suami saya sudah direkam sebelum lebaran haji, jauh sekali tenggang waktunya, bukan?!

Begitu tiba di rumah dengan tubuh yang tiba-tiba terasa letih, kami segera berjalan kaki ke kantor desa (Kelurahan) yang letaknya dekat dari rumah. Langit mulai menampakkan tanda-tanda akan menangiskan isi "hatinya", karena mendung begitu menggelayut di atas sana. Tapi daripada nanti kelamaan mengantri, saya niatkan tetap pergi sambil menenteng payung. Untung hujan belum turun, dan lebih untung menurut saya waktu itu, baru ada satu dua orang saja yang menunggu di teras kelurahan.

Dengan penuh percaya diri dan rasa senang kami ikut duduk. Sekalipun demikian saya minta anak saya untuk melihat-lihat ke sekitar kantor yang pintunya tertutup itu di mana kira-kira tempat pelaksanaan perekaman. Ternyata, tiba-tiba seorang lelaki berpakaian sipil seperti kami menyahut bahwa kegiatan sedang ditunda untuk istirahat. 

Pernyataannya mencengangkan kami, sebab jelas tertera di undangan yang kami peroleh waktu untuk warga RT kami adalah pukul 12.00-14.00. Nyatanya lelaki itu jadi bertambah heran, dengan tegas dia menunjukkan jadwal praktek kegiatan perekaman yang tertempel di pintu masuk gedung. Benar saja, jarinya menunjuk bahwa pukul dua belas siang dan pukul enam petang mereka beristirahat untuk makan dan beribadah. 

Kenyataan itu langsung mencubit kesabaran saya. Dengan tegas saya sodorkan surat pemberitahuan sekaligus undangan yang kami terima dari pihak RT kami. Anak saya dengan sigap menenangkan saya, lalu mengambil alih pembicaraan. Lelaki itu kemudian meminta undangan kami untuk ditelitinya. Sambil mengembalikan ke tangan saya, dia mengatakan bahwa pengurus RT kami lah yang keliru membuat jadwal. Sehingga akhirnya kami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu melaksanakan shalat dhuhur dan makan siang untuk kelak kembali lagi setelah pukul satu siang menuruti jadwal yang ditunjukkan lelaki tadi. Saya gusur kaki yang lemah karena keletihan itu kembali ke rumah. Celakanya, saya lupa untuk minta tolong kepada Allah. Dalam perjalanan saya cuma mengeluh panjang-pendek sehingga semakin menghabiskan stamina saya.

Begitu tiba di rumah saya buru-buru mengambil air sembahyang. Kemudian selepas shalat tubuh saya rasanya tak lagi ingin melakukan apa-apa. Saya terbaring di atas kasur sampai tiba-tiba saya dikejutkan oleh sentuhan di pipi saya yang dengan halus meminta saya makan siang supaya obat saya tak terlambat masuk ke dalam aliran darah. Masya Allah, rupanya saya langsung tak sadarkan diri beberapa saat. Beruntung anak-anak yang sabar ini melakukan tanggung jawabnya dengan sepenuh hati, sehingga hati saya bersemburat keharuan. Tak ada yang lebih beruntung dibandingkan diri saya, gumam saya di dalam hati. Subhanallah, Allah Maha Memelihara saya.

Di luar rumah hujan sudah tercurah deras. Tapi tak bisa tidak, kami diburu waktu untuk segera menuntaskan kewajiban kami, meski kata lelaki yang memberi tahu kami tadi, proses perekaman baru akan ditutup pukul sembilan malam. Sebab, Andrie anak terbesar saya sore itu juga harus segera ke Jakarta untuk mulai dengan hari barunya sebagai pegawai di sebuah lembaga konsultan yang diperolehnya dengan mudah berkat kasih Tuhan juga.

***

Kelurahan mulai dipenuhi penduduk. Tidak terlalu banyak, tapi teras dan ruang tunggu sudah terisi semua bangkunya. Kami bertiga menempatkan diri di bangku terluar, dan pelan-pelan bergeser hingga akhirnya mencapai giliran kami. Ternyata semua tak perlu waktu lama. Kami pulang tiga perempat jam kemudian ketika hujan mulai reda. Tapi kali itu rasanya kaki saya sudah benar-benar lemas. Saya minta anak saya mencegat angkutan kota. Sehingga akhirnya kami jadi seperti "raja diraja" yang tak pernah sudi berpayah-payah berjalan kaki. :-D Sungguh di luar kebiasaan kami, namun tak bisa saya hindari.

Mau tahu bagaimana kegiatan di kelurahan sore itu? Benar-benar penduduk satu RW dicampur baurkan, bukan seperti apa yang tertera di surat pemberitahuan merangkap undangan yang dibuat Ketua RT kami. Bahkan kami hanya bertemu dengan tiga keluarga saja yang tinggal di wilayah kami, sedangkan selebihnya saya tak tahu sama sekali di mana mereka menetap.

Penduduk hanya difoto seadanya, kemudian dipindai mata, empat jari jemari tangan beserta dua lainnya lalu membuat spesimen tanda tangan. Sialnya untuk saya, waduh, tangan saya tidak mau diajak kompromi. Sehingga tanda tangan saya adalah tanda tangan terjelek yang pernah saya buat sepanjang hidup ketika di kelas enam SD saya menorehkannya untuk yang pertama kali. Ah, agaknya penyakit saya memang menyita nyaris seluruh stamina serta tenaga saya. Sedih sekali saya mengingatnya.

Tiba di rumah saya langsung naik ke atas kasur lagi. Itu pun begitu cepatnya membuat saya terlelap. Entah mengapa, seharian itu rasanya tubuh saya begitu mudah tertidur meski kata anak saya tidur saya gelisah. Berkali-kali saya membalikkan tubuh dan menyeringai pula. Yang jelas saya tidak terlalu merasakannya.

Anak saya yang bungsu kemudian minta saya mengganti pakaian saya, sebab dia melihat di bagian tumbuhnya tumor saya nampak basah. Dengan hati-hati dia mengganti pakaian saya, sambil merawat luka dari tumor saya yang terbelah oleh pecahan yang menganga menyakitkan. Ada obat taburan dari sinshe yang terbuat dari akar-akaran. Soal baunya jangan ditanya, saya sendiri merasa amat tidak enak. Boleh dikata sekarang tubuh saya mengeluarkan bau anyir yang pasti mengganggu penciuman orang-orang yang berada di sekitar saya. Tapi, subhanallah, saya tahu, hanya demi menjaga perasaan saya anak-anak saya semua sepakat mengatakan tidak mencium bebauan itu. Bukan main, betapa rasanya saya semakin sedih, sebab mereka begitu kuat hati untuk menyenang-nyenangkan saya. Di dalam hati, hanya doa yang bisa saya panjatkan agar Allah membalas segala kebaikan dan bakti mereka dengan kehidupan yang menyenangkan lagi penuh berkah. Pelan-pelan air mata saya meleleh turun, mengaliri kedua pipi saya dan membawa saya menyadari bahwa hidup saya memang ditakdirkan untuk selalu seperti berada di atas roller coaster. Hidup yang indah, namun menegangkan dan seperti membuai.........

(Bersambung)

13 komentar:

  1. waaaa... baru bikin e ktp ya bun?
    kalau di semarang sini jadwal resminya sudah tutup september

    kalau di desa kemarin, ada perpanjangan2 waktu sampai desember. jadi saya termasuk yang kena perpanjangan kelonggaran waktu.

    o iya bunda, maaf sebelumnya
    misal cairan itu lengkep membukanya pakai air tidak bun?
    kalau di rumah sakit perawatannya sewaktu luka menempel di baju atau kain kassa dikasih dulu cairan NaCl nanti bisa ngelupas sendiri jadi engga sakit bun. trus mengurasi resiko berdarah n laserasi. mungkin bunda tertarik menggunakan NaCl?

    tapi kayaknya harus pakai resep dokter kalau beli bun. eh.. ngga tau juga ding...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di tempat saya paling akhir. RW nya mbak Nuri Embun Pagi sudah lama tuh. Saya ngelupas baju dalam gitu aja, pelan-pelan sih. Terima kasih info tipsnya ya, semoga boleh beli bebas. Coba nanti saya tanya-tanya. Selama ini sih cuma pakai kapas dibasahin air biasa.

      Hapus
    2. nanti misalnya harus pake resep ke praktek dokter umum saja bun, minta tolong diresepkan untuk perawatan luka.

      Hapus
    3. Ya nak, terima kasih sekali lagi ya. Jadi seneng deh diajak berteman sama nak Indri.

      Hapus
    4. saya juga senang ngasu kawruh sama bunda ^_^

      Hapus
    5. Hahaha..... aku dudu asu ah! :P

      Hapus
    6. hahahah becandaaaaaanya jeleeeeeeek (kata makmur)

      Hapus
  2. Antri e-ktp memang lama banget ya bun, kemarin aku minta kompensasi untuk didahulukan. Alhamdulillah bisa, soalnya dah hamil tua dan mudah berasa capek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya nggak lama sih, nggak sampe sejam, tapi badan saya nggak bisa dibawa duduk lama kayaknya, jadi kerasa capek banget:-(

      Sekarang perutnya udah nampak buncit ya? Semoga sehat selalu dan gampang kelahirannya ya.......

      Hapus
  3. daku blom urus ektp mbak.. tapi adik daku bilang cepat kog.. ga pake antri.. mungkin penduduknya ga sepadat bogor ya semarang itu?
    juga di pejaten dan priok.. ga pake antri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh masih penduduk Semarang ya? Iya memang nggak ngantri lama banget, cuma tetep aja ngantri. Kan tahu sendiri lah, kelurahan staff nya cuma berapa orang?

      Hapus

Pita Pink