Powered By Blogger

Selasa, 05 Februari 2013

SERENADA DALAM LEMBAH BIRU (28)

Ujian bagi saya belum berakhir, tapi sejalan dengan curahan rahmatNya juga. Hingga hari ini penyakit kanker payudara saya belum mendapat pengobatan dokter yang berarti, karena masih harus ditunjang oleh pemeriksaan medis lanjutan lagi yang membutuhkan dana cukup besar untuk ukuran kantung kami. Apalagi ternyata dana Jamkesda yang saya harapkan akan turun dari pemerintah, menurut dokter saya tidak bisa diandalkan benar. Pasalnya pihak Pemerintah Kota tidak punya anggaran sebesar anggaran Pemerintah Kabupaten untuk mendanai Jamkesda. Akibatnya untuk pelaksanaan program pengobatan saya belum tentu mereka akan mengabulkannya. Saya pahami benar itu meski dengan pikiran kalut mengingat saya sedang berlomba dengan waktu untuk memenangkan pertandingan melawan penyakit yang mematikan ini. Soalnya, pemasukan kas Pemdakot tidak sebesar pemasukan kas Pemdakab. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota jauh lebih kecil dibandingkan kabupaten, mengingat potensi objek wisata serta industri pun umumnya berada di wilayah kabupaten yang amat luas itu. Bayangkan saja, Kabupaten Bogor berbatasan dengan kota-kota di wilayah Propinsi Banten di sisi barat, sementara di timur serta selatan berbatasan dengan Bekasi, Karawang, Cianjur dan Sukabumi, masih ditambah Kota Depok di utara sehingga semuanya mencapai 2.071 km2. Sedangkan wilayah kota tempat tinggal kami, cuma 118 km2 saja.

Dokter saya tidak mengada-ada. Beliau berpatokan kepada pengalamannya selama ini dalam menangani pasien yang datang baik dari wilayah kota maupun kabupaten disebabkan kelangkaan ahli onkologi di Bogor. Para pasien pengguna Jamkesda Kabupaten dengan mudah bisa memperoleh dana kemoterapi yang jumlahnya puluhan juta rupiah itu, sedangkan pasien dari kota gigit jari sebab tak didanai. Pemdakot hanya mendanai pemeriksaan serta ongkos obat yang murah-murah. Begitu yang digambarkan dokter sehingga menimbulkan beban pikiran lagi untuk kami anak-beranak. Walau seperti biasanya kami selalu kembali kepada Allah untuk mengadukan semuanya. Yang ujung-ujungnya alhamdulillah selalu dicarikan jalan juga. Bantuan itu terulur dari pihak-pihak lain yang umumnya bukan sanak-saudara kami, melainkan teman satu korps dan teman-teman pergaulan kami. Padahal kami tak pernah langsung mendatangi mereka meminta bantuan.

Allah selalu mengetukkan pintu hati teman-teman saya ketika saya butuh pembiyaan, seperti saat ini waktu dokter meminta saya memeriksakan jaringan sel kanker saya lebih lanjut lagi. Pemeriksaan yang dinamai "profile cancer test" itu bertujuan untuk meneliti apakah sel kanker saya termasuk jenis yang progresif, yang tingkat agresivitasnya tinggi sehingga cepat bertumbuh atau menjalar. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sample sel kanker saya melalui biopsi, kemudian dilihat sebesar apa kadar hormon estrogen di dalamnya yang disebut sebagai HER2. Dokter mengatakan, jika hormon di dalam tubuh saya tinggi, itu artinya sel kanker saya agresif. Hasilnya kemudian disebut "HER2 Positif". Sebaliknya jika "HER2 Negatif" artinya sel kanker saya tergolong lamban berkembang. Inilah yang sangat diharapkan.

Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan di laboratorium tertentu yang memiliki fasilitas lengkap. Jadi laboratorium RSKB tempat saya berobat tak bisa melakukannya. Untuk itu saya harus mengirimkan jaringan sel kanker saya yang memang sudah mereka simpan ketika saya dibiopsi dulu, ke RSKD Jakarta. Saya boleh minta pihak laboratorium RS melakukannya untuk saya supaya mudah dan aman. Tetapi dokter mengatakan biayanya kurang lebih dua juta rupiah. Kalau tidak, saya boleh meminjam jaringan sel kanker saya itu untuk saya bawa sendiri ke RSKD. Dengan begini urusan pemeriksaan akan menjadi tanggung jawab saya pribadi, dengan ongkos yang tentunya juga lebih murah. Tapi saya diwajibkan menandatangani naskah peminjaman jaringan sel kanker saya dari laboratorium RS.

Semula saya memutuskan untuk menggunakan jasa RS walau mahal. Tetapi ternyata pihak laboratorium tak bersedia melakukannya, dikarenakan dokter saya menghendaki hasil sesegera mungkin mengingat kanker saya sudah sangat lanjut. Dokter ingin segera bisa menerapi saya dengan obat kemoterapi yang paling tepat, supaya saya bisa menaklukkan penyakit ini sebelum nyawa saya direnggutnya. Namun pihak RS tak bisa melaksanakannya.

Akhirnya saya putuskan untuk membawanya sendiri, besok (Kamis, 07/02) sekalian saya merawatkan luka saya di RSKD. Kebetulan sudah dua minggu lebih saya tidak melakukannya. Adapun perawatan luka kanker termasuk salah satu unsur yang tak kalah pentingnya di dalam menatalaksana penyakit ini. Sebab sedapat mungkin pasien tak boleh sampai terinfeksi lukanya mengingat bahaya menghadang tentu lebih besar lagi. Saya akui memang, hingga hari ini luka saya masih terus meruyak, mengeluarkan nanah bercampur darah yang tak ada habisnya hingga membasahi pakaian saya meski saya telah membalut luka saya berlapis-lapis. Soal biaya saya tak perlu khawatir juga. Karena secara tak terduga, sebelum berangkat ke dokter sebetulnya saya baru saja menerima bantuan dana lagi dari teman-teman maya saya di sebuah situs jejaring sosial yang jumlahnya memadai sekali untuk pemeriksaan itu. Alhamdulillah, Allah Maha Pemurah dan Maha Mengetahui segala kebutuhan saya. Itu yang ada di benak saya selalu.

Kanker memang tak bisa dibawa santai. Tak boleh dianggap main-main. Itu yang saya tangkap dari pembicaraan dokter saya yang amat komunikatif menghadapi pasiennya. Menurutnya, sekali jaringan sel kanker dilukai dia akan mengganas. Persis seperti teori yang dijejalkan sinshe saya. Itu sebabnya sebelum dioperasi ~jika memang harus dioperasi~, pasien harus dicoba diobati secara oral dulu. Lamanya empat bulan. Dalam masa itu yang merupakan kemoterapi, akan diamati obat manakah yang paling cocok dengan si pasien, sebab setiap pasien mempunyai jenis selnya sendiri-sendiri. Sehingga obatnya pun bersifat sangat individual. Dengan memperlakukan sel kanker seperti cara dokter saya, katanya kelak sel kanker yang sudah dimatikan dengan obat atau dioperasi tidak akan bangkit menjadi ganas kembali. Ini dulu terjadi pada diri saya. Karena ketika saya berobat di Singapura untuk kista pada indung telur saya, dokter tidak pernah memberikan obat apa pun kepada saya. Dia langsung menghendaki operasi. Tapi tindakannya ini harus diulanginya setiap tahun selama tiga tahun lamanya.  Menurut dokter saya yang sekarang, penyebabnya saya tidak pernah dicoba diobati lebih dulu. Menangani pengobatan penyakit kanker ternyata memang harus cermat.

Kini saya merasa cukup beruntung dengan berobat di Bogor saja. Sebab saya berada di tangan seorang dokter muda yang cerdas lagi cermat. Untuk kemoterapi saya nantinya pun, beliau tidak mengizinkan saya melakukannya di RSKD tempat utama beliau berpraktek karena beliau merupakan PNS di sana. Alasannya, RSKD terlalu jauh. Sedangkan persiapan kemoterapi juga akan cukup melelahkan pasien. Katanya sebelum mulai dikemoterapi, pasien harus menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium lengkap. Setelah diketahui bahwa hasilnya baik-baik semua termasuk kualitas Haemoglobin yang mencukupi, barulah pasien menjalani kemoterapi. Untuk itu pasien harus mencari kamar perawatan di RS. Ini yang tidak mudah di RSKD sebab RS itu merupakan pusat penanganan kanker nasional yang karenanya menjadi banjir pasien kiriman dari seluruh Indonesia. Ada lagi hal yang pasti tidak akan menggembirakan untuk pasien, yaitu efek kemoterapi itu sendiri yang berupa mual-mual dan semacamnya. Karena itu, dokter menghendaki saya ditangani di Bogor sini saja, kecuali jika dioperasi, maka saya baru akan dikirim ke RSKD yang memiliki theater (ruang bedah) dengan fasilitas lengkap. Duh, ternyata Allah memang Maha Sayang kepada saya. Alhamdulillah sekali..........

(Bersambung)

8 komentar:

  1. bunda doa saya dari jauh semoga bunda menang berpacu melawan waktu dan penyakit yang bunda derita ini.

    walau mungkin tidak ada artinya, saya ingin sekali bisa ikut berpartisipasi untuk kesembuhan bunda. untuk itu apakah saya bisa mendapatkan detail akun bank, nama dan alamat teman maya bunda tsb?

    terima kasih bunda.

    salam
    /kayka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear nak Kayka,

      Saya sangat berbesar hati seandainya doa-doa nak Kayka aja yang dikirim ke saya. Soalnya doa itu sangat membesarkan hati, menambah semangat hidup saya.

      Terima kasih atas tawarannya. Saya surprise sekali begitu banyak yang berkenan mengulurkan bantuan untuk saya tanpa terduga. Sebagian malah teman dari teman maya saya lho.

      Salam hangat!

      Hapus
    2. bun sungguh selain doa saya berharap, walau tidak seberapa, dapat membantu meringankan beban bunda. memang sudah rezeki bunda, banyak yang berpikiran sama, alhamdulillah...

      rencananya titip kakak saya bun. tapi dia ingin mengirimkannya langsung kepada bunda. saya gak kepikiran sama sekali. mudah2an bunda berkenan memberikan informasi akun bunda.

      terima kasih bunda dan selamat beristirahat.

      salam dan doa dari jauh...
      /kayka

      Hapus
    3. Sekali lagi terima kasih nak, saya terima dengan senang hati. Semoga kebaikan nak Kayka sebagaimana kebaikan teman-teman yang lain akan mendapat berkah yang banyak dari Allah sebagai balasannya.

      Itu teman-teman maya saya dari rumah yang satunya karena mereka sudah pernah ke rumah sebelumnya, jadi kenalan dengan anak saya, sehingga mereka tahu segala sesuatunya lewat anak saya.

      Selamat masak lagi ya nak kali ini masakannya apa?

      Hapus
    4. amin yra...

      bun, barusan saya ngimel, kalau ada waktu dicek ya bun.

      hari ini masak yang gampang dan cepet aja bun. karena besok saya ujian DTZ, bahasa jerman untuk imigran. jadi mau santai2 aja. mohon doa bunda ya...

      salam
      /kayka

      Hapus
    5. Oh ya, nanti saya cek. Terima kasih sekali lagi atas perhatian dan kebaikannya. Selamat ujian, semoga hasilnya memuaskan dan bisa cepat dipake cari kerja yang sungguhan ya biar nggak bete di rantau.

      Hapus
    6. Ternyata jadi warga kabupaten ada keuntungannya juga ya Bu, punya kelebihan dalam jatah JAMKESDA. Dulu saya sempat merasa menjadi warga kabupaten itu seperti warga kelas II hehhe.

      Semoga luka Ibu cepat merapat, sembuh kembali ya Bu, dan dilancarkan dalam ikhtiar berikutnya dan berikutnya lagi dan seterusnya. Aamiin :)

      Hapus
    7. Kenyataannya menurut dokter saya sih gitu. Pasien yang datang dari wilayah Kabupaten dapat obat-obatan yang paling bagus, sementara pasien dari kota, mau dapat obat aja mesti berjuang dulu di DKK. Selamat menikmati jadi penduduk Kabupaten kalau gitu ya. Ikutan senang. Tadinya kalau belum zamananya pakai KTP-E seperti sekarang saya mau nipu, numpang "tinggal" sebagai PRT di keluarga pak Elan biar dapat dana Kabupaten hehehehe..........

      Hapus

Pita Pink