Adapun gelap bukanlah malam semata
Di sinar yang terang, di pagi benderang
Di awan berbintang nan bermesra dengan rembulan
Kaumku
Sejuta tangan diam dalam ikatan yang kukuh
Ada kepasrahan disana
Di antara mereka yang berpesta pora
Mereguk kesenangan
Di pinggir-pinggir kota
Ada kudengar deru gempita
para laskar berarak bertelanjang dada
Wahai bahagia, andaikata
Hidup ini penuh makna
Penuh nikmat dan canda-ria bergema
Tapi tengoklah
kita hanya mampu tersenyum
Sebab hanya ada nyanyi sunyi
Untuk sebuah pekik merdeka!
Itulah gelapnya kaumku
Yang senantiasa menggantung penuh
Dari masa lalu ke hari depan
Menuju pelabuhan penghabisan.
(Donau am Nussdorf, Wien, 20.04.1993)
kaum wanita??
BalasHapusKikikiki........ssst.....! Jangan ribut-ribut ya?
BalasHapusEmak malu!
hahahahaha
BalasHapus'
ya deh pelan pelan,
KAUM WANITA YA MAAAAAAAAAAAAAAAAAAK?? hahaaa
Jika semua kaummu atau kaum lawanmu tahu bahwa pekik merdeka dibeli dengan darah, semangat dan jiwa, maka tak mungkin tersia-sia semua hidup yg dijalankan. So proud have a big thinker just like you!
BalasHapusAh, Teteh juga great lho! Apa kabar di Amrik?
BalasHapusTerima kasih ya Teh Dede.