Powered By Blogger

Rabu, 21 November 2012

"BURUK MUKA CERMIN DIBELAH"

Sifat iri hati itu sangat manusiawi. Dia ada di mana-mana, baik di pergaulan maupun di dalam lingkungan keseharian kita sendiri. Sesungguhnya iri hati itu adalah suatu penyakit kejiwaan yang berpangkal dari rasa tidak percaya diri yang menimbulkan kecemburuan sosial. 

Pada hakikatnya, sifat iri hati itu adalah suatu perasaan tidak senang atas keunggulan, keberhasilan atau keberuntungan orang lain. Dalam terminologi agama yang saya anut, iri hati ini dikenal sebagai sifat hasad yang tidak terpuji dan sedapat mungkin mesti diperangi. Sebab rasa iri itu membuat manusia yang mengidapnya menjadi tidak senang sehingga mudah terserang stress.

Mengapa saya membahasa masalah ini? Tentu saja karena saya tergoda oleh curahan hati salah seorang teman saya yang merasa terusik oleh sikap serba ingin tahu temannya atas keberuntungan dan keberhasilan yang telah diraihnya. Lagi pula saya sendiri pun pernah mengalaminya.

Dalam kasus saya, individu yang merasa iri kepada saya adalah orang terdekat saya sendiri. Sebagai orang dekat, tentunya dia sudah mengetahui dengan pasti bagaimana pribadi saya berikut kekurangan atau kelebihan yang saya miliki. Saya tidak mengatakan bahwa diri saya punya kelebihan, apalagi sampai banyak. Namun tak bisa tidak, sebagai manusia, tentu saja saya punya dua sisi sifat yang saling bertolak belakang namun dapat saling menopang. Artinya di balik kekurangan-kekurangan saya, masih ada hal yang menggembirakan dan bisa dikemukakan, yakni sepercik kebaikan-kebaikan saya yang bisa diumpamakan suatu kelebihan.

Semula saya tidak begitu menyadari adanya orang yang hasad kepada saya, disebabkan menurut kebanyakan saudara dan kerabat saya, saya termasuk orang yang sangat polos dan terbuka. Di mata saya, semua manusia sama baiknya sehingga saya tidak pernah bisa melihat kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan orang lain. Ini dibuktikan oleh banyaknya kenalan saya, bukan musuh saya. Sedangkan individu yang iri kepada saya itu, terbukti memiliki beberapa musuh bebuyutan meski toch juga punya banyak teman. Begitu kata kerabat yang membuka mata saya tentang perlunya mewaspadai orang iri hati kepada saya. Jadi, karena individu yang menyimpan hasad kedengkian kepada saya itu berperilaku baik terhadap saya, maka saya tidak mempedulikan keburukan sifat-sifatnya yang harus saya akui sesekali juga saya rasakan. Sebab saya menganggap manusia sesuai kodratnya punya dua sifat yang saling bertolak belakang itu tadi. Ah, betapa polosnya pemikiran saya, bukan?!






***

Terus terang saja, pernyataan yang dibisikkan kerabat saya kemarin dulu tentang diri saya amatlah mengejutkan. Dia mampu membuka mata saya tentang keadaan diri saya yang sesungguhnya. Sebab, ternyata dia sendiri juga merasa tidak disukai oleh orang yang menyimpan rasa iri dan dengkinya kepada saya itu. Aduhai...... oh kiranya mengejutkan!

Menurut analisa kerabat kami, saya dibenci orang itu karena saya lebih populer dibandingkan dia.Kenalan saya banyak, sedangkan musuh tidak ada. Selain itu walau pendidikan saya tanggung, tapi saya mampu membuatnya terperangah gugup waktu saya berhasil mengalahkannya di ajang debat yang lumayan berharga dulu sekali. Waktu itu, katanya, dia sama sekali tak menduga saya mempunyai senjata berupa pengetahuan yang dia justru tak menguasainya. Karenanya, semakin iri lah dia kepada saya.

Dan satu hal lagi, entah mengapa, banyak orang yang bersimpati kepada nasib saya belakangan ini. Sehingga rizki saya selalu saja datang mengalir tanpa terduga apalagi terbendung. Ini juga yang membuat individu tadi semakin tak menyukai saya.

Berhenti di kalimat ini, saya jadi teringat keluhan salah satu teman baru saya tentang rasa iri temannya terhadapnya. Benar, si teman itu selalu saja ingin tahu apa yang sedang dikerjakannya, dan berapa besar upah yang diterimanya. Itu yang dikeluhkannya. Dia merasa sangat terganggu oleh setiap pertanyaan temannya soal pekerjaan dan upahnya. Ah, kalau demikian, layak saja orang menjadi iri terhadap seseorang. Yang jelas, saya tetap akan berusaha menahan diri untuk tidak marah kepada siapa pun yang tak menyukai pribadi saya. Sebab bukankah sifat iri, dengki, hasad atau apa pun namanya termasuk hal yang amat tidak disukai Allah? Semoga saya dijauhkan dari sifat-sifat tercela itu. Termasuk anda semua tentunya, hehehe....... amin!

Nah coba, sekarang apa pantasnya judul jurnal saya kali ini? "Buruk Muka Cermin Dibelah" atau "Buruk Muka Kayak Monyet" ya?! :-D Permisi..........

15 komentar:

  1. Menarik sekali sharingnya mba Julie, Yang mengetahui keadaan kita adalah teman dekat kita, dan dia juga yang membawa nama baik dan buruk kita kepada teman2nya, namun orang yg demikian sifatnya tidak akan dpt bersaing dengan apa yg kita miliki.Makanya kita harus hati-hati juga dalam pergaulan dengan mereka, karena apa yg menurut kita baik belum tentu teman kita atau orang lain menerima apa yg kita maksud.Akhir kata semoga kita semua diberi panjang umur oleh Tuhan dan senantiasa sehat selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sharing yang agak kurang ajar ya bung? Tapi nggak 'pa'pa juga sih saya tuliskan untuk bahan perenungan saja.

      Doa yang indah itu semoga dikabulkan Tuhan ya, jaga kesehatan baik-baik apalagi bung Rudolf jauh dari keluarga di tanah air.

      Hapus
  2. sifat iri itu kadang bisa gak disadari ya Bun, moga kita dijauhkan dari sifat ini deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang begitu kenyataannya. Anehnya, saya itu nggak sadar bahwa ada orang dekat saya iri sama saya. Selama ini saya anggap semua sifatnya yang rada aneh kalau menghadapi saya adalah biasa, sifat bawaan dia dari dulu hihihihihi.......

      Dasar aku wong edan opo yo nak?!

      Hapus
  3. Kalau iri karena banyak kenalan bisa dipahami.. Lha Wong kenalannya Bunda ada di mana-mana, dari Kakek-kakek sampai anak belasan tahun, dari dokter sampai mahasiswa.. Kenalan di MP saja ada ratusan.. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho'oh iya ya nak wkwkwkwkwk........

      Bayangin, di alam nyata, seorang Satpam sekolahan pun kenal saya. Begitu juga banyak sopir angkot ke jurusan rumah saya, sehingga kalau saya mau turun di depan rumah, banyak yang stop persis di depan pintu hahahaha......

      Sahabat di Mp banyak sekali, meski bukan saya yang ngajak kenalan duluan, alhamdulillah baik-baik semua lagi. :-)))

      Hapus
  4. kalau kata abegeh jaman sekarang bun... "ih... kepo aja deh.."
    hghghghgh

    BalasHapus
  5. Tapi Kepo itu sebetulnya apa sih? Nenek tuwek kan nggak paham artinya.

    Yang jelas saya sekarang jadi mawas diri bahwa ternyata ada orang nggak suka alias iri sama saya halah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kepo itu bun, orang yg kerjaannya mau tau aja urusan orang lain

      katanya sih awalnya dari kata kepolisian, ni org mirip polisi suka selidik menyelidik padahal bukan polisi hghghghg...
      trus disingkat kepo :D :D

      Hapus
    2. Ada yang mengatakan kalau KEPO itu singkatan dari Knowing Every Particular Object, artinya gak jauh-jauh dari mau tahu urusan orang, Bunda :p

      Hapus
  6. Hahahaha....... itu toch maksudnya? Terima kasih ya, sekarang jadi tahu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Bunda,
      Kalau begini dapat satu lagi manfaat dari kenal orang banyak dari berbagai kalangan : Tahu bahasa gaul.. Hihiiii :p

      Hapus
    2. Ya, betool..... betool.... betool. Senangnya punya teman dari berbagai kalangan hihihihi.....

      Hapus
  7. ngakak baca paragraf terakhir.. buruk muka cermin di belah, kaya nyesel ga bisa cantik aja.. *eh? kog inget ibu tirinya putri salju ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo, ngakaknya jangan kelebaran, malu 'kan kalau perempuan ngakak lebar-lebar gitu?! :-D

      Hapus

Pita Pink