Menulis adalah kegiatan iseng ku pengisi waktu luang sekarang. Terus terang saja, aku bukan seorang pekerja kantoran yang terikat waktu. Pun juga bukan wiraswastawan. Aku hanyalah manusia biasa yang mengemban kodrat sebagai ibu rumah tangga perawat anak-anakku yang kebetulan sudah dewasa semua meski belum berkeluarga. Jadi, waktu senggangku cukup banyak di rumah.
Di rumah mayaku yang ini, aku banyak menulis apa saja terkait dengan cerita-cerita kehidupan. Sebagian besar berasal dari kegemaranku melamun yang membuahkan khayalan yang kadang-kadang terasa bombastis minta disuarakan. Maka di suatu masa dulu, aku pernah mencoba mengarang sebuah novel yang kujuduli "Biru Itu Tak Sebening Lautan". Kisahnya soal kehidupan berumah tangga yang penuh liku tersangkut luka. Semuanya berawal dari sebuah milis berantai yang memicu daya khayalku hingga menghasilkan tigapuluh tiga bab.
Novel itu diprotes para pembaca setiaku yang sekarang sebagian besar sudah pergi dari Multiply. Pasalnya, kata mereka akhir dari novel itu masih bisa dikembangkan. Karena yang ada sekarang merupakan kisah yang tak sepenuhnya selesai. Pembaca diliputi tanda tanya soal nasib si pelaku utama.
Selalu kujawab bahwa bagiku novel itu selesai hingga di situ, karena aku sudah bosan untuk melanjutkan khayalanku. Toch aku sudah punya bayangan bagaimana kemampuanku menulis, dan bagaimana pula tanggapan orang atas tulisan-tulisanku. Yang kualami, sebagian menanyakan kepadaku, kapan novel itu akan kujual kepada penerbit dan kapan aku akan menulis seri baru lagi. Rasanya, yang ini tak bisa kujawab. Sebab jujur saja, aku bukan penulis sungguhan, sehingga aku tak pernah tahu seluk-beluk menulis novel yang layak jual dan bagaimana caranya menawarkan naskah.
Sampai kemudian di suatu hari, aku punya khayalan lain. Lalu kutuliskan pula di rumah mayaku ini. Lalu ~lagi~ mereka kembali datang membaca, bahkan banyak pembaca-pembaca baru yang seolah-olah menggantikan para pembaca lama yang tak pernah lagi membuka akunnya. Sekali lagi, lagi-lagi mereka menanti-nanti tulisanku selanjutnya sambil menyemangatiku untuk menjual saja naskahku. Tapi, aku hanya manusia biasa yang tak mengenal sekolahan. Maka tak akan pernah bisa aku membawa tulisan-tulisan itu ke media massa mana pun apalagi sampai menjadikannya sebuah buku yang layak dibaca dan dibeli orang.
Novelku yang kedua, selesai pula. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba aku ingin mencermati sendiri apa yang dulu dikatakan para pembacaku tentang novelku yang pertama. Maka, dalam dua hari kemarin kubaca ulang apa hasil lamunanku dulu itu. Dan benar, ada rasa penasaran akan kelanjutan nasib si tokoh utama. Jadi, sekarang aku terpikir untuk melanjutkannya lagi. Ah, gemas rasanya membaca sepotong kisah yang tak sudah. Insya Allah aku akan giat melamun dan merenung serta membaca tanda-tanda kehidupan lagi. Barangkali saja aku masih sanggup untuk menuntaskannya guna memuaskan nafsu baca para pembaca setia yang rajin bertandang ke tempatku. Terutama cik Noviana Dewi, Erwina Sari, Dwi Asih Rahmawati, Tiar Rahman, serta pembaca tanpa "tanda-tanda", mbak Evi Diniarti dan pak Karyanto. Terima kasih atas dorongan semangatnya yang menghidupkan kehangatan di hatiku. Semoga persahabatan dan persaudaraan kita abadi adanya. "Happy Valentine!"
~ Empatbelas Februari duaribu sebelas ~
oooh Novel yg di bilik pengadilan itu yaa...
BalasHapusitu memang seruu tante..
mau nerbitin ke buku, bunda?
BalasHapusBukan sayangku, adanya di rumah yang ini tulisan kira-kira dua tahun yang lalu. Judulnya "Biru Itu Tak Sebening Lautan". Sampai sekarang masih ada, nggak saya set for contacts juga karena banyak saudara-saudara saya yang nggak punya akun Mp senang baca cerita yang itu hehehehe........
BalasHapusTante Ambar dulu termasuk yang nyemangatin bikin buku dan nanya kenapa novel itu akhirnya nggantung nggak jelas. Makanya sekarang tante akan lanjutkan dengan judul berikutnya.
Enggak tuh, nggak ada yang mau beli kayaknya karena saya kan cuma penulis coba-coba. Industri perbukuan lagi lesu kata para penulis beneran. Banyak yang curcol di Mp ini bukunya yang udah dicetak nggak dibayar penerbit.
BalasHapuswahhh penerbit mana tuh yang gak bayar?
BalasHapuskl dulu di tempat kerjaku dulu bunda, ada uang muka, kalau kejual ya dapet royalti
Kayaknya penerbit buku anak-anak di Bandung deh. Dia (kontakku itu) penulis buku anak-anak dari Bandung. BTW non Feb mau nggak nawarin novelku? Hehehehe...... si tante nglunjak : P ~ ampyuuuun Feb! ~
BalasHapushehehe.. kalau mau aku kenalin ke redaksi temenku aja mba ^_^
BalasHapussecara aku sudah keluar dari elex media :)
lah koq manggilnya pake mba? kebiasaan
BalasHapuswakakaka
maaph bundaaaaa
Ikutan Ibu ah :)
BalasHapusInget temennya Mbak Peb :(
BalasHapusnaskah Anaz masih kocar kacir
keknya QN tobie mau Anaz ajuin deh
tapi dah pernah ngubungin naz?
BalasHapusEh gpp panggil mbak bener kan daripada mas hehehe........
BalasHapus~Nih, aku perepuan (cincing rok) ~
Oh Elex ya? Pastinya nggak cocok kali ya sama novel-novel emak-emak, sebab kayaknya dia lebih ke naskah-naskah iptek bukan sih? Mau aja sih dikenalin kalau dia bisa terima naskah emak-emak.
Udah, Mbak
BalasHapusUdah pernah kirim naskah juga
Kurang menggigit
Nggak sesuai ama selera pasar hehehe
Makanya kesempatan nih QN Tobie Anaz mau kulik2 masa lalu, biar berasa based on true storynya dari kecil hehehe
Yes, sama Naz! Punyaku aja dibalikin sama "M" yang ngetop di Bandung itu. Tahu sendiri kan dia mana mau nerima naskah penulis pemula? Hiks!
BalasHapusCari lainnya tapi bingung mesti ke mana? Ya udah publish di Mp aja dulu dengan site yang ini, barangkali ada penerbit kesasar ke sini, ya nggak? Ngarep banget hehehe...
sekarang elex nerbitin novel kuk..
BalasHapussaya lagi baca nih novel "Kisah dua kota" by Charles Dicksen
novel legendaris cetak baru lagi
bue, dulu sy kepengen banget pny buku entah novel atau kumcer atau kum crt non fiksi karya sy sendiri non antologi....tp semakin ksn sy ngerasa itu hal berat. Krn sy pengen karya sy bnr2 mengandung hikmah atau info2 cerdas yg ga cm modal habis cetak selesai perkara. Tp sy yakin novel2 bue mengispirasi. Cm nemuin penerbit yg cocok mmg ga gampang...ok bue...smgt trs...i luv u...mhawwwh
BalasHapusBetul bunda, sy juga suka begitu, punya sifat jelek nggak sabar nerusin cerita. Padahal pas udah lama gak disentuh, wkt dibaca lg ternyata ada kesan menggantung. wah wah...hrs cari tips buat semangatin lanjutin nulis novel lg ni bun.
BalasHapusTapi itu novel asing, bukan novel lokal Nit. Penerbit "M" yang saya paranin tempo hari juga bilangnya nerbitin novel asing, bukan novelnya penulis lokal apa lagi yang belum punya nama hahehehe..........
BalasHapusMakanya saya taruh aja dulu di sini, seakan-akan "pajangan" nak. Siapa tahu ada yang naksir hehehehe.......... Maaf kebanyakan ketawa di sini jadinya halah!
BalasHapusMau nerbitin sendiri, tapi kan kita nggak tahu strategi pemasarannya, jadi sama aja repot. Belum lagi nggak ada yang promosiin kita kan kalau indie?
Novel ceuceu di mana? Saya mau ikutan baca ah walaupun belum selesai sempurna. Tapi ayuk atuh ceu kita terusin lagi. Semangat!!!
BalasHapuswahh malah baru tahu kalau bunda bikin novel... maaf ya, blm nengok2 rumah nya :)
BalasHapusAh, novel-novelan aja kok. Sekedar iseng, tapi suka ditanyain terus sama beberapa orang teman yang penasaran baca lanjutannya. Jadi mbak Eva jangan harap dapat bacaan yang bagus di sini ya mbak. Terima kasih udah main ke sini. Saya memang punya dua site yang isinya jelas-jelas beda satu sama lain. Jadi maaf andaikata suatu hari saya main ke tempat mbak Eva pake baju lain. : D
BalasHapusterbitin aja tante julie, kirim aja kemana2 (paling juga boros ongkos kirim, hihihihi), siapa tau ada penerbit yang mau menerbitkan. Selera pasar sebenarnya itu-itu aja, malahan kadang pasar lesu sama yang itu-itu aja. Kadang ada penerbit yang berani ambil resiko keluar dari selera pasar (yang padahal lesu) dan booming akhirnya.
BalasHapusAku lebih tertarik klo tante julie juga menulis tentang TKW, kan tante punya banyak pengalaman soal itu beberapa waktu lalu. Tuntutan bacaan "mendidik" atau memberikan informasi terkait kasus-kasus tertentu sebenarnya tinggi tante, tapi bukunya yang tersedia jarang.
// mohon maaf aku termasuk yang jarang2 buka MP lagi akhir2 ini, hihihihihi...
Kok tante kurang pe-de ya mas? Padahal banyak yang bilang seenggak-enggaknya tante mesti nawarin ke produser sinetron buat gantiin yang semacam "Cinta Fitri".
BalasHapusSoal nulis nasib TKW, ada yang lebih jago deh, yaitu dia yang mengalaminya sendiri. Hallo Anaz?!
Terima kasih ya mas udah nyempetin nengok ke sini. Selamat kuliah sambil kerja, atau udah tinggal nyusun thesis ya? Sukses selalu!
alhamdulillah tinggal nyusun thesisnya tante, mohon doanya.
BalasHapusklo ngikutin beberapa forum di dunia maya, banyak yang jelas2 sudah bosan dan jenuh, klo ga bisa dibilang muntah sama cerita2 yang ada di sinetron2 itu (banyak yang kangen sama model cerita "losmen", "jendela rumah kita", "kemuning" -klo ga salah judulnya, "keluarga cemara", dll). termasuk juga buku-buku. Beberapa menyebut kenapa lebih memilih cerita asing dibanding cerita sendiri, salah satunya karena cerita punya asing pilihan ceritanya lebih beragam dibanding di dalam negeri.
Sekarang banyak orang yang tertarik (pencari buku-red) dengan tema lingkungan, kritik sosial, dan spiritualisme (bukan sekedar model ayat-ayat cinta lagi, tapi lebih mendalam). Aku pernah dulu nulis cerpen dan ku post di siteku yg laen soal nasib nelayan di Sungai Siak yang terkalahkan oleh mega industri perkebunan sawit dan kerusakan sumberdaya alam yang dihasilkan, tanggepannya cukup memuaskan. Banyak pertanyaan, muncul awareness soal lingkungan (sambil menghujat2 pemerintah seh akhirnya kebanyakan, hihihiihi). Banyak yang merasa tidak tau soal informasi sederhana ini. Mereka merasa fine2 aja kehidupan di negara ini dalam konteks kacamata mereka yang melihat sebatas lingkungan pergaulan mereka di kota.
Jadi menurutku, kirim aja tante. tulisan-tulisan tante menurutku oke. Ayo semangat menulis dan kirim2 naskah tante :)
Bunda, kalau saya lihat dari buku2 yg dijual sekarang, banyak yg pake setting luar negeri. Dan saya sendiri juga suka baca novel2 seperti itu. Maklum gak pernah jalan2.
BalasHapusBunda kan cukup kaya pengalaman di LN. Pastinya bisa bikin novel yg asyik. Seperti kisah awal Elizabeth Millar itu lho, Bun...
Saya minta ijin mau ubek2 cari novel lama Bunda itu...
BalasHapusIyah, Bu *ngacung*
BalasHapusTapi Anaz nggak jago deh nulis tentang dunia TKW :(
kalo aku ngga bisa bagi waktu buat nulis bunda...
BalasHapusMoga2 naskahnya cepet terbit ya bunda.. :d
BalasHapusiya bue, memang kl indie hrs mateng A-Znya di kita. ntr bue kecapean...:))
BalasHapus*mesti ada penerbit yg mau bue, sy akin itu
Wah, jangan terlalu memuji dong Wik, ini kan karya entengan aja yang nggak ada bobotnya : P
BalasHapusSemoga ada yang mau, terima kasih atas dukungan moralnya. Ayo, giatkan menulis yuk?!
Ah, kalau tulisan tante mah ecek-ecek begini jangan disamain sama tulisan penulisan beneran mas. Oh ya, kalau tulisan mas Andi tante tahu kualitasnya, tante juga suka kok bacanya. Makanya suka kangen baca tulisannya. Tapi sekarang nggak apa-apa juga nggak nulis dulu, selesaikan aja dulu kuliahnya, habis itu baru jalan lagi. Toch buat mas Andi nulis itu cuma hobby 'kan? : D
BalasHapusRasanya Anazkia mampu lho, apalagi selain mewawancarai para TKI bermasalah di shelter ada juga pengalaman di sekitarmu. Nuansanya akan lebih kena kalau yang nulis TKI itu sendiri lho. Ayo Naz!
BalasHapus@noviana dewi Iya, nggak cuma isinya disetting luar negeri, bahkan judulnya aja udah pake bahasa asing : P Jadi gimana tuh cik?
BalasHapusSilahkan, itu juga settingannya luar negeri. Jangan diketawain ya cik. Terima kasih atas apresiasinya.
BalasHapusLha wong ananda bukan pengangguran kayak saya, pantesan aja.
BalasHapusNggak janji mbak Wewet, kepedeannya kurang sih : D
BalasHapusTadi mau nulis apa ya..
BalasHapusAh ya.. Sahabat mp.. Selalu saja ada yang hilang dan pergi, tapi selalu ada yang menggantikan. Kadang lebih baik.
Makasih namaku disebut.. Sekarang lagi jarang posting, semoga sahabat mpku tak pergi.
Iya tuh. Lha kebanyakan pada nyangkut di FB tambah Kompasiana sekarang ini, termasuk abang Tiar kan?
BalasHapusNggak 'pa-'pa juga kok bang Tiar jarang posting. Kan katanya ngempi itu boleh suka-suka....... Terima kasih juga sudah menyemangatiku.
Kompasiana hanya copas dari mp. Persahabatan yang hangat cuma dari mp. Kompasiana kaku, fb lebay, ws dan bs.. Ekslusif.
BalasHapusBetul bang, makanya saya nggak kebujuk pindah ke manapun juga. Sohib anak saya udah bagus-bagus punya lahan di Mp, eh malah sekarang semua diboyong ke Kompasiana. Terus Mpnya malah buat nyetor tulisan orang dari Kompas cetak, apa artinya coba? Kata dia sih biar yang di Kompas cetak itu bisa abadi. Padahal mah jaman belum ada tekonlogi internet, orang tua-tua dulu ya bikin klipping aja atuh.
BalasHapusIya sama saya juga nganggep WP dan BS nggak cocok buat saya walau ada teman saya yang dulu pernah jadi wartawan di Tempo pelihara blog di BS kalau saya nggak salah inget dan dia kayaknya senang aja main di situ.
FS? Kayaknya saya salah satu di antara yang sedikit di Mp yang nggak mau punya FB deh. Terlalu kayak anak ABG gitu. Bayangin, cucu saya aja tiap hari ngefbi, masa' iya saya disuruh saingan ya?
BalasHapushe he..
BalasHapusfs sudah tinggal kenangan.
fb hanya menjalin kawan lama
mp kawan untuk kreatif
Betul belaka.
BalasHapusFS saya nggak ngikut karena terlalu kekanak-kanakan untuk seorang nenek.Padahal dulu temen-temen saya yang lebih muda pada buka akun di FS buat majang fotonya.
FB kayak mainan gitu aja, terus kesannya "murah-meriah" jadi siapa aja bisa punya. Bisa dipake untuk apa aja, termasuk ngiseng doang dengan nyapa kiri-kanan dan ngomelin orang kiri-kanan termasuk pasangannya sendiri. Kadang-kadang kelihatan dimesra-mesrain dan dibuat-buat, biar orang pada mungah :- P
MP ini baru asyik, nggak banyak yang tertarik make sebagai alat permainan. Pokoknya bahagia karena kita bisa sharing banyak dan menimba pengalaman banyak juga dengan berteman di Mp.
Oke boss, terima kasih udah mau jadi temen tante! Sekali lagi salam untuk neng Yanti.
salamnya udah disampein..
BalasHapusinsya Allah kalo ke bogor dan sempet, kami sungkem ke rumah tante :D
Bener ya, asal ngasih tau ayo deh. BTW neng Yanti alumnus SMA 1 Bogor bukan? Tanggal 10 hari Minggu depan ada family gathering di KRB lho!
BalasHapusNeng yanti alumnus smean 1 bogor.
BalasHapusAlamate dmana tan?