Aku pernah memimpikan tidur di Bronx
Dan membaur bersama pekerja-pekerja kelas hitam
Membaui asap rokok
dan menjilati sisa-sisa alkohol mereka
sampai ke isapan yang terakhir
Aku pernah ingin menggumuli mereka
Dan menyisiri jaring-jaring kehidupannya
Barangkali pada sela-sela itu
Aku bisa bertemu kembali
anak rambutku
dan mata cincin yang jatuh terlontar jauh
ke kedalaman samudera hitam
Aku pernah ingin mengukir diriku
Biar terpapar luka, panas pedih peri
Lalu sesudah itu
kuterima ijazah
tanda aku sudah lulus
menantang kehidupan
yang lurus tanpa putus
Aku pernah bermimpi tentang Bronx
Di kota penuh gemerlap meski ternista hitam
Dan kini aku telah pulang
Melenggang dari New York
Kembali padamu
Rumah kehidupanku
yang abadi itu
(Menjelang selesai pertapaanku, di Bogor, 21 Maret 2010)
angan yg tak kesampaian, yah? :-p
BalasHapusPuisi yg kontemplatif, mungkin ada sepenggal sesal, ada harap yg tak terjawab. Namun ikhlas menuntaskannya.
Hihihihih...... iya.
BalasHapusSaya menyesal pernah bermimpi begitu.........
Tapi saya senang telah menuntaskan mimpi-mimpi saya.
Terima kasih ya dhik sudah mampir.
mangstap puisine bun, bogor hujankah hari ini?
BalasHapusjempol deh buat puisi2 bunda...
BalasHapusOh jadi puisi ini ilham dari bertapa ya bu :).
BalasHapusMangap, mbok?
BalasHapusAnu kuwe sih, kurang turu dadi bola-bali mangap!
Kesuwun.
Mandan ora biasa ya?
Kalau jentik aja gimana mbak Ita?
BalasHapusHeu-euh, sudah mendekati setahun saya bertapa terus.
BalasHapusMerenung-merenung nggak putus-putus, hasilnya ini.
bun ..puisinya bagus banget nih...
BalasHapustapi aku kurang mengerti arti dari isinya nih bun..
maklum ga ngerti bahasa puisi,hi..hi..
Nggak ngerti ya? Aku sendiri juga bingung kok.
BalasHapusPokoknya tafsirin masing-masing aja deh, sebab tadi pagi, kata jariku, dia disuruh otak ngetik huruf-huruf ini aja. Lha kok jadinya gini? Hihihihihihi.......
Terima kasih
iya madan jero ya Bun? bronx'e sing merekna madan mrinding kuwe.. hehehe..
BalasHapusJudulnya serem amat Bunda.....
BalasHapusHallo mas Eko!
BalasHapusHidup saya akhir-akhir ini memang lagi nyeremin tuh.
Tapi alhamdulillah sekarang sudah baikan sih.
Apa kabar? Salam untuk Edelweiss.
sama2, mbak :)
BalasHapussaya senang mampir kemari. Disuguhi psiang goreng kesukaan saya. Dan ada puisi yg renyah
Dibalik hitam selalu terselip putih
BalasHapusDan yang putih tak mudah singgah
BalasHapusDi mata hatiku yang temaram kelam
Bila putih tak hendak singgah...biarkan temaramnya kelam membumbung tinggi di langit bergumul dengan berkelip gemintang
BalasHapusimajinasinya luar biasa...
BalasHapusSeparo imajinasi, separo beneran, karena saya pernah ke Bronx.
BalasHapus