Powered By Blogger

Jumat, 28 Maret 2008

MERAJUT SILATURAHMI (I)

Pukul dua belas kurang lima menit. SMS di HPku masuk. Suamiku menyampaikan kabar terbarunya, dia sudah berada di dalam pesawat dan siap akan tinggal landas menuju Changi. Bandara pemberangkatan kami menuju Cape Town, bulan Juni tahun lalu.Tidak kusangka, sudah sembilan bulan kami menghirup segarnya udara Afrika Selatan. Aku ada di sini bersama suamiku, lelaki yang snagat kuimpikan dan puncak dari segala kebanggaanku. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, aku ada di sini, di sampingnya dan melepas keberangkatannya pula untuk melanjutkan keseluruh rangkaian tugasnya sebagai abdi negara menurut sumpah jabatan pegawai negeri yang pernah diucapkannya.

-ad-

Suamiku bertolak ke Jakarta, ke Indonesia, begitu seharusnya kukatakan. Para kepala Perwakilan RI yang bertugas di segala penjuru dunia akan mengikuti rapat kerja. Tapi suamiku justru punya satu missi lain, yaitu mempererat hubungan Rakyat Afrika Selatan dengan negeri kita, leluhur mereka yang diakui terlambat dikenali. Kunjungan Presiden RI dua minggu yang lalu ke Macassar Faure di Cape Town membuka jalan lebar untuk merajut tali silaturahmi di antara kedua bangsa. Karenanya agenda suamiku di Indonesia akan menjadi padat. Karena itu pula aku memutuskan untuk tidak mengikuti kunjungan kerjanya sebagaimana yang umum dilakukan orang dan pernah juga dipertanyakan sendiri oleh suamiku kepadaku. Dia pernah sangat terheran-heran mendapati aku yang tidak pernah ribut minta ikut dalam setiap perjalanan dinasnya, sebagaimana biasanya para istri. Tapi kujawab dengan diam semata. Aku bukanlah mereka.

-ad-

Di udara itu angin menerbangkan harapanku, membawanya melambung tinggi menuju Allah Sang Empunya yang paham akan maksud hati manusia. Semoga kelak suamiku dibekaliNya rezeki yang banyak untuk rakyat di sini yang sangat berharap kebaikan kita. Semoga ketika dua minggu lagi suamiku tiba kembali di Tanah Semenanjung Harapan, ada kabar bahagia bagi seluruh rakyat disini. Mereka adalah bagian daripada kita yang tercecer beratus tahun lamanya, dan mengonggok menjadi satu jati diri baru yang kering tanpa makna.

Belum pernah aku merasa segelisah hari ini saat melepas kepergian suamiku kemanapun dia bertugas. Bahkan saat dia harus naik ojeg terpagi dan menumpang Damri sampai ke Bandara Sukarno-Hatta, tak pernah hatiku diliputi resah. Biasanya aku hanya melambai di muka rumah sambil mengumbar senyum dan doa selamat padanya. Tapi pagi ini ritualku agak lain sedikit. Aku ragu, apakah suamiku bisa kembali membawa "buah tangan" untuk rakyat Afrika Selatan yang terlalu menaruh harap pada kami? Kehidupan dimanapun sedang sama tidak baiknya, sama-sama sulitnya. Permasalahannya, kali ini rakyat Afrika Selatan justru seakan ingin mengambil kesempatan untuk mendapat banyak dari "sumur" saudara tuanya, bangsa Indonesia. Cemas aku memikirkannya. Ini bukan Indonesia, dan aku tidak sedang mengantarkan suamiku bertugas ke luar kota atau ke luar negeri. Justru, aku mengantarkan suamiku yang akan kembali ke Jakarta untuk menjadi perantara warga Cape Malay yang ingin minta tolong pada bangsa kita. Aku termangu sendiri, namun batinku senantiasa terarah ke surga abadi untuk mendoakan keberhasilannya.

 -ad-

Kopi terakhir telah habis diteguk Imam Adam Philander, salah satu pemuka Islam di Cape Town ini. Suamikupun telah menyelesaikan cangkir tehnya yang kedua. Kami bangkit dari kursi-kursi di kedai kopi ruang keberangkatan Bandar Udara Internasional Cape Town. Pagi itu tidak begitu menggigit, namun tidak juga meningkatkan suhu udara. Semua tenang dan nyaman. memenjarakan hatiku di pojok sana. Aku memang masih punya hati, baik bagi Imam Adam dan saudara-saudara Cape Malay kami, terlebih-lebih bagi suamiku. Aku sangat ingin membahagiakan mereka sebisa mungkin, sekalipun aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa.

Kucium punggung tangan suamiku, dan kubisikkan padanya selamat jalan teriring doa semoga muhibahnya berhasil. Apalah artinya perjalanan jauh ini seandainya dia kembali dengan tangan kosong belaka? Sepeninggal suamiku menuju ke ruang keberangkatan, segera aku beranjak pulang menghampiri mobil dinas suamiku yang terparkir di luar. Imam Adam telah lebih dulu berlalu menuju mobilnya. Aku tahu, dia sendiri sedang larut dalam angan-angannya memperoleh banyak bantuan dari kita, rakyat Indonesia.

-ad-

Sore ini, kembali aku duduk di muka komputerku. Aku membuka site-site di internet sebagaimana biasanya. Tapi sesungguhnya pikiranku hanya tertuju pada suamiku. Izinkanlah ya Allah, suamiku sampai dengan selamat di Indonesia, dan kelak kembali kepada kami dengan membawa kabar bahagia. Semoga kiranya Engkau menuntunnya menjadi salah satu komponen perekat dua bangsa bersaudara yang dulu dipisahkan bangsa penjajah ini. Hanya kepadaMu aku berharap. Jadikanlah suamiku sebagai mutiara yang berharga.

Lalu mataku terkatup rapat, menahan kerinduanku yang tiba-tiba menyeruak dalam. Padahal, belum dua puluh empat jam dia berlalu dari sisiku. Kerinduan itu hadir kembali, di degup jantung kecilku, mirip kerinduanku tigapuluhempat tahun yang lalu pada sahabat karibku, mas Dj. Selamat jalan ke Indonesia, semoga missi kita berhasil.

8 komentar:

  1. Ditinggal Rakor ya Bu.....?
    Kalo kesepian...ngempi aja sama kita2...hehehe

    BalasHapus
  2. Iya bu Eddy (eh, ngomong-ngomong kita nyapanya sekarang kok jadi formal gini ya? Situ sih yang mulai duluan). Saya bukan takut kesepian, maklum pekerjaan lagi banyak-banyaknya, nggak sempat sepi. Mulai Kamis kami pindahan kantor, tapi belum beres separonya suami saya udah kudu ke Jakarta bawa "rengekan" orang-orang Cape Malay sini. Jadi bingung, takut nggak bisa memenuhi keinginan mereka dan membahagiakan hati mereka. Ayo deh Ngempi, siapa takut?

    BalasHapus
  3. si bungsu juga nggak di rumah ya? tampaknya mengasyikkan, keluarga semua mobile terus tuh! :D

    BalasHapus
  4. Ada si sini, kan di keluarga kami ada acara bagi-bagi tugas. Si kakak yang jaga rumah (bari dikantunkeun ka Jatinangor, heu-heu), si bungsu yang ngawal ibunya. Maklum ibunya ririwit. Begitulah rumah tangga kami.

    BalasHapus
  5. semoga misi bapak ke Jakarta dan Makasar sukses ya bu.

    BalasHapus
  6. Semoga. Amin didoain, terima kasih.

    BalasHapus

Pita Pink