Powered By Blogger

Minggu, 13 Februari 2011

"SERANGKAI KISAH YANG TAK SUDAH"

Menulis adalah kegiatan iseng ku pengisi waktu luang sekarang. Terus terang saja, aku bukan seorang pekerja kantoran yang terikat waktu. Pun juga bukan wiraswastawan. Aku hanyalah manusia biasa yang mengemban kodrat sebagai ibu rumah tangga perawat anak-anakku yang kebetulan sudah dewasa semua meski belum berkeluarga. Jadi, waktu senggangku cukup banyak di rumah.

Di rumah mayaku yang ini, aku banyak menulis apa saja terkait dengan cerita-cerita kehidupan. Sebagian besar berasal dari kegemaranku melamun yang membuahkan khayalan yang kadang-kadang terasa bombastis minta disuarakan. Maka di suatu masa dulu, aku pernah mencoba mengarang sebuah novel yang kujuduli "Biru Itu Tak Sebening Lautan". Kisahnya soal kehidupan berumah tangga yang penuh liku tersangkut luka. Semuanya berawal dari sebuah milis berantai yang memicu daya khayalku hingga menghasilkan tigapuluh tiga bab.

Novel itu diprotes para pembaca setiaku yang sekarang sebagian besar sudah pergi dari Multiply. Pasalnya, kata mereka akhir dari novel itu masih bisa dikembangkan. Karena yang ada sekarang merupakan kisah yang tak sepenuhnya selesai. Pembaca diliputi tanda tanya soal nasib si pelaku utama.

Selalu kujawab bahwa bagiku novel itu selesai hingga di situ, karena aku sudah bosan untuk melanjutkan khayalanku. Toch aku sudah punya bayangan bagaimana kemampuanku menulis, dan bagaimana pula tanggapan orang atas tulisan-tulisanku. Yang kualami, sebagian menanyakan kepadaku, kapan novel itu akan kujual kepada penerbit dan kapan aku akan menulis seri baru lagi. Rasanya, yang ini tak bisa kujawab. Sebab jujur saja, aku bukan penulis sungguhan, sehingga aku tak pernah tahu seluk-beluk menulis novel yang layak jual dan bagaimana caranya menawarkan naskah.

Sampai kemudian di suatu hari, aku punya khayalan lain. Lalu kutuliskan pula di rumah mayaku ini. Lalu ~lagi~ mereka kembali datang membaca, bahkan banyak pembaca-pembaca baru yang seolah-olah menggantikan para pembaca lama yang tak pernah lagi membuka akunnya. Sekali lagi, lagi-lagi mereka menanti-nanti tulisanku selanjutnya sambil menyemangatiku untuk menjual saja naskahku. Tapi, aku hanya manusia biasa yang tak mengenal sekolahan. Maka tak akan pernah bisa aku membawa tulisan-tulisan itu ke media massa mana pun apalagi sampai menjadikannya sebuah buku yang layak dibaca dan dibeli orang.

Novelku yang kedua, selesai pula. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba aku ingin mencermati sendiri apa yang dulu dikatakan para pembacaku tentang novelku yang pertama. Maka, dalam dua hari kemarin kubaca ulang apa hasil lamunanku dulu itu. Dan benar, ada rasa penasaran akan kelanjutan nasib si tokoh utama. Jadi, sekarang aku terpikir untuk melanjutkannya lagi. Ah, gemas rasanya membaca sepotong kisah yang tak sudah. Insya Allah aku akan giat melamun dan merenung serta membaca tanda-tanda kehidupan lagi. Barangkali saja aku masih sanggup untuk menuntaskannya guna memuaskan nafsu baca para pembaca setia yang rajin bertandang ke tempatku. Terutama cik Noviana Dewi, Erwina Sari, Dwi Asih Rahmawati, Tiar Rahman, serta pembaca tanpa "tanda-tanda", mbak Evi Diniarti dan pak Karyanto. Terima kasih atas dorongan semangatnya yang menghidupkan kehangatan di hatiku. Semoga persahabatan dan persaudaraan kita abadi adanya. "Happy Valentine!"

~ Empatbelas Februari duaribu sebelas ~
Pita Pink